INDOSPORT.COM - Para pemain klub Shopee Liga 1 2019, Kalteng Putra, dikabarkan mogok berlatih dalam sesi latihan yang digelar pada Jumat (11/10/19) kemarin. Sejauh ini, belum diketahui secara pasti apa alasan yang mendasari hal tersebut.
Dilansir dari surat kabar lokal Kalteng Post, para pelatih dan ofisial tim terlihat hadir di stadion untuk melakukan agenda latihan terbuka. Para suporter pun menghadiri sesi latihan tersebut. Namun, para pemain tak kunjung datang dan latihan dibatalkan.
“Latihan sore ini dibatalkan karena pemain sama sekali tidak datang. Para pelatih yang dipimpin oleh Gomes de Oliveira pun akhirnya juga pulang karena hal ini,” ucap salah satu ofisial tim yang tidak mau disebutkan namanya.
Di sisi lain, para pemain Laskar Isen Mulang sendiri belum ada yang mau angkat bicara mengenai hal ini. Meski telah dihubungi, I Gede Sukadana selaku kapten tim masih menolak memberikan penjelasan.
Namun, respons aktif mengenai kejadian ini diperlihatkan oleh kelompok suporter Kalteng Putra, Pasus 1970, yang berada di sekitar stadion.
Menurut salah satu koordinator lapangan yang bernama Hendri, mereka ingin melakukan penggalangan dana terhadap pemain.
“Rencananya, kami akan menggelar penggalangan dana untuk Kalteng Putra di bundaran besar. Kami juga akan mengupayakan sesuatu untuk bisa berdiskusi dengan manajemen tim agar ini semua terselesaikan,” ucap Hendri.
Persoalan yang dikabarkan membelit Kalteng Putra ini pun mengingatkan kita pada apa yang menimpa Sriwijaya FC musim lalu.
Memulai kompetisi dengan baik dan menghuni peringkat pertama, Sriwijaya mengalami penurunan performa drastis memasuki putaran kedua.
Sriwijaya FC (SFC) resmi melepas sembilan pemain di putaran kedua Liga 1 2018. Sebanyak sembilan pemain tersebut dikabarkan telah mempunyai tempat berlabuh. Pelatih Rahmad Darmawan pun ikut meninggalkan klub.
Sebelum terjadi eksodus pemain besar-besaran, Sriwijaya terlebih dahulu berkutat dengan masalah keuangan. Salah satunya adalah persoalan gaji pemain.
Menurut keterangan Direktur Marketing & Promosi PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) selaku operator klub Sriwijaya FC, Nirmala Dewi, hal ini memang murni adanya keterlambatan pembayaran dari pihak sponsor.
Sebagai imbas, Sriwijaya pun meraih hasil buruk di lapangan hingga akhirnya harus terdegradasi ke Liga 2.
Sriwijaya bukan satu-satunya. Pada musim yang sama, klub Perseru Serui juga mengalami kesulitan finansial. Klub berjuluk Cendrawasih Jingga ini mengalami bangkrut.
Perseru mengalami masalah finansial menjelang Liga 1 2019. Mereka juga kesulitan mendapatkan sponsor utama untuk mengarungi musim berjalan ini.
Akhirnya, Perseru yang sukses lolos dari zona degradasi pindah homebase ke Lampung dan menjelma menjadi Badak Lampung usai dibeli pengusaha muda bernama Marco Gracia Paulo.
Lain Perseru, lain pula dengan PS Tira. PS Tira yang bermarkas di Stadion Pakansari Bogor kerap kesulitan dalam menggaet suporter ke stadion.
Sebagai solusi, Tira pun merger dengan klub lokal Persikabo Bogor. Dua klub itu melebur jadi satu dengan nama PS Tira Persikabo. Alasan utama merger ini tak lain adalah membangkitkan sepak bola Bogor.
Tentunya sebuah kerugian jika Kalteng Putra harus mengalami nasib seperti yang dialami Sriwijaya FC. Apalagi Laskar Isen Mulang tengah berada di posisi juru kunci.
Sebagai alternatif, bisa saja Kalteng melakukan merger dengan klub lain demi menggaet investor dan sponsor utama. Namun tentunya, ada kemungkinan pula Kalteng Putra harus pindah home base dari Palangkaraya.