In-depth

Terlalu Berisiko, Alasan Mengapa Luis Milla Tak Layak Latih Timnas Indonesia

Jumat, 18 Oktober 2019 15:31 WIB
Editor: Rafif Rahedian
© Media Official PSS Sleman
Seto Nurdiantoro dan Luis Milla jadi dua kandidat pelatih Timnas Indonesia setelah Simon McMenemy gagal di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Copyright: © Media Official PSS Sleman
Seto Nurdiantoro dan Luis Milla jadi dua kandidat pelatih Timnas Indonesia setelah Simon McMenemy gagal di Kualifikasi Piala Dunia 2022.

INDOSPORT.COM – Nama Luis Milla kembali dikaitkan dengan Timnas Indonesia setelah Simon McMenemy gagal mempersembahkan kemenangan di empat laga Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Seperti yang diketahui, Timnas Indonesia harus menelan kekalahan dari Malaysia (2-3), Thailand (0-3), Uni Emirat Arab (0-5), dan Vietnam (1-3) di babak Grup G.

Empat kekalahan beruntun di Kualifikasi Piala Dunia 2022 tersebut membuat mereka kemungkinan besar sulit lolos ke putaran berikutnya.

Melihat situasi tersebut, sejumlah pihak pun menilai bahwa Luis Milla merupakan sosok yang tepat untuk menggantikan peran Simon di kursi kepelatihan Timnas Indonesia.

Terlebih mantan Sekjen PSSI, Ade Wellington mengaku sudah berkomunikasi dengan Luis Milla. Pelatih asal Spanyol itu dikabarkan sudah bersedia kembali ke Timnas Indonesia.

“Jadi mohon bantuan Pak Gatot untuk menyampaikan kepada para kandidat Ketum PSSI, siapapun yang terpilih, untuk menunjuk Luis Milla menjadi Pelatih Timnas-nya,” ujarnya.

Akan tetapi, nampaknya terlalu berisiko jika PSSI kembali menunjuk Luis Milla sebagai pelatih Timnas Indonesia. Hal itu dikarenakan agenda Timnas Indonesia dalam beberapa tahun ke depan tidak terlalu penting.

Setelah Kualifikasi Piala Dunia 2022 berakhir, Timnas Indonesia tak memiliki agenda penting internasional lainnya. Tim Garuda hanya akan bertarung di Piala AFF 2020 mendatang.

Sangat disayangkan jika PSSI mendatangkan Luis Milla hanya untuk menjadi juara Piala AFF 2020, yang tidak masuk dalam agenda FIFA. Meski begitu, juara tetap akan menjadi target demi mengangkat mental pemain dan kepercayaan suporter.

© INDOSPORT/Herry Ibrahim
Pelatih Luis Milla berdiskusi dengan Beto Goncalves di sela-sela latihan. Copyright: INDOSPORT/Herry IbrahimPelatih Luis Milla berdiskusi dengan Beto Goncalves di sela-sela latihan.

Namun sangat berisiko bagi PSSI jika melihat bayaran Luis Milla, sedangkan targetnya hanya turnamen sekaliber Piala AFF.

Menurut laporan media Vietnam, 24h, Luis Milla mendapatkan bayaran 44 ribu dolar atau setara dengan Rp623 juta per bulan. Upah yang ia terima itu dikabarkan menjadikannya sebagai pelatih termahal di Asia Tenggara.

Namun, gaji tersebut dikabarkan sempat tersendat selama hampir tiga bulan dengan nilai Rp6,9 miliar. Luis Milla bahkan harus menalangi biaya sewa rumah mulai Februari hingga Agustus 2018.

PSSI tentunya harus berpikir dua kali untuk mengembalikan Luis Milla ke Timnas Indonesia. Karena agenda Piala Asia saja masih empat tahun lagi, yakni 2023.

Apabila PSSI sudah merekrut Luis Milla pada saat ini, tentunya dompet mereka akan jebol sampai menunggu agenda penting seperti Piala Asia 2023 dan Kualifikasi Piala Dunia 2026 mendatang.

Jika tak ingin berisiko, PSSI bisa lebih dulu memberikan kesempatan kepada pelatih lokal untuk menggantikan peran Simon di Timnas Indonesia.

Nama juru taktik lokal yang dinilai cocok adalah pelatih PSS Sleman, Seto Nurdiantoro. Tak ada salahnya memberikan Seto untuk membantu Timnas Indonesia di Piala AFF 2020 mendatang.

Keputusan itu juga bisa membuat pelatih lokal memiliki pengalaman dan jam terbang di level internasional. Mungkin menjadi ide yang baik jika Seto langsung ditunjuk, saat Timnas Indonesia sudah benar-benar tak lolos di Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Karena dengan begitu, Seto bisa merasakan atmosfer Kualifikasi Piala Dunia 2022 terlebih dahulu, sebelum mengarungi Piala AFF 2020 mendatang.

1