INDOSPORT.COM - Mengupas pentingnya program Garuda Select dan bentuk pelatihan lain yang dilakukan ke luar negeri. Apakah efektif untuk pengembangan bakat muda atau hanya penghamburan uang?
PSSI selaku Induk sepak bola tertinggi Indonesia memang gencar melakukan pelatihan bakat muda ke luar negeri. Salah satu tujuan diterapkannya program tersebut adalah membuat Timnas Indonesia semakin bertaji dengan diperkuat pemain-pemain berkualitas hasil dari pelatihan di Eropa maupun Amerika Latin.
Jauh sebelum era Garuda Select yang kini telah mencapai generasi kedua, PSSI telah memiliki program pelatihan luar negeri lain yakni SAD Indonesia atau Sociedad Anonima Deportiva.
Program pelatihan nasional jangka panjang ke negara Uruguay ini dimulai pada tahun 2008 dan memiliki karakteristik yang sama dengan Primavera dan Baretti.
Dua nama terakhir yakni Primavera dan Baretti, juga merupakan bentuk pelatihan sepak bola yang dilakukan PSSI dengan mengirimkan pemain Tanah Air ke Italia yang memang pada saat itu menjadi kiblat sepak bola dunia.
Pada program SAD, pemain-pemain berbakat Indonesia dikirim ke Uruguay dan menjalani kompetisi Quinta Division atau turnamen junior di Uruguay bersama pelatih Cesar Payovich Perez dan dibantu asisten Jorge Anon.
Berjalan selama lima tahun, tim SAD Indonesia kesulitan untuk bersaing dengan tim-tim muda lokal sana. Tercatat dari 23 laga yang diarungi, tim SAD hanya memenangkan enam pertandingan dan menelan 17 kekalahan.
Kabar Gembira Pemain Ekonomi Kurang Mampu
Bagi pemain mungkin program pelatihan sepak bola ke luar yang dilakukan PSSI sangatlah berguna, khususnya bagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi namun ingin mengembangkan kemampuan olah bolanya.
Seperti yang diungkapkan Ananda Dhika Kuswardani. Pemain sepak bola berusia 15 tahun asal Sukoharjo yang terpilih dalam skuat Garuda Select II tersebut mengaku sangat senang dengan adanya program PSSI ke luar negeri tersebut.
Dhika Kuswardani menyebut jika program pelatihan seperti Garuda Select tersebut, bisa membantu anak-anak yang kurang mampu secara ekonomi dapat menggapai mimpinya menjadi pesepakbola profesional.
“Kalo menurut saya program ini sangat bermanfaat terutama dari keluarga kurang mampu seperti saya, karena program ini saya bisa lebih meningkatkan dari segi teknik dan fisik.”
“Terutama mental karena di sini nanti akan melawan klub yang notabene klub yang maju, dan dari itu saya belajar bagaimana cara bisa bermain bola yang benar,” ucapnya.
Jangan Terlalu Berharap
Meski pelatihan ke luar negeri seperti Garuda Select atau SAD hingga Baretti sangat bermanfaat bagi para pemain, namun banyak anggapan jika program tersebut tidak terlalu berpengaruh ke Timnas.
Seperti yang diutarakan pengamat sepak bola serta Direktur Teknik Timnas Futsal Indonesia Justinus Lhaksana, di mana Justin menyebut program pelatihan Garuda Select tak memberikan pengaruh signifikan kepada Timnas Indonesia.
"Gak ada pengaruh (program Garuda Select), kalo pelatihan di luar negeri berhasil pasti semua negara lakuin. Tapi dikirim ke sana (pelatihan luar negeri) itu bagus, kalau untuk Timnas (lebih baik) jangan harap," ucapnya kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Justin menambahkan jika program pelatihan ke luar negeri tersebut bagus untuk modal para pemain muda, sebab dengan pengalaman tampil di luar negeri bisa membuka kesempatan tampil profesional di Liga Indonesia.
"Iya bagus buat modal ke depan, syukur-syukur jadi pemain profesional. Gak ada salahnya, bagus buat menambah jam terbang, cuman jangan terlalu berharap," tambahnya.
Hal senada dikatakan oleh Timo Scheunemann. Mantan pelatih Persema Malang tersebut menyebut jika program pelatihan semacam Garuda Select cukup bagus bagi bibit muda.
Namun untuk membentuk skuat Timnas yang kuat para bibit muda tersebut harus dibarengi dengan kompetisi yang baik di seluruh Tanah Air.
"Saya cukup optimistis tentang Garuda Select, tapi idealnya pelatihan luar negeri harus dibarengi dengan kompetisi Liga di seluruh Indonesia, bukan dengan turnamen," ucap Timo kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Timo mengungkapkan jika Asprov tiap-tiap daerah harus ikut aktif dalam pengembangan bibit muda jebolan Garuda Select, selain itu negara harus menyediakan prasarana penunjang di tiap kecamatan agar dapat memaksimalkan bakat muda yang berada di pelosok daerah.
"Asprov harus aktif (dalam pengembangan pemain muda). Negara juga harus menyediakan lapangan bola dan gor di setiap kecamatan. Indonesia itu kaya (SDM dan SDA), kalau mau pasti bisa," tambahnya.
Sinergi dan Pembinaan Berkelanjutan
Berdasarkan pernyataan dua pengamat sepak bola Tanah Air tersebut, program latihan pemain muda ke luar negeri yang dilakukan PSSI sejatinya memang dibutuhkan dan penting bagi para pemain muda.
Namun proses serta pengembangan pemain setelah lulus dari program latihan tersebut harus tetap dijaga, para pemain harus mengikuti turnamen yang rutin digelar tiap tahun agar kemampuan mereka bisa terus terasah.
Sehingga nantinya para bakat muda lulusan pelatihan luar negeri tersebut bisa membentuk Timnas yang kuat, seperti yang diucapkan Justinus Lhaksana bahwa Timnas yang kuat berasal dari pembinaan yang tepat.
"Belanda itu maju bukan karena bakatnya tapi karena infrastrukturnya, (ibaratnya) dari Sabang sampai Merauke ada kompetisinya dan pengembangan pemain mudanya jelas," ucap Justin.
"Timnas itu produk dari liga, liga itu diambil dari pembinaan. Kalo pembinaan benar dan Liga benar maka Timnasnya bisa benar. Jadi gak harus keluar negeri," tutupnya.
Para pemain jebolan pelatihan luar negeri tersebut pun harus pandai mengatur pola hidup mereka selama di Indonesia, jangan sampai program yang memakan biaya cukup mahal ini terbuang sia-sia dengan lifestyle kurang disiplin.
Melansir pada tabloid BOLA edisi no. 530, dituliskan bahwa program PSSI Primavera yang memberangkatkan 20 nama pemain U-19 PSSI ke Italia tersebut mencapai angka Rp12 miliar.