INDOSPORT.COM - Pesta Olahraga negara-negara Asia Tenggara, SEA Games 2019 sudah di depan mata. Cabang olahraga sepak bola tentu yang paling menjadi sorotan masyarakat Indonesia, sebab belum pernah lagi meraih medali emas selama hampir tiga dekade sejak edisi 1991.
Mengupas serial khusus SEA Games 1991, tak lengkap rasanya jika tak membahas soal Heriansyah. Legenda asal Samarinda yang tak menyangka jika perjalanan singkatnya di timnas Indonesia tercatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah sepak bola nasional.
Secara eksklusif kepada INDOSPORT, Heriansyah membuka kembali kenangan lawas saat membela timnas Indonesia periode 1991-1992 di bawah asuhan pelatih asal Rusia, Anatoli Polosin. Ia diketahui menjadi 'ban serep' menyusul mundurnya gelandang lainnya, Inyong Lolombulan, dari skuat.
“Berbicara SEA Games 1991, sebenarnya waktu itu saya seperti bermimpi. Pertama kali masuk timnas senior. Terdapat tujuh orang dari skuat pra-olimpiade yang dipromosikan ke senior. Saya ikuti saja latihan yang katanya keras bersama coach Anatoli Polosin,” papar Heriansyah.
“Sekarang karena timnas Indonesia sudah tak pernah juara jadi muncul kenangan, ternyata edisi 1991 itu melegenda ya. Dulu saya anggap biasa saja karena memang empat tahun sebelumnya (1987) Indonesia juga meraih medali emas," tambahnya.
Terapkan Ilmu Polosin
Aktif sebagai instruktur dalam program filosofi sepak bola Indonesia (filanesia), Heriansyah belajar banyak dari metode pelatihan Anatoli Polosin, meski tak sepenuhnya bisa diterapkan dalam jagat sepak bola Indonesia saat ini.
Heriansyah mengenang kembali bagaimana sosok pelatih asal Rusia itu menempa fisik serta mental pemain timnas Indonesia hingga bisa meraih titel juara SEA Games 1991.
“Banyak yang berkesan. Saya yang muda saja waktu itu merasa berat ikut latihan ala Polosin. Yang membedakan, Polosin itu ada program latihan tiga kali sehari, seperti minum obat," imbuh Heriansyah.
"Saat sudah beralih profesi menjadi pelatih atau instruktur, saya baru belajar banyak bagaimana periodisasi metode latihan. Memang ada yang saya ikuti dari Anatoli Polosin, yaitu penerapan metode shock therapy,” cetusnya.
Menilik program latihan dan materi pemain timnas Indonesia U-23 yang akan terjun langsung ke SEA Games 2019 di Manila, Filipina, Heriansyah mengaku optimistis bisa kembali mengulang sejarah meraih medali emas, dengan sejumlah catatan dan peninggalan dari Anatoli Polosin.
"Indonesia pada saat itu kalau di ASEAN paling superior. Paling hanya melirik Thailand, tapi ke sini-sini kok semakin jauh,” tambahnya.
“Latihan Polosin ini berat, tapi saat itu mungkin dianggap metode yang paling cocok. Dia punya satu kunci kelemahan pemain Indonesia, kondisi fisik. Kami harus punya semangat juang, didukung fisik mumpuni. Model latihannya di zaman sekarang tidak bisa serupa, tapi indikatornya bisa sama,” pungkas Heriansyah.
Heriansyah menjadi satu di antara 18 pemain dalam skuat juara SEA Games 1991 yang diulas satu per satu oleh INDOSPORT. Nantikan ulasan tentang pemain lainnya.