INDOSPORT.COM - Mari melihat sedikit momen era Persik Kediri (klub Liga 2 2019) masih berkiprah di kasta teratas sepak bola Indonesia.
Persik Kediri diketahui memiliki sejumlah momen saat masih berlaga di kasta teratas sepak bola Indonesia usai ajang Perserikatan dan Galatama pada 1994 silam.
Persik merupakan salah satu klub yang cukup disegani kala masih bermain di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Pasalnya Macan Putih pernah merasakan juara.
Hal tersebut terjadi pada kompetisi teratas sepak bola Indonesia musim 2003 silam. Saat itu Persik mengoleksi 67 poin dari 38 laga.
Bahkan striker asing mereka kala itu Bamidelle Frank Bob Manuel sukses mengoleksi 29 gol. Beda dua digit dari pencetak gol terbanyak Oscar Aravena (PSM).
Keberkahan itu membuat Persik tampil di Liga Champions Asia 2004. Namun hanya finis di urutan ketiga Grup G di bawah Seongnam Ilhwa Chunma (Korea Selatan), Yokohama F. Marinos (Jepang), dan di atas Binh Dinh (Vietnam).
Lalu tiga musim berselang, Persik kembali bisa meraih gelar juara usai difinal mampu menumbangkan PSIS dengan skor 1-0 di Stadion Manahan, 30 Juli 2006.
Striker kelahiran Uruguay (kini sudah naturalisasi) Cristian Gonzalez dinobatkan sebagai top skor usai mencetak 25 gol dalam semusim.
Kendati demikian Persik sempat mengalami fase degradasi. Namun klub yang berdiri pada 1950 silam ini mampu bangkit dan tampil di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Terakhir kali Persik bermain di kasta tertinggi sepak bola Indonesia terjadi pada musim 2014 silam. Macan Putih mengemas 21 poin dan finis di posisi delapan wilayah barat.
Pada musim 2015, Persik mengalami degradasi. Hal tersebut tak lepas dari krisis finansial yang dialami klub yang bermarkas di Stadion Brawijaya ini.
Pasalnya sponsor utama mereka kala itu PT Gudang Garam tak lagi menggelontorkan dana yang fantastis lantaran ada larangan sponsor rokok di dunia sepak bola profesional.
Persik juga memilih untuk undur diri dari kompetisi Divisi Utama (kini Liga 2) bersama Persiwa akan persoalan krisis keuangan yang dialami.
1. Tertahan 16 besar
Usai Persik degradasi, momen yang sempat terjadi adalah ketika dua wakil Indonesia di turnamen Asia tertahan di babak 16 besar Piala AFC 2015.
Padahal Persipura sukses tak terkalahkan dengan mengoleksi 16 poin di Grup E, meski diisi oleh Bengaluru FC (India), Maziya (Maldives), dan Warriors (Singapura).
Sedangkan Persib juga tak terkalahkan dengan mengumpulkan 12 angka di Grup H, yang dihuni Ayeyawady United (Myanmar), New Radiant (Maldives), dan Lao Toyota FC (Laos).
Di babak 16 besar, Persipura kandas dari Pahang FA (Malaysia), 0-3 dan Persib kandas dari Kitchee (Hong Kong) dengan skor 0-2.
2. Muncul Piala Presiden
Kemudian momen kala Persik degradasi adalah munculnya gelarantak resmi, yakni Piala Presiden 2015. Sebanyak 16 peserta memperebutkan trofi tersebut.
Piala Presiden 2015 pun dimenangi Persib Bandung kala mengalahkan Sriwijaya FC dengan skor 0-2. Piala Presiden sendiri masih berlangsung hingga kini.
Lalu muncul pula ajang Piala Jenderal Sudirman yang dihadirkan untuk membuat dunia sepak bola Indonesia tak mati suri. Mitra Kukar menjadi pemenang pada ajang ini.
3. PSSI disanksi FIFA
Momen terakhir yang tak terlupakan ketika Persik degradasi adalah PSSI yang disanksi untuk pertama kalinya oleh FIFA pada Mei 2015.
FIFA menjatuhkan hukuman tersebut usai menganggap pemerintah Indonesia telah melakukan pelanggaran dengan intervensi terhadap sepak bola.
Kejadian yang dialami sepak bola Indonesia tak lepas dari kisruhnya pengurus PSSI. Bahkan di tahun sebelumnya pernah terjadi dualisme.