INDOSPORT.COM – Lionel Messi telah resmi menjadi peraih Ballon d’Or tahun ini setelah menyingkirkan kandidat terkuat peraih Ballon d’Or musim ini, Virgil van Dijk dan rival abadinya, Cristiano Ronaldo.
Hal tersebut membuat koleksi trofinya menjadi 6 buah. Capaian megabintang asal Argentina itu membuatnya menjadi pemain terbanyak yang dapat mengkoleksi Ballon d’Or sepanjang karirnya di sepakbola professional.
Bagaimanapun, keputusan tersebut sarat akan kontroversi. Beberapa pihak memandang jika capaian Messi musim lalu tidak sebanding dengan apa yang telah Ronaldo dan Van Dijk perlihatkan di lapangan.
Ronaldo berhasil mengantarkan Timnas Portugal menjuarai Nations League dan mengantarkan Juventus menjadi kampiun Serie A Liga Italia dan Piala Super Italia. Sedangkan Van Dijk berhasil membawa Liverpool menjadi kampiun Liga Champions dan Piala Super Eropa. Messi sendiri, tercatat hanya mampu membawa Barcelona meraih trofi LaLiga Spanyol musim lalu.
Raihan trofi Messi yang lebih sedikit dari dua pesaingnya tersebut dianggap tidak merepresentasikan apa yang telah dia lakukan di lapangan selama satu musim penuh, entah bersama klub atau tim nasional negaranya.
Tetapi, beberapa pihak menilai jika Ballon d’Or bicara perihal statistik individu dan bukan ajang yang memakai kontribusi seorang pemain terhadap trofi yang diraih oleh klub atau tim nasional negaranya.
Jika memang itu yang menjadi landasan voting, maka jelas saja jika tahun ini Van Dijk gagal untuk mengulangi kegemilangan Fabio Cannavaro, Mathias Sammer, dan Franz Beckenbauer, barisan pemain bertahan yang berhasil meraih penghargaan pemain terbaik dunia itu.
Dilansir dari givemesport, selain Ballon d’Or Messi yang tahun ini menuai kontroversi, tercatat ada 3 kontroversi besar terkait perebutan gelar pemain terbaik sedunia ini. Tiga di antaranya adalah:
Michael Owen (2001)
Saat ini Owen menjadi pemain kelahiran Inggris terakhir yang mampu mengangkat trofi bergengsi tersebut setelah pada tahun 2005, Frank Lampard dan Steven Gerrard yang menjadi wakil dari Inggris gagal mengulangi kesuksesan seniornya tersebut.
Predator ganas Liverpool tersebut tercatat mencetak 24 gol dari 46 penampilannya bersama Liverpool dan berhasil mengantarkan The Reds meraih treble winner dengan menjuarai Piala FA, Piala Liga, dan Piala UEFA (Liga Europa).
Banyak pihak memandang jika Raul Gonzales lebih layak untuk gelar tersebut. Pasalnya, Raul berhasil membawa Real Madrid menjuarai Liga Champion bersamaan dengan dinobatkannya dia menjadi top skor Liga Champions musim 2000/01.
Andriy Shevchenko (2004)
Shevchenko adalah juru gedor andalan AC Milan saat itu. Dirinya menjalani musim yang luar biasa di Milan dan mengantarkan Rossoneri meraih gelar Serie A Liga Italia.
Tetapi banyak kalangan melihat jika Sheva tidak layak diganjar gelar pemain terbaik dunia saat itu. Banyak kalangan menilai jika Deco lebih cocok menerima Ballon d’Or tahun 2004.
Pasalnya, legenda Portugal tersebut mampu membawa Porto meraih 4 trofi dalam 1 musim. Liga Portugal, Piala Super Portugal, Liga Champions, dan Piala Interkontinental adalah 4 trofi yang Deco bawa ke Estadio do Dragao.
Luka Modric (2008)
Modric dan Timnas Kroasia akan menjadi salah satu cerita yang akan dikenang sampai berpuluh-puluh tahun lamanya. Pemain berusia 34 tahun ini dulunya adalah seorang pengungsi korban kekejaman perang Kroasia dan pada tahun 2018, dia berhasil membawa Kroasia menjadi runner up Piala Dunia 2018 setelah dikalahkan Prancis 4-2 di babak final.
Banyak pihak menyayangkan kenapa harus Modric yang meraih gelar pemain terbaik dunia tahun itu. Tetapi, kerja keras, dedikasi, dan semangat pantang menyerah salah satu gelandang terbaik dunia itu patut diacungi jempol. Pada tahun 2018 itu juga, akhirnya publik tidak melihat nama Messi atau Ronaldo sebagai peraih Balon D’Or.
Jadi, apakah Messi sebenarnya layak untuk menjadi pemain terbaik dunia tahun ini. Apakah para voters tidak terlalu menglorifikasi kejayaan dan kehebatan seorang Messi? Patut ditunggu apakah tahun depan kita akan melihat Messi ada di daftar urutan pertama peraih Ballon d’Or atau tidak.