INDOSPORT.COM - Penampilan gemilang Chris Smalling bersama AS Roma, membuat Manchester United terpukau. Apakah dirinya perlu diboyong kembali, dan mengakhiri masa pinjamannya?
Mengalami penampilan yang tidak konsisten dalam beberapa musim terakhir, membuat Chris Smalling harus terdepak dari skuat utama Manchester United pada musim panas atau Agustus 2019 lalu.
Ia dilepas ke klub ibu kota Italia, AS Roma dengan status pinjaman. Tanpa melihat grafik performa di tim lamanya, pelatih Paulo Fonseca langsung menjadikan Smalling piliha utama di lini belakang Giallorossi musim ini.
Keputusan tersebut ternyata cukup tepat. Bersama Smalling, Roma tampil tangguh dan menjadi timnya dengan pertahahan terbaik, hingga mampu menembus peringkat ke-4 mengoleksi 29 poin.
Sampai pekan ke-15 Serie A Liga Italia ini, mereka baru kebobolan 15 gol. Hal yang membuat Roma jadi salah satu tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit, bersama Juventus dan Lazio (15 gol kebobolan).
Smalling sendiri merupakan pemain yang paling sering menyapu bola dari pertahanan Roma dengan rasio 1.0 tekel per laga atau total ia sudah melakukan sebanyak 44 kali sapuan.
Pujianpun banyak dialamatkan kepadanya. Seperti salah satu pandit Sky Sports Italia, Tommaso Fiore yang menyebut pemain kelahiran 22 November 1989 itu layak masuk skuat Timnas Inggris untuk EURO 2020.
Meski penampilannya seperti terlahir kembali di AS Roma, tidak membuat Smalling serta merta menyatakan ingin bertahan. Ia justru rindu dengan atmosfer sepak bola di Old Trafford.
"Semoga saja performa saya bisa terus memberikan dampak positif kepada tim. Namun, saya rindu dengan Manchester United,” aku Chris Smalling mengutip dari Talk Sport.
"Saya menghabiskan waktu yang cukup lama di sana (2010-2019). Saya sudah terbiasa menjadi bagian dari mereka. Tapi perasaan ini adalah hal yang normal. Untuk saat ini saya lebih fokus pada permainan di atas lapangan." lanjutnya.
Chris Smalling Ingin Balik
Ucapan bek berusia 30 tahun itu sontak memunculkan kabar kalau dirinya akan segera kembali ke Manchester United, dan menyudahi masa pinjaman akhir musim nanti.
Apalagi pihak The Red Devils juga pernah menolak tawaran permanen dari AS Roma, dengan biaya 15 juta euro. Padahal kalau mau objektif, mempertahankan Smalling sama saja menciptakan dilemma bagi Ole Gunnar Solskjaer.
Di bawah asuhan Ole Gunnar Solskjaer, Manchester United mengalami penampilan inkonsistensi di semua level kompetisi.
Marcus Rashford dan kawan-kawan sempat terlempar sampai peringkat 14 seusai menahan imbang Liverpool 1-1 di pekan ke-9. Disisi lain, laga itu menjadi titik balik bagi mereka untuk bangkit.
Usai ditahan imbang The Reds, Man United hanya menelan satu kekalahan dari tujuh pertandingan di semua kompetisi. Sisanya berakhir dengan kemenangan. Termasuk di laga Derby Manchester melawan Manchester City dengan skor 2-1.
Menimbulkan Dilema di Manchester United
Hal tersebut membuat Ole seolah sudah menemukan resep untuk meracik skuat asuhannya dengan baik. Menerapkan formasi tiga atau empat bek dengan tepat, adalah salah satu kuncinya.
Ole paham betul, kapan ia harus memainkan skema tiga bek dan empat bek. Biasanya, ia menerapkan tiga pemain belakang jika bertemu lawan yang di atas kerta lebih dominan, dan rajin mencetak gol seperti ketika lawan Liverpool.
Tapi apabila lawan mereka adalah tim yang secara logika bisa didominasi, David De Gea akan memiliki empat pemain bertahan di depan gawang. Hingga 12 Desember 2019, Solskjaer sudah tiga kali menerapkan pola tiga bek di musim ini.
Pertama saat bertemu Liverpool, kedua melawan Chelsea di Piala Liga Inggris, dan ketiga melawan Sheffield United. Hasilnya, tak satupun berakhir dengan kekalahan (1 menang, 2 imbang).
Statistik membuktikan, Ole Gunnar Solskjaer sejatinya saat ini tidak dalam urgency yang tinggi untuk memboyong kembali Chris Smalling agar pertahana mereka kuat seutuhnya.
Apalagi pertahanan Manchester United sendiri sejauh ini tidak terlalu buruk. Meski gawang David De Gea baru dua kali merasakan clean sheets, tapi rata-rata mereka kebobolan sekali di setiap laga (1.19).
Mereka adalah Leicester City dengan goals conceded per match 0.67, Liverpool (0.88) dan Sheffield United (1.00). Statistik mentereng itu tidak lepas dari penampilan bagus dua palang pintu mereka Harry Maguire dan Victor Lindelof.
Keduanya rajin menyapu bola dari daerah pertahanannya (69 dan 59 kali) dibandingkan Nicolas Otamendi (24 kali), John Stones (24 kali), ataupun David Luiz (55 kali) dalam hal sapuan atau clearances di setiap pertandingan.
Itu artinya, kedatangan Smalling hanya akan menciptakan dilema untuk Manchester United, dibawah asuhan Ole Gunnar Solskjaer yang lebih sering menduetkan Maguire dan Lindelof di lini belakang.
Eric Bailly saja sampai harus rela jarang ditampilkan. Lagipula, tampil bagus bersama AS Roma belum membuat Chris Smalling dapat melakukan hal yang sama di Manchester United di Liga Inggris.