INDOSPORT.COM – Timnas Indonesia U-23 baru saja menyelesaikan pertandingan final SEA Games 2019 melawan Vietnam pada Selasa (10/12/19) malam WIB.
Garuda Muda dipaksa menyerah 0-3 dari Vietnam. Tiga gol Vietnam tersebut dihasilkan melalui catatan brace Doan Van Hau dan Do Hung Dung.
Hasil minor ini pun membuat Timnas Indonesia U-23 gagal mengulang kembali kejayaan mereka di SEA Games 1991 silam. Padahal ini momen yang cukup tepat untuk menghentikan puasa gelar Merah Putih.
Timnas Indonesia U-23 dan Vietnam bermain sangat agresif sejak awal pertandingan. Keduanya sama-sama bermain cukup baik pada laga yang berlangsung di Rizal Memorial Stadium.
Sayangnya, Garuda Muda sulit membongkar pertahanan disiplin yang diperlihatkan oleh anak asuh Park Hang-seo. Barisan tengah dan belakang Vietnam memang cukup menyulitkan Timnas Indonesia U-23.
Agresivitas Saddil Ramdani dkk. mampu diredam oleh para pemain Vietnam U-23. Karena beberapa kali mereka menutup pergerakan pemain Timnas Indonesia U-23, khususnya di sisi lapangan, dengan dua orang.
Situasi ini yang membuat para pemain depan Garuda Muda sulit untuk mengembangkan permainan dengan cara melakukan penetrasi dari sisi sayap. Vietnam sepertinya sudah sangat mengerti gaya permainan Timnas Indonesia U-23 ini.
Tak hanya pertahanan Vietnam yang sangat disiplin, namun malapetaka menghampiri Timnas Indonesia U-23 setelah Evan Dimas harus ditarik keluar lapangan akibat cedera pada menit ke-25.
Pelatih Indra Sjafri pun memilih untuk memainkan Syahrian Abimanyu untuk menggantikan peran Evan Dimas. Pergantian inilah yang akhirnya menjadi mimpi buruk Garuda Muda.
Karena Syahrian Abimanyu cenderung bermain cenderung lebih kaku, sehingga sirkulasi bola dari Timnas Indonesia U-23 menjadi lambat dan mudah diantisipasi Vietnam.
Masuknya Egy Maulana Vikri di babak kedua juga tak mampu memberi nilai lebih pada level permainan Timnas Indonesia U-23. Pasalnya sejumlah gerakan manuver Egy Maulana Vikri sudah dibaca oleh barisan pertahanan Vietnam.
Kehilangan sosok Evan Dimas menjadi salah satu faktor sulitnya Garuda Muda membongkar pertahanan Vietnam. Karena mereka lebih sering memainkan permainan dari sisi sayap, yang sudah diantisipasi dengan baik oleh Vietnam.
Dua bek sayap Vietnam bermain sangat agresif, di mana mereka tak menunggu atau membayangi pemain lawan saat membawa bola. Namun justru terus menekan sehingga pemain Timnas Indonesia U-23 kebingungan.
Akibatnya secara statistik, intensitas serangan Timnas Indonesia U-23 tidak seberbahaya Vietnam. Menurut laporan dari Soccerway, jumlah tembakan ke gawang dan shot on target Timnas Indonesia U-23 kalah banyak dari Vietnam.
Dari sisi total tembakan ke gawang, Timnas Indonesia U-23 hanya mampu melakukan sebanyak 6 kali berbanding 9 milik Vietnam. Sedangkan shot on target Timnas Indonesia U-23 cuma sebanyak 3 kali berbanding 4 dengan apa yang dilakukan oleh Vietnam.
Kelemahan Garuda Muda lainnya hadir saat mereka mengantisipasi bola mati. Itu terbukti ketika dua gol Vietnam lahir melalui situasi bola mati.
Dapat kita telaah bahwa para pemain bertahan Timnas Indonesia U-23 kalah postur dengan Vietnam. Tak hanya itu, kerap kali para pemain bertahan Timnas Indonesia U-23 hanya berfokus pada bola bukan ke pergerakan tanpa bola pemain Vietnam di dalam kotak penalti ketika set piece terjadi.
Barisan pertahanan Timnas Indonesia U-23 sebenarnya bermain cukup apik pada pertandingan final SEA Games 2019 ini. Karena Vietnam sendiri kesulitan mencari peluang berbahaya dari permainan terbuka di sepanjang laga.
Sayangnya, Garuda Muda sedikit lupa bahwa gol bisa datang dari mana saja, termasuk situasi bola mati. Buruknya penjagaan bek Indonesia terlihat pada gol pertama Vietnam, di mana Doan Van Hau dibiarkan bebas.