INDOSPORT.COM - Evaluasi perolehan medali kontingen Indonesia di perhelatan SEA Games 2019 Filipina, apakah sudah sesuai target?
Tak terasa perhelatan multi-event SEA Games 2019 Filipina akhirnya telah usai digelar. Di perhelatan ke-30 ini kontingen Indonesia finis di peringkat ke-4 di bawah Filipina (juara umum), Thailand, dan Vietnam.
Jika ditanya apakah capaian ini memenuhi target, maka jawabannya adalah bisa iya dan bisa tidak. Mengapa?
Kurang lebih pada pelepasan kontingen dua pekan lalu Presiden Jokowi didampingi Mensesneg Pratikno dan Menpora Zainuddin Amali memberikan sebuah target kepada kontingen Indonesia di SEA Games 2019.
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi meminta agar Indonesia sanggup merebut 60 medali emas dan tembus di dua besar klasemen akhir.
"Kalau bisa 60 medali emas dan meraih peringkat dua besar. Karena di Asian Games 2018 kita (Indonesia) bisa finis urutan empat," ujar Jokowi ketika itu.
Jika dilihat dari sisi medali, maka pencapaian Indonesia di SEA Games 2019 berhasil melampaui target. Secara total, kontingen Indonesia mengoleksi 267 medali. Dari 267 medali itu sebanyak 72 buah berupa emas, sementara 82 sisanya adalah perak, dan 111 perunggu.
Namun, jika menilik target dua besar maka jawabannya adalah sebuah kegagalan. Setelah sempat cukup lama nangkring di posisi kedua, Indonesia perlahan tapi pasti terkejar dari Thailand dan melorot ke posisi keempat.
Masih bicara soal target. Ternyata bukan hanya Jokowi yang mencanangkan. Dari pihak KOI dan kontingen sendiri tentunya juga memasang target.
Namun, target ini lebih 'realistis' ketimbang milik Jokowi. Pihak KOI dan kontingen menargetkan Indonesia untuk merebut 54 medali emas dan tembus empat besar.
Jika memakai tolak ukur ini, maka apa yang diraih kontingen Indonesia berhasil melebihi target. Lalu, pertanyaannya, mengapa dengan perolehan medali emas sebanyak 72 Indonesia tetap terdampar di posisi empat? Apakah KOI dan presiden salah melakukan perhitungan?
Persiapan Tidak Maksimal
Persiapan Indonesia di SEA Games 2019 menemui banyak jalan terjal sejak awal. Masalah pendanaan menjadi penyebab utama mengapa Indonesia tak berangkat dengan persiapan maksimal.
Menurunya anggaran APBN berujung pada terbatasnya dana pelatnas SEA Games. Pada 2019 ini Kemenpora mengumumkan dana pelatnas sebesar sekitar Rp500 miliar.
Jumlah Rp500 miliar ini masih harus dipotong untuk National Paralympic Committee (NPC) sehingga dana bersih untuk Pelatnas SEA Games 2019 hanya Rp273 miliar. Jumlah ini lebih rendah ketimbang pelatnas tahun lalu yang mendapat dana bersih mencapai lebih dari Rp500 miliar.
Minimnya anggaran dari pemerintah pun berimbas pula pada persiapan atlet-atlet jelang SEA Games 2019. Kemenpora menjadi lebih selektif dalam memberikan dana ke cabor. Banyak dari PB yang mendapatkan dana jauh lebih kecil dari proposal yang diajukan.
Tak cuma itu, pada SEA Games kali ini Indonesia juga menurunkan mayoritas atlet junior atau yang belum pernah turun di ajang internasional. Komposisinya sebesar 60 persen atlet junior dan 40 persen atlet senior.
Kebijakan ini datang langsung dari Kemenpora. Dengan kondisi ni, maka pihak KOI pun hanya mematok target medali emas sebanyak 54 dengan margin error 10-15 persen dan finis di posisi empat besar.
Salah perhitungan?
Jika bersandar pada keterangan dari Chef de Mission (CdM) Indonesia di SEA Games 2019, Harry Warganegara, hanya 72 persen target potensi emas Indonesia yang tercapai di Filipina. Itu artinya ada setidaknya 28 persen potensi medali emas yang harus lepas dari target awal.
Namun, beruntungnya, kehilangan ini dapat ditutupi oleh sejumlah cabor yang melebihi ekspektasi. Beberapa cabor yang tampil melebihi ekspektasi di antaranya adalah dayung dan polo air. Pihak kontingen sendiri terkejut dengan lonjakan medali emas Indonesia yang lebih tinggi dari target.
Dengan komposisi 60 persen atlet junior, capaian Indonesia terbilang luar biasa. Bisa melampaui target 60 medali emas yang diberikan sebetulnya patut diapresiasi.
Namun pertanyaannya, bagaimana mungkin KOI memasang target 54 medali emas dan hanya di posisi empat besar? Hal ini bisa jadi dikarenakan KOI kurang cermat dalam memperhitungkan jumlah cabor yang begitu banyak di ajang SEA Games Filipina.
Patut diingat, sebanyak 56 cabor dipertandingkan di SEA Games Filipina. Ini menjadikan perhelatan SEA Games 2019 sebagai edisi dengan jumlah cabor dan medali terbanyak dalam sejarah.