Kisah Pilu Darije Kalezic Selama Melatih PSM Makassar
Salah satu hal yang membuat suporter setia PSM merasa sangat sakit ditinggal Darije Kalezic tidak lain karena prestasi yang telah diukir. Ia (Darije) mundur dari jabatannya meski mampu mempersembahkan trofi Kratingdaeng Piala Indonesia 2018/19.
Trofi tersebut menjadi penghilang dahaga suporter PSM yang melihat klub kebanggaannya puasa gelar prestisius selama 19 tahun lamanya. Darije pun sukses memenuhi target utamanya bersama Pasukan Ramang pada musim pertamanya berkarir di Indonesia.
Tidak hanya itu saja, ia juga sukses membawa PSM menembus semifinal zona ASEAN Piala AFC 2019 sekaligus menepis bayang-bayang nama besar Robert Alberts. Sayang, PSM Makassar yang berada diperingkat ke-10 di klasemen sementara Liga 1 2019 hingga pekan ke-33 menjadi penyebab kuatnya tekanan agar Darije Kalezic mundur.
"Saya datang ke sini dengan satu target yaitu berusaha semaksimal mungkin untuk memenangkan trofi. Itu menjadi target utama saya," ungkap Darije saat menyatakan mundur saat sesi jumpa pers pra-laga melawan PSS Sleman.
"Saya juga memiliki target lain seperti mengorbitkan pemain muda Makassar. Serta membangun PSM untuk memiliki ciri khas permainan sendiri sehingga dalam jangka panjang akan membuat klub ini menjadi sangat kuat," jelas ia lagi.
4. Berseteru Dengan Pemain
Selain kontraknya yang memang berakhir pada Desember 2019 ini, pengunduran diri Darije Kalezic juga ditengarai isu tidak harmonisannya dengan sejumlah pemain senior PSM Makassar. Sebut saja Marc Klok, Ferdinand Sinaga, Abdul Rahman, dan lain-lain.
Paling hangat diingatan, Darije dengan tegas tidak memasukkan Klok ke dalam daftar susunan pemain pada laga tandang melawan PSIS Semarang. Penyebabnya, Klok melakukan tindakan indisipliner dengan datang sehari lebih lambat dari rombongan tim.
"Saat kami ke Magelang, saya tidak tahu kenapa Klok tidak ikut dalam rombongan, dia juga tidak memberitahu alasannya kepada saya. Setelah dia tiba di Magelang, saya berbicara dengannya. Klok melakukan tindakan indisipliner, saya pun menghukumnya dengan tidak memainkan melawan PSIS," jelas Darije.
5. Batal Melanjutkan Program Jangka Panjang di PSM
Keputusun Darije Kalezic mundur sebagai pelatih PSM Makassar membuat dirinya pun batal melanjutkan program jangka panjang yang telah disusun. Ia ingin PSM memilik ciri khas permainan sendiri dengan menganut sistem sepak bola modern yang memulai serangan secara perlahan dari kiper hingga penyerang.
"Kami sudah bisa mengaplikasikan gaya bermain yang saya ingin bangun disetiap laga yang telah dimainkan sebelumnya. Tujuan selanjutnya adalah proses itu berlanjut ke musim depan dengan memasuki tahap yang lebih sulit lagi," jelas Darije.
Pelatih sepak bola berusia 50 tahun ini menyebut, Pasukan Ramang saat ini telah berada pada level awal dalam skema permainannya. Sehingga, dengan pemain pilihannya, Darije menargetkan musim depan PSM Makassar semakin lihai memainkan sistem sepakbola modern.
"Setelah 11 bulan melatih PSM, saya sudah tahu pemain mana saja yang bisa melanjutkan tahap selanjutnya. Juga pemain yang tidak mampu dan pemain lokal yang bisa membantu PSM menjadi lebih kuat," jelas eks Wellington Phoenix ini lagi.
Sayang, seiring berjalannya waktu dengan sejumlah intrik yang terjadi di ruang ganti PSM termasuk perseteruannya dengan pemain, membuat Darije Kalezic gagal melanjutkan ke musim depan. Ia harus mengubur impiannya dalam-dalam dan lebih memutuskan untuk mundur.
"Tapi di akhir bulan Oktober, saya tidak yakin kalau kami bisa melakukan itu di PSM. Saya telah menemukan alasannya, karena itu saya tidak bisa bertahan di PSM," tandas mantan pemain RKC Waalwijk dan De Graafschap ini.