INDOSPORT.COM - Gelar juara Liga 1 tak menjamin harga saham Bali United terus stabil. Bahkan saham PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. dengan kode BOLA sempat merosot ke level Rp302 per lembar pada penutupan, Rabu (18/12/19).
Sepajang kompetisi Liga 1 2019 bergulir, harga saham Bali United cukup stabil. Dari pembukaan awal Rp175 per lembar, saham Bali United sempat melonjak ke level Rp422 per lembar pada 19 Juni 2019.
Harga saham Bali United kemudian bertahap menurun ke level Rp375 hingga berada di level Rp340 per lembar. Angka ini sempat melonjak 20 poin jadi Rp360 per lembar pada 3 Desember 2019, setelah Bali United memastikan gelar Liga 1.
Namun penurunan signifikan kemudian terjadi mendekati akhir tahun. Pada penutupan Rabu (18/12/19), harga saham BOLA berada di level Rp302 per lembar.
Penurunan ini cukup mengagetkan mengingat Bali United berstatus sebagai jawara Liga 1 dan baru akan pesta pada 23 Desember 2019 mendatang.
Terkait hal ini, Chief Executive Officer (CEO) Bali United, Yabes Tanuri, memahami situasi yang terjadi. Harga saham bukan sekadar dipengaruhi prestasi tim, atau pun kebijakan manajemen, namun juga ekonomi global.
"Harga saham kan bukan kebijakan manajemen, tapi tergantung juga dengan market global. Bisa juga, jelang akhir tahun, banyak yang mau ambil cash duluan. Kita tidak pernah tahu kan," ucap Yabes Tanuri.
Namun harga saham BOLA kembali naik pada Kamis (19/12/19). Pada pukul 14.55 WIB, harga saham BOLA naik 26 poin ke level Rp328 per lembar. Naik turun harga saham merupakan hal biasa ketika perusahaan sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).