INDOSPORT.COM - Perseden Denpasar kecewa berat pada pelaksanaan kompetisi Liga 3 2019. Pengawasan terhadap jalannya kompetisi strata ketiga Liga Indonesia ini dinilai sangat lemah.
Laskar Catur Muka tersingkir secara menyakitkan pada babak 16 besar Liga 3 2019, setelah dikalahkan Putra Sinar Giri (PSG) Gresik. Dalam laga di Stadion Joko Samudro, Gresik, Kamis (19/12/19) sore, PSG Gresik menang adu penalti 4-2 (2-2).
Kekecewaan ini bukan karena Perseden kalah. Adu tos-tosan ini seharusnya tak perlu terjadi andai wasit tak memberikan penalti pada menit ke-119, yang membuat PSG bisa menyamakan kedudukan jadi 2-2.
"Dari awal sudah kelihatan, tapi kami coba tetap main normal. Kita unggul 1-0, kemudian jadi 1-1. Babak perpajangan waktu, kita unggul lagi jadi 2-1, tiba-tiba pertandingan mau habis, wasit kasih penalti buat tuan rumah," ucap pelatih Perseden, Wayan Sukadana usai pertandingan.
Dalam rekaman video pertandingan, terlihat tak ada benturan yang membuat Perseden harus dihukum penalti. Pemain dari kedua tim sama-sama melompat untuk berebut bola di udara.
"Itulah satu-satunya momen pemain lawan bisa jatuh di kotak. Akhirnya wasit kasih penalti buat tuan rumah. Dari awal saya sudah khawatir, apa yang terjadi di babak 32 besar, akan terulang lagi di 16 besar," tutur Wayan Sukadana.
Legenda hidup tim Galatama, Gelora Dewata ini menilai, pengawasan terhadap kompetisi Liga 3 sangat lemah. Keberadaan Satgas Antimafia Bola nyatanya tak berefek banyak pada jalannya kompetisi Liga 3.
"Presiden Jokowi sudah minta PSSI untuk membenahi tata kelola kompetisi. Tapi kejadian yang menguntungkan tuan rumah masih berulang hari ini. Mau sampai kapan seperti ini terus?," ungkap Wayan Sukadana.