INDOSPORT.COM – Shin Tae-yong ditunjuk PSSI sebagai pelatih anyar Timnas Indonesia untuk menggantikan Simon McMenemy. Berdasarkan statistik, ia tampaknya tak terlalu cemerlang ketika menangani tim nasional di level senior.
Dikutip dari Transfermarkt, ia menangani Timnas Korea Selatan senior pada Juli 2017 hingga Juli 2018. Dari 21 pertandingan yang ia jalani, Taeguk Warriors hanya merah rataan 1,29 poin dengan rincian tujuh kemenangan, enam seri, dan delapan kekalahan.
Dilihat dari selisih gol, Timnas Korea Selatan senior juga tak terlalu imprsesif di bawa asuhannya. Meski bisa mencetak 26 gol, ia harus melihat bola bersarang ke gawangnya sebanyak 27 kali.
Dua pertandingan pertamanya bersama Korea Selatan ialah Kualifikasi Piala Dunia 2018. Ia memimpin Hwang Hee-chan dkk. menghadapi Iran dan Uzbekistan. Namun, semua laga tersebut berakhir dengan skor kacamata.
Selanjutnya, ia menempuh 14 laga uji coba. Salah satu yang paling mengejutkan ialah kala mengalahkan Kolombia dengan 2-1. Pasalnya, Kolombia diperkuat oleh pemain top seperti Davinson Sanchez (Tottenham Hotspur) dan James Rodriguez (Real Madrid).
Adapun kekalahan Shin Tae-yong bersama Korsel lebih banyak diraih kala melawan negara Eropa. Di bawah asuhannya, Korsel harus mengakui keunggulan Rusia (2-4), Irlandia Utara (1-2), Bosnia-Herzegovina (1-3), Polandia (2-3), dan Swedia (0-1).
Namun, salah satu capaian positif Shin Tae-yong dalam periode tersebut ialah membawa trofi Piala Asia Timur 2017. Kemenangan atas Korea Utara (1-0) dan Jepang (4-1), serta hasil seri 2-2 dengan China, membuat mereka menjadi pemuncak dan juara.
Shin Tae-yong adalah pelatih yang memiliki fleksibilitas taktik tinggi. Dalam setahun bersama Korea Selatan, ia memainkan enam formasi berbeda, yakni 4-2-3-1, 3-4-3, 3-4-2-1, 4-4-2, 3-4-3, dan 3-5-2. Formasi 4-4-2 versi Shin menjadi yang paling cocok untuk diterapkan di Taeguk Warriors dengan lima kemenangan.
Fleksibilitasnya bisa jadi akan menguntungkan bagi Timnas Indonesia. Namun, melihat performanya bersama Korea Selatan, rasanya hal itu juga bisa menjadi bumerang. Pasalnya, salah satu kegagalan Indonesia di bawah Simon McMenemy ialah terlalu banyak melakukan perubahan dan bongkar pasang.