INDOSPORT.COM – Ole Gunnar Solskjaer telah mengalami transformasi di Manchester United, mulai dari menjadi seorang pembunuh berwajah bayi hingga robin hood.
Diboyong ke Manchester United pada tahun 1996, Solskjaer langsung masuk dalam intergral penting skuat setan merah di bawah arahan Sir Alex Ferguson. Sejak saat itu juga, Solskjaer bekerja keras hingga menjadi legenda bagi Manchester United.
Semua fans Manchester United di seluruh dunia pun tidak akan bisa lupa ketika Solskjaer mencetak gol penentu gelar Liga Champions 1999 atas Bayern Munchen.
Masuk sebagai pemain pengganti untuk Andy Cole, Solskjaer mencetak gol di injury time yang memastikan gelar treble bagi Manchester United. Di balik wajahnya yang polos dan sangat imut, tersimpan insting gol yang dapat membunuh lawan.
Oleh karena itu, Solskjaer pun mendapatkan julukan sebagai pembunuh berwajah bayi hingga akhirnya ia memutuskan pensiun di Manchester United pada 2007. Selepas pensiun, Solskjaer akhirnya kembali menginjakan kaki lagi Old Trafford akhir tahun lalu untuk melatih Manchester United.
Solskjaer Galak dengan Tim-tim Besar Tapi Lugu Sama Klub Semenjana
Robin Hood adalah seorang tokoh penjahat yang mencuri harta kekayaan dari orang bangsawan, tapi menariknya, hasil curian itu dibagikan kepada rakyat jelata. Semakin menarik, Solskjaer makin hari semakin mirip dengan tokoh Robin Hood.
Terutama di musim ini yang mana Solskjaer selalu mampu membawa Manchester United bermain luar biasa kala melawan tim-tim besar Liga Inggris. Sebaliknya ketika melawan tim semenjana yang posisinya di bawah, Manchester United mendadak linglung.
Contoh teranyar terjadi dalam beberapa minggu terakhir di Liga Inggris di mana Manchester United sanggup mengalahkan Tottenham Hotspur dan Manchester City. Akan tetapi ketika bersua Everton yang baru saja kehilangan pelatih, justru Manchester United ditahan imbang.
Jauh sebelum itu tepatnya pada awal musim, semua fans Manchester United bersuka cita menyambut keberhasilan setan merah membantai Chelsea (4-0). Namun 2 pekan berikutnya, Manchester United malah kalah di kandang sendiri dari Crystal Palace.
Secara keseluruhan, Manchester United bahkan belum pernah kalah dari anggota big six Liga Inggris dan jadi satu-satunya tim yang tidak bisa dikalahkan Liverpool. Akan tetapi Manchester United selalu kesulitan lawan tim yang ada di bawahnya dengan sudah kalah 4 kali.
Secara kasat mata, Solskjaer ini seperti seorang robin hood yang mengambil poin dari tim-tim besar untuk membagikannya ke klub semenjana yang ada di bawahnya. Pertanyaannya mengapa Solskjaer di Manchester United seperti kisah robin hood.
Taktik Solskjaer Hanya Bisa untuk Tim Besar yang Main Menyerang
Alasannya, dapat kita lihat dari pilihan taktik yang dipilih oleh Solskjaer di mana serangan balik menjadi senjata utama Manchester United musim ini. Berdasarkan data dari Whoscored, Manchester United hanya menjadi tim kedelapan dengan penguasaan bola tertinggi, bahkan di bawah Brighton.
Jumlah gol yang diciptakan oleh Manchester United dari situasi serangan balik pun cukup banyak yaitu sebanyak 3 kali. Bandingkan dengan situasi open play di mana Manchester United hanya sanggup mencetak 15 gol saja, selisih 20 gol dengan Manchester City.
Memang sejatinya taktik serangan balik yang dipilih oleh Solskjaer tidaklah salah karena menyesuaikan kapasitas pemainnya. Seperti yang kita tahu, Manchester United saat ini dihuni oleh para pelari cepat seperti Daniel James, Anthony Martial dan Marcus Rashford.
Tapi masalahnya ketika melawan tim semenjana yang cenderung bermain bertahan, Manchester United pasti bakal kesulitan. Pasalnya taktik serangan balik tidak akan bisa dipakai ketika melawan tim yang tak pernah menyerang bukan?
Sebaliknya, untuk melawan tim bertahan diperlukan sosok gelandang kreatif yang sayangnya Manchester United hanya punya Juan Mata, itupun sudah mulai termakan usia. Oleh karena itu wajar bila Solskjaer jadi robin hood di Manchester United.