INDOSPORT.COM - Ferry Paulus tak bisa dilepaskan dalam keberhasilan Persija Jakarta merekrut banyak bintang di bursa transfer Liga 1 2020. Berikut sekelumit kisahnya selama ini di Macan Kemayoran.
Kembali mengambil peran penting selepas mundurnya Gede Widiade dari Persija Jakarta, Ferry Paulus memang gagal menghadirkan kisah sukses di tahun pertamanya pada Liga 1 2019.
Dalam kepempinannya, Persija Jakarta hampir saja terjerembab dalam zona degradasi, meski akhirnya bisa selamat berada di peringkat ke-10 klasemen Liga1 2019 pada akhir musim.
Sekaan tak mau mengulang kisah yang sama, Ferry Paulus yang kini menjabat sebagai Direktur Olah Raga Persija Jakarta pun jor-joran mengelontorkan uang demi mendatangkan banyak pemain bintang ke Ibukota.
Melihat geliat luar biasa Persija Jakarta di bawah Ferry Paulus jelang Liga 1 2020 kali ini menjadi sangat menarik. Sebab dalam awal kepemimpinannya, Ferry Paulus datang disaat klub berjuluk Macan Kemayoran itu sedang mengalami masalah keuangan.
Ferry Paulus dan Uang 7 Miliar
Ferry Paulus mulai mendapatkan peran penting di Persija Jakarta sejak dirinya secara resmi terpilih sebagai Ketua Umum Persija Jakarta periode 2011-15 melalui rapat Umum Anggota, Sabtu (11/07/11).
Saat itu Ferry Paulus yang ikut pemilihan atas statusnya sebagai pengurus klub internal Persija Jakarta, MC Utama, bisa mengalahkan para pesaingnya seperti dari Tonny Tobias hingga Benny Erwin. Pria asal Manado itu mengungguli para pesaingnya dengan perolehan 14 suara dari total 21 suara yang ada.
Terpilihannya Ferry Paulus saat itu cukup mengejutkan. Sebab dirinya baru menyatakan ikut serta dalam pemilihan yang berlangsung di Ballroom Hotel Grand Cepaka Putih itu, seminggu sebelum acara.
Namun dengan dukungan mayoritas klub internal Persija Jakarta saat itu, Ferry Paulus akhirnya sukses mendapatkan kepercayaan.
Kepercayaan itu muncul tak lepas dari jaminan yang diberika bahwa bersamanya Persija Jakarta akan mandiri dan bangkit dalam masalah keungan yang kala itu membelitnya pasca tak bisa lagi dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) digunakan untuk sepak bola.
Pria kelahiran 24 Mei 1964 memang tak ingkar jajni. Setelah terpilih, gelontoran uang tujuh miliar dikeluarkannya untuk mendanai Persija Jakarta di Liga Super musim 2011/12.
Namun maslah tak berhenti sampai disitu. Ketidakpuasaan beberapa pihak atas terpilihnya Ferry Paulus kala itu memunculkan pergolakan di klub internal Persija Jakarta.
Bahkan seiring munculnya dualisme di kubu PSSI, muncul pula dualisme di kubu PErsija Jakarta. Hingg akahirnya ada klub Persija Jakarta tandingan yang bermain di Liga Primer Indonesia, kompetisi resmi kala itu dibawah naungan PSSI.
Seiring berakhirnya dualisme PSSI dan kompetisi Liga Indonesia, Persija Jakarta di bawah kepemimpinan Ferry Paulus kembali diakui sebagai pengelolah sah klub yang berdiri tahun 1982 tersebut.
Namun satu yang tak berubah dari kepemimpinan Ferry Paulus di Persija Jakarta, dirinya masih selalu gagal membawa timnya mencapai prestasi tertinggi di sepak bola Indonesia.
Bersama mantan General Manager Grup Astra tersebut, Persija Jakarta lebih sering akrab dengan papan bawah dari beberapa musim yang dilalui. Masalah keuangan pun tak benar-benar sepenuhnya menjauh dari juara Liga Indonesia 2001 itu.
Peran Ferry Paulus sempat sedikit tersingkir kala Gede Widiade mengambil alih tampuk pimpinan sebagai Direktur Utama Persija Jakarta pada tahun 2017. Menjadi ironi buat Ferry Paulus, karena bersama Gede Widiade Persija Jakarta justru berhasil meraih gelar juara pada Liga 1 2018.
Semakin tak mengenakan kala selepas Gede Widiade Mundur dan Ferry Paulus kembali menjadi sosok yang paling bertanggung jawab dalam pembentukan tim Persija Jakarta di Liga 1 2019, prestasi justru kembali menjauh. Kala Macan Kemayoran hanya bisa mengakhiri musim di perigkat 10.
Menjelang Liga 1 2020, di era kepemimpinannya dengan jabatan Direktur Olah Raga dan tanpa adanya masalah keuangan yang lagi membelit, Ferry Paulus terlihat sangat berambisi menghadirkan prestasi untuk Persija Jakarta.
Bersamanya, Persija Jakarta kini menjelma menjadi klub bertabur bintang. Baik itu bintang lokal, internasional, bahkan yang sudah punya nama besar di Eropa.