INDOSPORT.COM - Dipermalukannya Bali United oleh Svay Rieng dalam laga matchday ke-2 Grup G Piala AFC 2020 merupakan cerminan dari penyakit mereka pada musim lalu.
Bertanding di Phnom Penh Olympic Stadium, Kamboja, Bali United yang berstatus sebagai juara Liga 1 di luar dugaan harus dipermalukan oleh Svay Rieng. Bali United yang turun dengan kekuatan penuh dipaksa menyerah 1-2 oleh Svay Rieng.
Dua gol kemenangan Svay Rieng dicetak oleh Hoy Phallin dan Jean Befolo Mbaga Marie Privat, sedangkan gol Bali United atas nama Ilija Spasojevic. Kekalahan tersebut pun membuat Bali United gagal mengudeta Ceres Negros dari pemuncak klasemen sementara grup G Piala AFC 2020.
Tentu tak banyak yang menyangka Bali United harus tumbang di tangan Svay Rieng. Sebab, Serdadu Tridatu memiliki keunggulan di banyak hal.
Terdapat perbandingan mencolok perihal peringkat AFC Bali United dan Svay Rieng jelang kedua tim berjumpa di Piala AFC 2020, Selasa (25/02/20).
Selain itu, materi pemain Bali United lebih menonjol dari Svay Rieng. Hal ini bisa dilihat dari harga pemain yang dimiliki kedua tim.
Bali United musim ini memiliki pemain-pemain mumpuni baik lokal maupun asing. Berdasarkan data Transfermarkt, salah satu pemain asing Bali United, Brwa Nouri, memiliki nilai pasar mencapai 600 ribu euro atau Rp9,4 miliar.
Pemain-pemain lokal Bali pun dihargai sangat tinggi seperti Ricky Fajrin (325 ribu euro) dan Stefano Lilipaly (425 ribu euro). Maklum saja, di Bali United saat ini ada sekitar enam pemainnya yang berlabel Timnas Indonesia.
Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi skuad Svay Rieng. Pemain asing termahal Svay Rieng cuma ada di kisaran harga pasar 100 ribu euro.
Di atas kertas, Bali United seharusnya bisa menang mudah melawan Svay Rieng tanpa harus kebobolan dua gol terlebih dahulu.
Namun begitu, jika menengok ke belakang, sejatinya kekalahan yang diterima Serdadu Tridatu tidaklah sepenuhnya mengejutkan. Bahkan, hal ini bisa diprediksi sebelumnya.
Dipermalukannya Bali United oleh Svay Rieng di Piala AFC 2020 merupakan cerminan dari penyakit mereka pada musim lalu.
Penyakit Musim Lalu
Klub Bali United berhak tampil di Piala AFC 2020 setelah sanggup menjadi juara Liga 1 musim 2019 lalu. Bali sukses menyisihkan para pesaing-pesaing mereka seperti Madura United, Persebaya, sampai Persipura.
Bahkan, Fadil Sausu dkk berselisih 10 poin dari peringkat kedua, Persebaya. Bali sudah memastikan gelar juara pada pekan ke-30 di markas Semen Padang.
Namun, segelintir hal di atas sejatinya tak menutupi kenyataan bahwa Bali United tampil kesulitan musim lalu. Meski berselisih 10 angka dari peringkat kedua, namun Stefano Lilipaly dkk cuma sanggup mengumpulkan 64 poin.
Jumlah ini terbilang kecil untuk liga yang dihuni 18 tim dengan 34 pertandingan. Apalagi di awal musim mereka tampil meroket tak terkejar.
Ya, Bali United secara konstan tampil sangat buruk di putaran kedua. Dari 17 laga paruh kedua, Bali cuma mencatatkan 6 kemenangan, 5 imbang, dan menderita 6 kekalahan.
Bali United 'tertolong' oleh penampilan bagus mereka di putaran pertama. Dari 17 laga putaran pertama, mereka sukses meraih 13 kemenangan, 2 imbang, dan cuma menderita 2 kekalahan.
Bahkan Bali tampil tak terkalahkan di tujuh laga awal dan sempat menciptakan rekor tujuh kemenangan beruntun di Liga 1.
Namun, bak langit dan bumi, penampilan mereka di putaran kedua menurun drastis. Bali seperti kehilangan mental juara. Mereka bahkan sempat menderita kekalahan telak 6-0 dari Borneo FC.
Tak hanya itu, di empat laga terakhir, Bali juga gagal menang dengan cuma meraih satu seri dan tiga kekalahan. Kekalahan Bali di putaran kedua diderita dari PSIS, Borneo, PSM, Persikabo, Arema, dan Madura United.
Bali United bisa dibilang juga diuntungkan dengan penampilan buruk para rivalnya. Tim-tim pesaing Bali kebetulan juga tampil melempem musim lalu.
Jumlah 64 poin tentunya terbilang kecil. Bahkan angka ini kalah dari perolehan mereka di musim 2017 ketika harus jadi runner-up di bawah Bhayangkara. Saat itu Bali memperoleh 68 poin.
Jadi, jika dibilang Bali United tampil superior, nyatanya tidak demikian. Taktik Teco seakan sudah terbaca oleh lawan-lawannya. Selain itu, para pemain Bali sendiri juga tampil inkonsisten.
Di satu pertandingan mereka bisa tampil layaknya tim juara, namun di laga lain mereka tampil layaknya tim medioker.
Hal ini pun kembali ditunjukkan di gelaran Piala AFC 2020. Kedatangan sejumlah bintang seperti Nadeo Argawinata, Lerby Eliandri, Gavin Kwan Adsit, sampai M. Rahmat, nyatanya belum bisa merubah 'penyakit' ini.
Tanda-tanda ini sebetulnya bisa terlihat saat mereka harus dikandaskan oleh Melbourne Victory lima gol tanpa balas. Walau ini adalah duel berbeda kelas, namun seharusnya Bali United bisa berbuat lebih baik.
Dalam melawan Svay Rieng, Bali United tampil sangat buruk. Terutama di babak pertama.
Terlepas dari keputusan merugikan wasit, para pemain Bali gampang sekali kehilangan kontrol bola. Ricky Fajrin dkk juga melakukan transisi yang buruk, serta mental yang terlihat down ketika bermain di kandang lawan.
Semua kelemahan ini sebetulnya sudah terlihat sejak musim lalu. Jika Teco tak segera memperbaikinya, jangan kaget jika Bali United kembali gagal lolos dari fase grup Piala AFC seperti 2018 lalu.
Bali juga harus sadar bahwa persaingan Liga 1 2020 bakal lebih berat ketimbang 2019 kemarin. Sejumlah rival seperti Persija, Persebaya, dan Bhayangkara benar-benar mempersiapkan tim dengan baik.