INDOSPORT.COM - PSS Sleman menjadi satu-satunya klub promosi yang mampu bertahan di Liga 1 musim lalu. Kekuatan para pemain muda dan debutan di kasta tertinggi merupakan senjata ampuh bagi tim Super Elang Jawa untuk mengepakkan sayap hingga finis di posisi 8 besar.
Jangan lupa, tangan dingin pelatih muda bernama Seto Nurdiyantoro. Nahkoda berusia 45 tahun itu mampu memberikan sentuhan magis kepada skuat untuk bisa tampil impresif di atas lapangan.
Namun, semua itu hanya cerita musim lalu. Kondisi saat ini sudah berubah. Berbagai masalah non teknis seakan tidak pernah berhenti menghantam PSS Sleman.
Paling pelik tentu mundurnya Eduardo Perez dari kursi pelatih kepala, sepekan sebelum kick-off. Bak diterpa badai, PSS berusaha keluar dari pusaran angin untuk kembali terbang tinggi.
Gerak 1.000 langkah, manajemen PSS akhirnya menunjuk Dejan Antonic sebagai nakhoda baru. Kehadiran pelatih asal Serbia ibarat dua sisi mata uang.
Secara pengalaman, Dejan punya segalanya mengingat dia sudah paham betul atmosfer sepak bola Indonesia. Tak hanya sebagai pelatih, pria berusia 51 tahun itu juga sudah bertarung di kompetisi sepak bola sebagai pemain era 1990-an.
Namun, Dejan juga punya tantangan berat karena hanya kurang dari tiga hari sebelum kick-off ditunjuk sebagai pelatih. Tentu waktu yang tidak ideal baginya untuk setidaknya beradaptasi atau mengenal satu per satu para pemain.
Belum lagi, reputasi mantan pelatih Pro Duta sebagai pelatih kepala tidak terlalu mulus di Indonesia. Beberapa kali langkah Dejan harus terhenti di tengah jalan.
Tak ada jalan lain, Dejan Antonic harus membuktikan dirinya dengan prestasi. Tuga berat pun memang berada di pundak pria yang membawa timnas Yugoslavia menjuarai Piala Dunia U-21 1987 silam tersebut.