INDOSPORT.COM - Sepak bola kini tak lagi identik dengan laki-laki. Kaum perempuan pun mulai berpartisipasi di dalamnya. Olga de la Fuente selaku kepala LaLiga Foundation dan anggota LaLiga Management Comittee mulai melihat jarak kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam sepak bola semakin mengecil.
"Pengalaman saya selama 26 tahun di LaLiga Spanyol telah memberikan saya kesempatan untuk kenal dengan beberapa direktur, beberapa metode kerja berbeda, dan beberapa cara komunikasi yang berbeda," ujar Olga de la Fuente dalam rilis berupa kolom yang INDOSPORT dapatkan dari LaLiga.
"Khususnya melalui tipe kepemimpinan yang berbeda. Saya telah melihat bahwa ada perubahan yang terjadi. Sebuah jalan telah ditempa di masyarakat dan juga dalam sepak bola, di mana profesionalisme dan kerja keras lebih diutamakan daripada gender," sambungnya lagi.
LaLiga adalah contoh yang bagus bagi kesetaraan tersebut. Karena organisasi tersebut bergerak menuju kesetaraan melalui kerja keras, kegigihan, dan profesionalisme.
Selama enam tahun terakhir, yang bertepatan dengan kepresidenan Javier Tebas, LaLiga, telah mengalami perubahan dan mengalami pertumbuhan eksponensial di semua bidang.
Pertumbuhan itu tercermin dalam komitmen yang jelas terhadap kesetaraan gender dalam organisasi tersebut. Saat ini, ada 192 karyawan wanita yang bekerja di LaLiga. Jumlah itu merupakan 30% dari total tenaga kerja yang ada di sana. Partisipasi wanita dalam komite manajemen saat ini hampir 30%.
Itu merupakan presentase yang sangat tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain dan jauh lebih banyak daripada di organisasi olahraga lainnya.
Olga kemudian memberi contoh klub-klub LaLiga yang memakai jasa perempuan. SD Eibar dan CD Leganes merupakan dua klub yang ada di LaLiga yang memiliki presiden perempuan. Dua perempuan hebat itu telah berhasil mengarahkan klub kecil ke jajaran elite sepak bola Spanyol.
Kini, kehadiran perempuan menjadi sesuatu yang biasa dalam pertandingan sepak bola. LaLiga Foundation bekerja keras untuk memastikan bahwa jalan ini akan dibuat semulus mungkin.
Salah satu contohnya adalah proyek pendidikan Futura Aficion (Future Fan) di mana lebih dari 24.000 anak sekolah di Spanyol telah berpartisipasi sejauh ini dan yang bertujuan untuk memastikan anak-anak saat ini menjadi penggemar yang bertanggung jawab dan penuh hormat di masa depan.
Mereka banyak belajar tentang nilai-nilai kesetaraan, keanekaragaman, dan toleransi. Di Luar Spanyol, proyek kolaborasi dengan Yayasan Vicente Ferrer di Anantapur (India) yang diikuti oleh lebih dari 900 anak perempuan dan 28 pelatih.
Itu adalah program yang memiliki dampak besar pada kesetaraan gender di wilayah yang masih banyak terjadi diskriminasi dan isolasi terhadap perempuan.
Proyek tersebut dikembangkan bersama departemen Proyek Olah Raga di Za'atari (Yordania), di kamp pengungsi terbesar kedua di dunia yang patut mendapatkan perhatian khusus.
Dua pelatih LaLiga telah mengembangkan sebuah program olahraga komunitas yang berupaya meningkatkan kualitas hidup anak-anak melalui pelatihan, sesi pelatihan mingguan, dan lokakarya tentang nilai-nilai, serta melaui kompetisi olahraga yang diikuti sekitar seribu anak laki-laki dan perempuan sambil memamerkan warna-warna liga kami.
Berkat kerja keras para pelatih di lapangan, LaLiga telah melihat bagaimana para perempuan dan pelatih membentik kelompok yang sangat reseptif terhadap proyek dan juga menunjukkan antusiasme nyata tentang belajar dan mengambil bagian.
Kontribusi mereka semua yang telah dilakukan pada 8 Maret lalu patut untuk dihormati dengan melakukan serangkaian kegiatan terkait sepak bola yang dirancang khusus untuk mereka.
Pada kenyataannya, olahraga ini tidak melihat jenis kelamin. Sepak bola bukanlah milik pria atau wanita tetapi untuk semua orang. Olga de la Fuente telah menyaksikan transformasi ini secara langsung.
Pria dan wanita harus terus berjuang untuk kesetaraan gender di semua lapisan masyarakat, termasuk sepak bola, seperti yang telah dilakukan oleh LaLiga. Demikian pemaparan Olga dela Fuente.