INDOSPORT.COM – Penampilan sempurna Liverpool di musim ini mendadak berubah menjadi bencana, semua itu terjadi setelah winter break Liga Inggris.
Tidak akan ada yang menyangkal kalau Liverpool di musim ini tampil nyaris tanpa celah baik itu di Liga Inggris maupun Liga Champions. Bermain buruk pun, Liverpool selalu mampu menuntaskan laga dengan kemenangan lewat gol menit akhir.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, mendadak Liverpool tampil seperti kehilangan arah angin. Itu terlihat ketika satu per satu rekor yang seharusnya dipecahkan Liverpool musim ini, gagal dipecahkan.
Mulai dari rekor tak terkalahkan, treble winner, back to back Liga Champions, hingga juara Liga Inggris. Untuk yang terakhir, perkembangan terkini adalah semakin banyak pihak yang ingin Liga Inggris dihentikan akibat serangan virus corona, salah satunya Rio Ferdinand.
"Saya hanya berpikir Liga Premier seharusnya dibatalkan. Saya tahu akan ada banyak penggemar Liverpool yang mengatakan: Oh Rio, itu hanya karena Anda mendukung Manchester United," kata Ferdinand seperti yang dinukil dari Independent.
Jika Liga Inggris benar-benar dihentikan dengan keputusan Liverpool tidak jadi juara meski sudah unggul 25 poin atas Manchester City, rasanya ini akan menjadi musim paling PHP bagi suporter The Reds. Dan Petaka Liverpool musim ini berawal dari winter break aneh Liga Inggris.
Winter Break Aneh Liga Inggris
Seperti yang kita tahu, winter break atau yang lebih dikenal dengan jeda musim dingin, merupakan hal lumrah di sepak bola Eropa, tapi tidak dengan Inggris. Dari tahun ke tahun, winter break tidak pernah ada Liga Inggris.
Akan tetapi, FA selaku PSSI-nya Inggris akhirnya memberlakukan winter break di Liga Inggris. Sayang, aturan winter break-nya itu pun aneh karena tidak terjadi pada Desember hingga Januari seperti kompetisi elite Eropa lainnya.
Winter break Liga Inggris justru terjadi sejak awal Februari hingga pertengahan, itupun setiap tim memiliki masa istirahat berbeda-beda. Contohnya Liverpool yang ternyata hanya mendapatkan jatah libur selama 10 hari, lebih sedikit 2 hari dari Manchester City.
Lebih aneh lagi, masa istirahat Liverpool di winter break sempat diganggu dengan laga ulangan Piala FA melawan Shewsbury. Dengan kata lain, ada aturan yang tidak sinkron antara Liga Inggris dengan Piala FA dan itu menjadi masalah besar.
Winter break sesungguhnya merupakan kesempatan bagi para pemain untuk rehat sejenak dari segala tekanan untuk memenangkan pertandingan sepak bola. Sayangnya, winter break tampaknya justru merusak musim terbaik Liverpool di tahun ini.
Winter Break yang Menghancurkan Semua Mimpi Liverpool Musim Ini
Buktinya, selepas winter break, Liverpool langsung mengalami banyak kekalahan yang berujung pada gagal terpecahkannya sejumlah rekor. Selepas winter break, Liverpool terlah bermain sebanyak 7 kali di berbagai ajang dengan catatan hanya 3 menang dan sisanya kalah.
Liverpool memang berhasil mengalahkan Norwich City, Bournemouth dan West Ham, tetapi itu diraih dengan susah payah. Sisanya, Liverpool kalah dua kali dari Atletico Madrid, Watford dan Chelsea, sekaligus membuat The Reds gagal memecahkan sejumlah rekor.
Mulai dari rekor tak terkalahkan yang dipecahkan Watford saat membantai Liverpool dalam lanjutan Liga Inggris. Lalu treble winner gagal diraih Liverpool usai dibungkam Chelsea dalam ajang Piala FA.
Hingga yang terbaru, Liverpool gagal back to back juara Liga Champions setelah kalah dalam 2 leg melawan Atletico Madrid. Kini wacana Liga Inggris musim ini pun semakin santer diberitakan mengingat virus corona masih menyerang Negara Inggris hingga hari ini.
Jika FA mengambil langkah untuk membatalkan Liga Inggris, maka lengkap sudahlah penderitaan Liverpool musim ini. Dan semua petaka itu bermula dari winter break yang justru seperti menghilangkan ritme para pemain Liverpool.
Dapat kita tengok lagi, sentuhan para pemain Liverpool selepas winter break tampak menurun seperti umpan silang Trent Alexander-Arnold tak seakurat biasanya. Para pemain pun jadi banyak yang cedera seperti Jordan Henderson dan Alisson Becker.
Tampaknya kelelahan fisik selama jadwal padat Desember hingga Januari membuat para pemain Liverpool tepar seusai winter break. Soalnya waktu istirahat yang dinilai terlalu sebentar bukannya membuat pemain rileks secara fisik dan mental.
Malah membuat ritme dan sentuhan para pemain Liverpool mendadak jadi hilang seutuhnya. Nasi sudah menjadi bubur, sejatinya tidak juara Liga Inggris pun tidak apa asalkan wabah virus corona bisa segera dihentikan, bukan begitu The Kops?