INDOSPORT.COM - Sosok Syamsul Chaeruddin tak bisa dilepaskan dari klub Liga 1 PSM Makassar. Sudah tak lagi merumput, pemain yang dijuluki Pavel Nedved-nya Indonesia ini ternyata tetap tak bisa jauh-jauh dari dunia sepak bola.
PSM Makassar dikenal sebagai salah satu klub penghasil gelandang mumpuni dari masa ke masa. Dimulai dari Assagaf Razak di era 1990-an hingga terkini ada Rasyid Bakri dan Muhammad Arfan yang menjadi pilar penting Pasukan Ramang.
Namun, pencinta klub merah marun asal Sulawesi Selatan tak akan pernah pudar ingatannya dengan satu nama gelandang yakni Syamsul Chaeruddin. Sosok yang menjelma menjadi ikon klub di medio 2000an yang kini menjadi legenda hidup PSM Makassar.
Syamsul Chaeruddin merupakan produk asli binaan akademi PSM Makassar yang promosi ke skuat utama pada musim 2001. Skill-nya pun makin meningkat sebab sempat dimentori langsung oleh Bima Sakti kemudian berduet dengan Ponaryo Astaman.
Pesepakbola asal Kabupaten Gowa ini memiliki kharisma sebagai pemimpin, determinasi yang sangat tinggi, dan fisik di atas rata-rata pesepakbola Indonesia. Syamsul pun dijuluki sebagai Pavel Nedved-nya Indonesia sebab dinilai memiliki gaya main yang sama dengan legenda Juventus itu.
Pesepakbola yang sangat identik dengan nomor punggung 8 ini memperkuat PSM sejak musim 2001 hingga 2010. Syamsul sempat merantau untuk membela Persija Jakarta dan Sriwijaya FC kemudian kembali lagi berjersey Pasukan Ramang pada musim 2012.
Menjalani periode kedua bersama klub kebanggannya tersebut, Syamsul bertahan hingga akhir musim Liga 1 2017. Laga perpisahannya pun terjadi pada pekan pamungkas kala PSM menjamu Madura United yang berakhir dengan kemenangan telak 6-1.
Sebagai laga perpisahan bersama klub yang sangat dicintainya, tentu saja Syamsul merasakan sedih yang amat dalam. Apalagi ia gagal mempersembahkan gelar juara untuk PSM. Cucuran air mata tak kuasa dibendungnya kala menghadiri sesi jumpa pers pasca laga.
Setelah tak bersama PSM lagi, Syamsul sempat memperkuat Borneo FC pada pra musim 2018 kemudian akhirnya berlabuh ke klub Liga 2 kala itu, PSS Sleman. Akhirnya, pada akhir pria yang akrab disapa Daeng Sila' ini memutuskan untuk gantung sepatu.
Untuk sepak terjang bersama Timnas Indonesia, Syamsul telah menembus Timnas U-21 pada tahun 2002 dan naik ke U-23 setahun berselang. Kemudian, ia juga telah menjadi bagian Timnas Senior pada tahun 2004 diajang Piala Asia dan berlanjut ke edisi 2007.
Lantas, apa kabar Syamsul Chaeruddin saat ini? Beberapa waktu lalu, redaksi berita INDOSPORT berkesempatan bertemu langsung dengan legenda hidup PSM Makassar ini dan berikut kami sampaikan untuk anda.
Berkarir di dunia sepakbola membuat legenda hidup PSM Makassar ini tak bisa jauh-jauh dari ingar bingar dunia si kulit bundar. Layaknya pesepakbola yang telah pensiun pada umumnya, Syamsul mencoba peruntungan di dunia kepelatihan sejak tahun lalu.
"Saya sekarang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti kursus pelatih. Saya belum mempunyai lisensi, masih perlu belajar dulu dengan pelatih-pelatih senior. Kan sangat jauh berbeda ketika menjadi pemain sepakbola dengan pelatih," ungkap Syamsul mengawali pembicaraannya.
"Namanya pesepakbola kan ada batasan usia. Jadi apa yang sudah didapatkan harus bisa disalurkan di dalam ilmu kepelatihan. Alhamdulillah saya juga mantan pemain Timnas Indonesia jadi saya bisa langsung mengambil lisensi C AFC," jelas Syamsul lagi.
Tentu saja langkah Syamsul ini agak berbeda dengan rekan-rekannya yang lain. Dimana ada yang telah mengikuti kursus kepelatihan sebelum memutuskan pensiun sebagai pesepakbola profesional, sebut saja saat ini ada Zulkifli Syukur yang juga penggawa PSM.
Sejatinya, Syamsul sempat mengaku tak pernah berfikir untuk melanjutkan karir sebagai pelatih sepakbola pasca meninggalkan PSM pada akhir musim Liga 1 2017. Namun, ia kini berubah fikiran setelah melihat suatu fakta yang menurutnya agak memilukan.
"Kalau di perkotaan kan SSB-nya (sekolah sepakbola) banyak yang diperhatikan oleh pencari bakat. Tapi kalau di kampung (pedesaan) kan tidak, jadi kasihan. Banyak pesepakbola berkualitas di kampung tapi tidak ada yang perhatikan, makanya saya kembali ke kampung," jelasnya.
Rupanya, langkah Syamsul ini lagi-lagi tak terlepas dari kecintaannya yang teramat besar terhadap PSM Makassar. Pria berusia 37 tahun ini tetap ingin berkontribusi sekalipun sudah tak menjadi bagian dari Pasukan Ramang lagi sejak tiga tahun lalu.
"Saya sudah tidak pernah ikut tarkam lagi. Saya fokus mencari pesepakbola muda untuk dibawa ke seleksi PSM junior, layaknya pencari bakat untuk PSM. Jadi biarpun sudah tidak bermain lagi untuk PSM tapi kalau hati sudah sepenuhnya di sana, saya akan mencoba terus berkontribusi," tutur ia.
Saking besarnya kisah Syamsul Chaeruddin, tak ada pemain yang berani mengenakan nomor punggung 8 di PSM Makassar sejak musim 2018. Sekalipun pihak manajemen klub tak pernah memensiunkan nomor punggung tersebut.