INDOSPORT.COM - Mengenal sosok Hachim Mastour, salah satu korban pemberitaan media yang terlalu berlebihan serta perjudian gagal AC Milan dalam bursa transfer.
Nama Hachim Mastour sendiri mungkin masih diingat oleh sebagian pecinta sepak bola di era milenial, khususnya para pendukung AC Milan yang dahulu sempat menaruh harapan terhadap pemain kelahiran Reggio Emilia ini.
Bukan tanpa sebab, para Milanisti menyambut gembira kedatangan Hachim Mastour, lantaran jauh sebelum terjun sebagai pemain profesional dirinya telah dikenal di dunia maya berkat aksi olah bola yang dibagikan di situs YouTube.
Video skill olah bola Hachim Mastour saat itu sangat laku keras dengan viewers mencapai ratusan ribu. Bahkan salah satu video yang menampilkan adu juggling dengan Neymar telah ditonton sembilan juta orang.
Berkat aksi menakjubkan di dunia maya itulah sosok Hachim Mastour digadang-gadang bakal menjadi The Next Lionel Messi atau The Next superstar lapangan hijau lain mulai dari Ronaldo, Maradona hingga Pele.
Gambaran tentang Hachim Mastour yang sungguh sempurna dari berbagai media membuat AC Milan tidak sungkan mendatangkannya.
Rossoneri memboyong Mastour dengan banderol 500 ribu euro atau setara Rp 7,74 miliar, angka yang cukup besar saat itu bagi pemain yang masih berusia 13 tahun. AC Milan sukses mengalahkan tim-tim besar Eropa, seperti Real Madrid dan Barcelona yang juga ikut dalam persaingan memperebutkan Mastour.
Kedatangan Hachim Mastour ke AC Milan membawa angin dan harapan baru buat tim, sebab saat itu Milan tengah dilanda kesulitan keuangan dan tidak mampu mendatangkan nama-nama tenar di bursa transfer.
Dengan memboyong pemain muda, setidaknya dalam beberapa tahun kedepan para pemain muda tersebut bisa menjadi andalan tim atau pun dijual dengan harga mahal untuk memperbaiki neraca keuangan.
Awal musim Hachim Mastour di AC Milan terlihat sempurna, ia sudah berada di bangku cadangan Il Diavolo Rosso saat masih berusia 15 tahun di ajang Serie A 2013/2014. Meski tak mendapat kesempatan bermain, namun banyak pihak menyebut jika Mastour punya masa depan yang cerah.
Namun sayang, ekspektasi dan pujian berlebih dari media tampak menjadi bumerang buat Hachim Mastour sendiri. Sempat dipinjamkan ke Malaga dan PEC Zwolle untuk memberikan jam bermain, kemampuan Mastour yang sejatinya biasa-biasa saja mulai diketahui banyak pihak.
Tidak seperti pemain muda lain yang selalu menjadi pilihan utama saat masa peminjaman, Hachim Mastour malah lebih banyak menghuni bangku cadangan. Bahkan ia hanya bermain sekali di Malaga, itupun hanya lima menit.
Akhirnya Malaga yang berniat meminjam Mastour selama dua musim, harus memulangkan sang pemain lebih awal karena performa sang pemain yang sangat mengecewakan.
Pun begitu saat memperkuat PEC Zwolle, sang pelatih menyebut jika Mastour tidak memiliki visi bermain yang jelas. Ketika bola berada di kakinya, Mastour dapat melakukan berbagai trik untuk menghindari lawan, namun pergerakannya tidak memberi dampak apa-apa pada permainan tim.
Intinya, Hachim Mastour memang jago dalam melakukan berbagai trik namun tidak bisa membaca permainan, sehingga kehadirannya pun tidak banyak memberikan dampak buat tim.
Performa Mastour yang tidak kunjung membaik membuat AC Milan sebagai tim yang memilikinya rela melepas sang pemain pada tahun 2018 lalu. Perjudian AC Milan yang mengharapkan untung besar pun gagal.
Nasib buruk tidak cuma menimpa AC Milan, si pemain yang digadang-gadang sebagai The Next superstar tersebut juga merasakan kesialan. Imbas dari kehebohan dan pemberitaan berlebih media terhadap Hachim Mastour, membuat banyak tim masih berharap bisa membentuk performa sang pemain.
Sayangnya, perspektif tersebut membuat tim selalu berharap lebih terhadap Hachim Mastour dan saat ekspektasi itu tidak terbayarkan maka dengan seketika sang pemain langsung didepak.
Jika ditotal, maka dalam delapan terakhir pemain yang masih berusia 21 tahun tersebut cuma mencatatkan 36 laga dan hanya mencetak dua gol serta dua assists. Catatan yang tidak cukup impresif bagi pemain dengan label wonderkid.