INDOSPORT.COM - Pemandangan berbeda akan kita temukan di Bundesliga Jerman ketika liga, klub, dan pemain saling sinergi memilih langkah terbaik di tengah krisis virus corona.
Situasi COVID-19 yang makin tak terkendali memaksa sepak bola untuk tidur panjang. Hampir semua liga-liga di Eropa harus berhenti berkompetisi termasuk lima liga elite dunia.
Sebagian besar klub sepak bola setempat sedang terancam kerugian yang besar karena mandeknya kompetisi. Atas izin UEFA, klub-klub pun menerapkan kebijakan pemotongan gaji bagi pemain.
Diawali Bundesliga, liga-liga di Eropa mulai menerapkan pemotongan gaji. Akan tetapi, kebijakan ini mendapat pertentangan dari para pemain.
Sejumlah besar pemain memprotes keputusan tersebut. Andai tak menolak, mereka meminta keringanan persentase pemotongan.
Para pemain klub LaLiga, Barcelona, seperti Lionel Messi dikabarkan melancarkan protes kepada manajemen atas wacana pemotongan gaji selama tidak bermain karena wabah virus corona.
Hal yang sama juga terjadi di Liga Inggris. Bedanya, protes dilakukan dengan lebih sistematis dan elegan. Asosiasi pesepakbola Liga Inggris (PFA) turun tangan dan meminta semua pihak terkait untuk berembuk sebelum memutuskan pemotongan gaji.
Bicara kondisi di lima liga top Eropa, maka pemandangan berbeda akan kita temukan di Bundesliga Jerman. Di Bundesliga, sinergi terjadi antara liga, klub, dan pemain.
Meniru Bundesliga
Jerman menjadi negara terparah setelah Italia dan Inggris yang terdampak COVID-19. Ada 32 ribu orang dikabarkan positif virus corona dengan 157 korban jiwa.
Bundesliga pun sudah menghentikan liganya sejak 13 Maret silam sebagai upaya menghambat penyebaran virus corona. Belum lama pihak DFL kembali memperpanjang penangguhan sampai 30 April 2020.
Sama seperti liga lainnya, kerugian juga dirasakan oleh klub-klub peserta tak memandang status keuangan mereka. Hal ini pun berdampak pada kebijakan kurang populer, yaitu pemotongan gaji pemain.
Semua klub peserta Bundesliga memutuskan untuk menerapkan kebijakan pemotongan gaji pemain. Termasuk tiga raksasa Jerman, Bayern Munchen, Borussia Dortmund, dan Schalke 04. .
Hebatnya, tak ada satu pun pemain di sana yang melancarkan protes. Para pemain dengan lapang dada menerima keputusan pemotongan gaji dari klub.
Dortmund misalnya, mereka bisa menghemat pengeluaran puluhan juta euro dari pemotongan gaji. Para pemain Die Borussen dengan sukarela dipotong gajinya, termasuk Axel Witsel yang punya gaji paling mahal 1,3 juta euro per pekan.
Dilansir dari Kicker, tim pelatih dan pemain Dortmund rela memotong gaji mereka untuk menghemat 10 juta euro demi membantu gaji 850 karyawan dan staf mereka.
CEO Borussia Dortmund, Hans-Joachim Watzke, pun memuji pengertian pemain dan menyebutnya sebagai solidaritas. "Ini adalah pertanda solidaritas yang tak ternilai," ujar Watzke dikutip dari ESPN.
Pemandangan yang sama juga ditemukan di Munchen. Semua pemain Bayern ramai-ramai potong gaji untuk membantu menggaji staf klub.
Para pemain FC Hollywood merelakan gaji mereka dipotong sebesar 20 persen sebagai respons atas dihentikannya kompetisi akibat pandemi corona.
Bahkan, dua pemain mereka, Joshua Kimmich dan Leon Goeretzka memulai penggalangan dana yang diberi nama We Kick Corona. Dalam aksi ini kedua bintang Timnas Jerman tersebut menyumbangkan masing-masing 500 ribu euro (sekitar 8,7 miliar rupiah) dari kocek pribadi mereka.
Para pemain Schalke dan Moencenggladbach pun juga rela dipangkas gajinya. Langkah itu untuk menyelamatkan nasib 600 pekerja di Schalke sekaligus menghindarkan klub dari kebangkrutan.
Bahu Membahu Antarkasta
Selain pemain-pemain yang gajinya rela dipotong, klub-klub Bundesliga juga melakukan aksi solidaritas tinggi untuk sesama klub Jerman di kasta kedua (Bundesliga 2).
Rinciannya, 12,5 juta euro (Rp 223 miliar) berasal dari pendapatan hak siar, sementara 7,5 juta euro (Rp 134 miliar) lainnya berasal dari kocek pribadi masing-masing klub.
"Bersama tiga klub lain, kami ingin menunjukkan solidaritas ke semua klub di Bundesliga dan Bundesliga 2," kata CEO Bayern Muenchen, Karl Heinz Rummenigge.
Sepak bola di Jerman seperti berdiri bersama. Pada masa sulit, klub-klub kaya membantu klub yang secara keuangan lebih lemah dari mereka.
Pemandangan seperti ini sulit ditemui di Inggris, Italia, dan Spanyol yang notabene lebih bergengsi dari Bundesliga.
Tidak semua pemain LaLiga rela gajinya dipotong. Para peman Barcelona dan Real Madrid keberatan gaji mereka dipangkas. Padahal, mereka adalah pemain-pemain dengan gaji super besar.
Barca total mengeluarkan Rp8,9 triliun dalam setahun hanya untuk gaji pemain. Pemotongan 50 persen gaji dalam beberapa bulan tentu bukan hambatan besar bagi para pemain yang sudah kaya raya.
Inggris pun masih pro-kontra dalam penetapan pemotongan gaji pemain. Asosiasi pemain meminta klub untuk tak sembarangan memotong gaji pemain. Padahal, puluhan pemain kaya raya bermain di Liga Inggris saat ini.