INDOSPORT.COM - Mengenal Giorgos Karagounis, figur tentara Sparta dalam sepak bola yang sukses membawa Timnas Yunani juara Euro 2004.
Tentara Sparta sendiri merupakan pasukan militer dari kota Sparta, salah satu kota terkuat di zaman Yunani kuno. Pasukan Sparta saat itu sangat ditakuti para negara lawan, bahkan ada anggapan jika "satu prajurit Sparta sama berharganya dengan beberapa prajurit negara lain".
Ungkapan yang cukup jelas mendeskripsikan betapa tangguhnya tentara Sparta saat itu. Selain tangguh, pasukan Sparta juga dikenal memiliki semangat tarung yang tinggi dan tanpa rasa takut meski menjadi prajurit terakhir berdiri.
Menyerah dalam pertempuran, akan dipandang sebagai sifat pengecut, terlebih bagi ksatria yang menurunkan pedangnya dengan sukarela, mereka akan merasa sangat malu hingga memilih untuk bunuh diri.
Sifat teguh dan pantang menyerah tersebut, tampaknya masih mengalir sampai saat ini terutama kepada warga Yunani termasuk juga Giorgos Karagounis.
Mantan pemain berusia 43 tahun tersebut, pernah menjadi sosok penting Yunani dalam keberhasilan mereka menjuarai Piala Eropa tahun 2004 silam
Giorgos Karagounis yang saat itu berusia 27 tahun, menjadi jantung dan jiwa Timnas Yunani, dirinya mengimplementasikan dengan sempurna taktik Rehhagel lewat etos kerja tinggi dan sikap tidak menyerah di lapangan.
Dia adalah pemain kunci serta pencetak gol pertama Yunani di Piala Eropa 2004 saat melawan Portugal. Tendangan jarak jauhnya mampu mengejutkan tuan rumah, sekaligus memberi kepercayaan diri kepada Yunani dalam melakoni partai selanjutnya.
Dirinya bahkan rela tidak tampil di final Piala Eropa 2004 demi menjaga Timnas Yunani terhindar dari kekalahan. Pada babak semifinal yang mempertemukan Yunani kontra Republik Ceko, skor saat itu masih imbang 0-0 hingga menit 80'.
Ceko sempat punya peluang, namun Karagounis menghentikan pergerakan pemain lawan hingga berbuah kartu kuning, sialnya itu kartu kuning kedua beruntun sehingga ia harus absen di laga selanjutnya.
Laga masih sama kuat dan dilanjutkan dengan babak tambahan, di extra time inilah pengorbanan Karagounis berbuah manis setelah Traianos Dellas mencetak gol kemenangan. Yunani lolos ke final, meski mengorbankan sang gelandang.
Beruntung pengorbanan Giorgos Karagounis bisa dibayar tuntas oleh punggawa Timnas Yunani, pada babak final yang mempertemukan mereka kontra tuan rumah Portugal, skuad anak asuh Otto Rehhagel ini kembali menunjukkan keajaiban dan berhasil menang dengan skor tipis 1-0, lewat gol yang dicetak Angelos Charisteas.
Penampilan tidak kenal lelah, membuat legenda AC Milan, Gennaro Gattuso yang saat itu dikenal sebagai gelandang bertahan terbaik Eropa memuji gaya permainan Giorgos Karagounis.
“Karagounis sangat mirip dengan saya, dia sangat profesional dan bermain dalam level paling atas selama bertahun-tahun,” ucap Gattuso dilansir Contra.gr.
Sepanjang karir, Giorgos Karagounis pernah memperkuat sejumlah tim besar Eropa seperti Inter Milan hingga Benfica. Namun sayang, kiprahnya bersama dua klub tersebut tidak bertahan lama yakni dua musim.
Meski hanya sebentar, namun ada satu ungkapan dari pelatih Benfica saat itu yang menyiratkan betapa gigihnya Giorgos Karagounis sebagai pemain yang tidak ingin kalah dari siapapun.
"Giorgos akan marah ketika dia kalah. Dia bukan pemalas, dia sangat marah ketika permainan tidak berjalan dengan baik. Sulit dipercaya betapa buruknya dia ingin menang, entah itu pertandingan resmi atau sesi latihan," kenang pelatih Benfica saat itu, Nuno Gomez.
Karagounis benar-benar mengakhiri karir sepak bolanya seperti seorang ksatria, ia memutuskan pensiun setelah Yunani tersingkir dari Piala Dunia Yunani usai kalah adu penalti dari Kosta Rika.
Dirinya memutuskan berhenti setelah memberikan kesuksesan buat Timnas Yunani, kini nama Giorgos Karagounis pun tercatat sebagai pemain dengan caps terbanyak di skuat Sky blue-white.