INDOSPORT.COM - Sebelum mengubah haluan untuk mempercayakan legiun asing ke Benua Eropa maupun Amerika Latin, Arema FC sempat menaruh harapan besar kepada deretan pemain yang berasal dari Afrika, terutama Kamerun.
Tercatat, setidaknya ada tiga nama yang sekaligus mempresentasikan sukses di musim berbeda. Ketiganya pun datang ke tim Singo Edan dengan latar belakang berbeda di klub sebelumnya.
Dari ketiganya, mungkin hanya Pierre Njanka lah yang datang berlabel pemain bintang. Ya, defender yang kini berusia tahun itu sudah berstatus pemain Timnas Kamerun yang berlaga di Piala Dunia 2002 Korea Jepang, ketika Samuel Eto'o masih sebagai wonderkid.
Indosport berupaya merangkum sepak terjangnya ketiga pemain asal Kamerun itu selama di Arema. Tentu saja, mereka adalah tulang punggung tim di musim berbeda, dengan torehan prestasi yang berbeda pula.
1. Emaleu Ngomgue Serge
Serge datang dengan segudang misteri saat tim masih bernama Arema Malang, meski berbekal catatan penampilan di Timnas Kamerun U-21.
Dia didatangkan Benny Dolo untuk melengkapi slot pemain asing setelah Claudio De Jesus, Joao Carlos dan Junior Lima (Brasil), serta Francis Yonga (Kamerun) pada Liga Indonesia 2005 silam.
Emaleu Serge yang masih berusia 21 tahun, langsung menjadi idola Aremania di musim perdananya.
Striker oportunis itu mengecap gol pertamanya dalam kemenangan telak Arema 5-1 atas PSDS Deli Serdang pada partai kelima di Stadion Gajayana Malang (20/03/20) lalu.
Secara total membukukan 12 gol pada musim pertamanya, dan membawa Arema menuju babak 8 besar. Namun, prestasi tingginya adalah dengan merebut trofi juara Copa Indonesia setelah di partai final mengalahkan Persija Jakarta dengan skor dramatis 4-3.
Seolah mengulang cerita, Serge juga meraup prestasi serupa di tahun keduanya. Performanya di bawah bimbingan Benny Dolo tergolong konsisten, meski produktivitasnya menurun menjadi 9 gol sepanjang Liga Indonesia 2006.
Sayangnya, Serge gagal menjajal atmosfer Liga Champions Asia di tahun ketiganya. Cedera patah kaki membuat Serge harus absen sepanjang musim 2007, hingga performanya menurun drastis saat come back di paruh musim 2008 dengan hanya mencatat 5 gol.
Sejak saat itu, karir pemain yang kini berusia 35 tahun terus meredup. Serge sempat berjuang mengembalikan ketajamannya dengan membela Pro Duta (2009), Persija Jakarta dan Persela Lamongan (2010).
Prestasi Emaleu Serge :
- Juara Copa Indonesia 2005 dan 2006
- Top skorer Copa Indonesia 2006 (9 gol)
- Babak 8 Besar Liga Indonesia 2005 dan 2006
2. Pierre Njanka Beyaka
Pierre Njanka datang sebagai kloter kedua pasca Arema kembali ke kasta tertinggi usai degradasi di musim 2003 silam. Kedatangannya tak lain atas permintaan Robert Rene Alberts, yang menginginkan adanya sosok tangguh dan senior di sektor pertahanan.
Njanka pun sempat diragukan pada awal kedatangannya. Bagaimana tidak, dia datang dengan usia 34 tahun setelah menjalani musim pertamanya di kompetisi ISL bersama Persija Jakarta.
Dan sebelum datang ke Indonesia, Njanka menyandang status Marquee player lewat pengalaman tampil di Piala Dunia 2002 bersama Timnas Kamerun.
Di level klub, pemain yang kini berusia 45 tahun itu pernah eksis di Ligue 1 Perancis membela FC Strasbourg, CS Sedan dan FC Istres sebelum melabuhkan karir ke Persija.
Kendati demikian, Meneer Robert tidak gamang. Dan terbukti, pilihannya memadukan pilar asing berpengalaman seperti Pierre Njanka bersama duo Timnas Singapura yakni Noh Alam Shah dan Mohammad Ridhuan tidak salah.
Njanka nyaris tak tergantikan di lini belakang tim Singo Edan dengan catatan 38 caps dan 10 gol, hingga berujung pada prestasi fenomenal, yakni meraih trofi juara ISL, sekaligus mengakhiri dahaga gelar Arema sejak era Galatama tahun 1992 lalu.
Sayang, Njanka gagal menorehkan double winner pada musim keduanya di Indonesia, setelah Arema kalah dari Sriwijaya FC pada final Copa Indonesia di Solo.
Kariernya kemudian meredup saat hijrah ke kompetisi LPI bersama Aceh United (2011), dan sempat eksis di ISL untuk Mitra Kukar (2011) dan Persisam Putra Samarinda (2012).
Prestasi Pierre Njanka :
- Juara Indoenesia Super League 2009/2010
- Runner-up Copa Indonesia 2009/2010
3. Alain Mosely N'Kong
Dari dua koleganya, Alain N'Kong mencatat karir berbeda di Arema. Kiprahnya tergolong singkat, hanya setengah musim alias empat bulan saja di stadion Kanjuruhan.
Kendati demikian, kontribusinya tidak bisa disepelekan. N'Kong menjadi bagian cerita heroik tim Singo Edan, yang terhindar dari ancaman degradasi untuk kedua kalinya pada ISL musim 2012.
Perombakan besar-besaran Arema Indonesia setelah terseok-seok di awal kompetisi, kemudian membaik di paruh kedua. Alain N'Kong menjadi bagian dari cuci gudang Arema di putaran kedua, selain come back nya para Arek Malang seperti Dendi Santoso, Johan Ahmat Farisi hingga Sunarto yang pada awal musim berlaga di kompetisi IPL.
Dia juga menjadi salah satu pembeda hasil akhir, selain dua koleganya yakni Herman Dzumafo Epandi, Seme Pierre Patrick dan come back Mohammad Ridhuan. N'Kong turut memberi pengaruh meski hanya mencatat 3 gol saja sepanjang 11 caps untuk Arema.
Pada klasemen akhir kompetisi, Arema menuai hasil manis dengan menduduki peringkat 12. Ancaman degradasi untuk kedua kalinya pun sirna, hingga membuat Arema bertahan di kompetisi kasta tertinggi sampai saat ini.
Striker yang pernah mengantar Timnas Kamerun ke final Piala Afrika 2008 itu pun sempat eksis di Indonesia, selepas membela Arema. Alain N'Kong kemudian berlaga di kompetisi IPL bersama Persebaya 1927 (2012) dan Persepam Madura united (2013) silam.