INDOSPORT.COM - Klub Liga 2 2020, PSMS Medan, memiliki sejarah panjang dalam perjalan kancah persepakbolaan di Indonesia. Sebab PSMS sangat berjaya pada era kompetisi Perserikatan (belum liga profesional) yang digelar PSSI.
Kala itu PSMS tampil sangat superior pada era kompetisi tahun 1950-an sampai 1980-an, yang mana saat itu masih bernama Kejurnas PSSI yang pertama kali bergulir 1951 silam.
Dari era perserikatan tersebut, lahir sejumlah pesepakbola andal dari PSMS. Mulai dari si kakak-beradik Ramli dan Ramlan Yatim, Jusuf Siregar, Tumsila, Nobon, Parlin Siagian, Rony Paslah, Ponirin Meka, dan banyak lainnya.
Khusus untuk nama Tumsila, legenda PSMS satu ini memiliki julukan tersendiri yang bahkan dikenang sampai saat ini yakni ia dijuluki 'Si Kepala Emas' karena sangat lihai mencetak gol lewat sundulan.
Tumsila mengaku julukan itu melekat padanya karena diberikan oleh Alm. Letjen TNI Sarwo Edhie Wibowo, yang tak lain merupakan mertua dari Presiden RI Ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Tahun 1967 saya membawa PSMS untuk pertama kalinya juara kompetisi utama PSSI, sejak PSMS berdiri 1950. Karena berhasil juara itu, PSSI menunjuk PSMS untuk mewakili Indonesia di turnamen Aga Khan Gold Cup 1967 (Banglades) dan di sana kita juara," kata Tumsila mengawali kisahnya.
"Kebetulan di final Aga Khan Gold Cup itu, PSMS menang 2-0 di final dan semua gol itu saya yang buat lewat (sundulan) kepala," lanjut sang legenda.
Usia pulang dari turnamen tersebut, lanjut Tumsila, PSMS disambut bak pahlawan oleh para pejabat kala itu mulai dari Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Wali Kota Medan, hingga Pangdam Bukit Barisan, yang kala itu dijabat oleh Sarwo Edhie.
"Tiba di bandara, kala itu kata sambutan Pangdam Bukit Barisan, Sarwo Edhie Wibowo, bapak mertua Presiden SBY, memberi sebutan kepada saya si Kepala Emas (Golden Head). Julukan itu yang terus melekat kepada saya sampai sekarang," pungkasnya.