INDOSPORT.COM - Kisah Wijay, anak Medan yang bawa Sriwijaya FC juara Liga Indonesia untuk pertama kalinya pada 2005 silam.
Sriwijaya FC adalah salah satu klub besar yang pernah berjaya di Indonesia. Sebab, tim yang baru berdiri di akhir tahun 2004 itu, beberapa tahun berselang menjadi kampiun di kompetisi kasta tertinggi Indonesia untuk musim 2007.
Kala itu, sebelum bernama Sriwijaya FC dengan bermarkas di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), tim berjuluk Laskar Wong Kito itu lebih dulu bernama marger dari tim bernama Persijatim Solo.
Salah satu pemain dari saksi sejarah berganti namanya Persijatim Solo menjadi Sriwijaya FC sampai merengkuh trofi juara Liga Indonesia 2007 (kala itu bernama Divisi Utama) yakni Wijay.
Pemain asli anak Medan keturunan India ini salah satu saksi sejarah dibalik berganti namanya Persijatim Solo menjadi Sriwijaya FC. Sebab, sebelum pertama kali menggunakan nama Sriwijaya tampil di kompetisi kasta tertinggi Indonesia pada tahun 2005 silam, Wijay masih merumput bersama Persijatim Solo pada musim 2004.
Wijay bercerita, bahkan di tahun terakhir saat merumput bersama Persijatim Solo di 2004, timnya hampir degradasi dan mampu finis satu setrip di atas zona aman degradasi yakni peringkat 14 dengan poin 42, hanya berselisih satu poin dari Semen Padang yang di bawahnya (finis peringkat 15). Sebab diperingkat 16 kala itu, PSPS Pekanbaru harus terdegradasi dengan hanya berselisih satu poin atas Semen Padang dan dua poin dari Persijatim Solo.
"Ada beberapa pemain selain saya yang dari Persijatim Solo yang musim berikutnya berganti nama jadi Sriwijaya, seperti Ferry Rotinsulu dan Toni Sucipto," ujar Wijay mengawali ceritanya kepada INDOSPORT.
Di awal-awal bernama Sriwijaya, sebut Wijay, tim sangat masih sangat sulit bersaing di papan atas Wilayah Barat atau finis 4 besar wilayah agar dapat lolos ke babak 8 besar. Di tahun 2005 Sriwijaya hanya mampu finis ke-9 di wilayah barat dan setahun berselang (2006) finis peringkat 6.
Namun perlahan pasti Sriwijaya tampil cukup superior di tahun berikutnya 2007. Dihuni pemain berkelas seperti Keith Kayamba Gumbs, Zah Rahan, Charis Yulianto serta diarsiteki pelatih bertangan dingin Rahmad Darmawan, akhirnya Sriwijaya berhasil menjadi kampiun di akhir musim.
Tidak tanggung-tanggung, Sriwijaya berhasil menjadi pemuncak grup Wilayah Barat di babak pendahuluan sebelum tampil di Babak 8 Besar. Bahkan di babak 8 besar tersebut Sriwijaya menjadi pemuncak grup 1 tanpa terkalahkan dan melenggang ke semifinal.
Di semifinal, Sriwijaya menantang tim tangguh Persija Jakarta dan berhasil melangkah ke final dengan mengalahkan tim asal ibukota tersebut dengan skor tipis 1-0 dan di partai puncak menantang PSMS Medan.
PSMS yang berhasil ke final usai mengalahkan Persipura Jayapura lewat drama adu penalti 5-4, mampu ditaklukkan oleh Sriwijaya dengan skor 3-1, setelah di waktu normal 90 menit bermain imbang 1-1.
Dalam laga final yang digelar di Stadion Sijalak Harupat, Kab. Bandung pada 10 Februari 2008 itu, tiga gol Laskar Wong Kito dicetak Richard Obiora (15'), Keith Kayamba Gumbs (107) dan Zah Rahan (114). Sementara gol PSMS dicetak oleh James Koko Lomel (69).
Bagi Wijay sebagai anak asli Medan, ia bukan mengantarkan bekas timnya PSMS untuk memutus gelar puasa juara selama dua dekade lebih (terakhir kali juara pada 1985, namun ia mengantarkan Sriwijaya menjadi kampiun Liga Indonesia untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub berdiri yang kala itu baru berusia seumur jagung.
"Ya pasti ada sedikit rasa seperti itulah. Tapi, kita sebagai pemain profesional harus bela tim yang kita perkuat. Namun, dalam lubuk hatiku, aku cinta PSMS karena itu tim yang pertama kali ku bela," tutupnya.
Selain sukses merengkuh gelar liga untuk pertama kalinya, di musim itu pula Sriwijaya berhasil mengawinkan gelar dengan menjadi kampiun Piala Indonesia, dengan mengalahkan Persipura lewat drama adu 3-0 setelah bermain imbang 1-1 di waktu normal dan perpanjangan waktu.
Setelah itu, musim berikutnya pada 2008, Wijay bersama Sriwijaya kembali menjadi juara Piala Indonesia dengan kembali mengalahkan tim Mutiara Hitam, Persipura.
Usai itu dan tanpa diperkuat Wijay, Sriwijaya FC kembali menjadi juara Piala Indonesia pada 2010 dan kembali kampiun Liga tertinggi Indonesia pada musim 2011/12, yang pada akhirnya harus terdegradasi pada musim 2018 silam bersama PSMS.