INDOSPORT.COM - Percaya atau tidak, ternyata klub Liga 2 PSMS Medan memiliki 'tradisi' mengganti pelatih di pertengahan musim dalam tiga musim terakhir atau dari edisi 2017, 2018 sampai 2019 kemarin.
Berikut INDOSPORT coba merangkum tradisi pergantian nahkoda tim berjuluk Ayam Kinantan dalam tiga musim terakhir tersebut.
Musim 2017
Setelah kompetisi 2015 dihentikan ditengah jalan dan 2016 vakum karena pembekuan PSSI oleh Menpora, seluruh kompetisi sepak bola Indonesia kembali bergulir pada 2017.
Di 2017 PSMS menunjuk Marhruzar Nasution sebagai pelatih, karena keberhasilannya membawa PS TNI menjuarai Indonesian Soccer Championship (ISC) U-21 2016.
Di tangan Mahruzar, PSMS berhasil lolos ke babak 16 besar Liga 2 2017 dengan menjadi runner-up grup 1 di bawah PSPS Pekanbaru.
Namun keberhasilan tersebut gak menjadi jaminan bagi Mahruzar tetap bertahan. PSMS mendepak Mahruzar dengan mendatangkan pelatih bertangan dingin, Djajang Nurdjaman.
Di bawah naungan pelatih yang akrab disapa Djanur ini PSMS mampu tampil lebih baik dan berhasil promosi ke Liga 1 2018, setelah menjadi juara kedua Liga 2 2017 usai kalah atas Persebaya Surabaya di partai puncak.
Musim 2018
Keberhasilan Djanur membawa PSMS promosi ke kompetisi kasta tertinggi Indonesia musim 2018 ini tak ayal membuat manajemen PSMS tetap mempercayai sang pelatih menahkodai Ayam Kinantan di 2018.
Namun kemesraan PSMS dengan Djanur tak berlangsung lama. Dipertengahan musim ini PSMS mendepak Djanur PSMS berada di papan bawah klasemen dan menunjuk pelatih asal Inggris, Peter Butler, sebagai nahkoda baru.
Namun hadirnya mantan pemain West Ham United ini tak membuat PSMS lebih baik dan terpaksa harus kembali degradasi ke Liga 2 musim berikutnya.
Musim 2019
Kembali berlaga di kasta kedua di 2019, PSMS di awal musim menunjuk mantan pelatih mereka, Abdul Rahman Gurning, untuk menahkodai PSMS.
Ditangan Gurning prestasi PSMS di Liga 2 2019 Wilayah Barat dinilai masih belum baik sehingga dipertengahan pertengahan musim sang pelatih mundur.
Peran Gurning selanjutnya diganti dengan mantan pelatih PSIS Semarang, Jafri Sastra, dengan target harus bisa kembali promosi ke Liga 1.
Namun langkah PSMS bersama Jafri harus kandas di babak 8 besar grup B, setelah hanya mampu finish ketiga di grup itu dan gagal melaju ke babak semifinal yang selangkah lagi merebut tiket promosi.
Musim 2020
Berkaca musim lalu, PSMS tidak lagi menggunakan jasa Jafri dan menunjuk pelatih asal Riau, Philep Hansen Maramis, untuk menghadapi Liga 2 2020.
Meski dihuni pemain-pemain berkelas berlebel mantan pemain Liga 1 seperti Muhammad Rifqi, Agung Prasetyo hingga kembali pulangnya Rachmad Hidayat dan Abdul Rohim, namun PSMS masih sedikit diragukan dapat promosi ke Liga 1 musim depan.
Hal ini tak lepas karena track record Philep Hansen dinilai kurang bagus karena minim melatih klub-klub Indonesia, dengan hanya pernah melatih PSPS Pekanbaru.
"Tolong bantu kami, jangan cela kami. Sebab ukurannya prestasi. Saya komit, kalau gagal di beberapa laga atau enam pertandingan, ya udah saya siap (mundur). Saya punya ambisi," kata Philep diawal-awal penunjukannya sebagai pelatih PSMS awal Januari 2020 lalu.
Meski berhasil memberi kemenangan tipis 2-1 atas tim promosi Liga 2 AA Tiga Naga di laga pekan pertama lalu, namun bagaimana nasib Philep? Apakah dia akan mengikuti 'tradisi' musim-musim sebelumnya? Kita tunggu saja saat kompetisi kembali bergulir, apakah Philep memutus 'tradisi' tersebut.
Pasalnya seluruh kompetisi sepak bola di Indonesia saat ini tengah dihentikan sementara karena dampak dari pandemi virus Corona yang tengah mewabah Indonesia. Andai kompetisi benar-benar dihentikan total untuk musim ini, dipastikan 'tradisi' tersebut tidak akan terhenti atau putus.