Dream Team Pemain Nusa Tenggara: Secercah Cahaya dari Tanah Flobamora
Nama Fulgensius Billy Paji Keraf atau yang akrab disapa Billy Keraf mulai melambung kala dibawa Djajang Nurdjaman ke Persib Bandung, 2017 silam. Kecepatan yang meliuk-liuk di sisi kanan dan kiri sosok kelahiran Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur itu jadi sensasi tersendiri bersama tim Maung Bandung.
Sebelum bergabung ke Persib, Billy sejatinya masih dalam skuat Timnas Indonesia U-19 2015 era pelatih Fachri Husaini bersama Nadeo Argawinata, M Syukron, hingga Andi Setyo Nugroho. Hanya saja, saat itu PSSI mendapat sanksi dari FIFA sehingga batal berlaga di ajang Piala AFF di Sidoarjo.
Lepas dari Persib, Billy Keraf sempat berlabuh ke Perseru Badak Lampung di Liga 1 2019. Musim ini, dia memilih berkostum Kalteng Putra.
Lalu, posisi tengah dihuni gelandang anyar Bhayangkara FC, Rangga Muslim Perkasa. Pemain kelahiran Bima itu sejatinya mentas di kompetisi internal PSIM Yogyakarta medio 2015 silam.
Namanya terus melambung bersama performa apiknya yang terus berkembang. Rangga lantas berlabuh ke PSS Sleman di Liga 2018 dan turut membawa tim Super Elang Jawa juara sekaligus promosi ke kasta tertinggi. Sempat mencicipi semusim Liga 1 bersama PSS, pemain berusia 25 tahun itu akhirnya berkostum Bhayangkara FC.
Pelengkap trio lini tengah adalah playmaker masa depan Timnas Indonesia, Marselino Ferdinan. Gelandang serang Timnas Indonesia U-16 kelahiran Flores, Nusa Tenggara Timur itu memiliki visi bermain yang cukup baik.
Meski bermain di sektor gelandang, namun pemain Elite Pro Academy (EPA) Persebaya Surabaya itu jadi mesin gol andalan Timnas U-16 asuhan Bima Sakti. Tak ayal, keberadaan Marselino cukup vital di lapangan tengah.
Depan
Jika menyebut sosok Rossi Noprihanis, tentu tak bisa dilepaskan dari PS Sumbawa Barat yang sempat naik daun di kompetisi Divisi Utama medio 2012 hingga 2013 silam. Saat itu, Rossi menjelma jadi winger potensial dari Pulau Lombok yang mengandalkan bakat alam berupa kecepatan.
Pemain kelahiran Kabupaten Lombok barat, Nusa Tenggara Barat 29 tahun silam itu lantas malang-melintang di sepak bola nasional. Rossi sempat membela Persepam Madura, PSS Sleman, dan PSIM Yogyakarta. Kini pemain kelahiran 28 November 1990 berkostum klub super bintang, Sulut United.
Lalu posisi penyerang tengah ada striker jangkung Yulius Mauloko yang namanya jadi buah bibir kala berlabuh ke Liga Australia bersama Western Knight SC tahun 2018. Western Knight merupakan klub yang berlaga di State League Australia atau divisi dua A-League, setara Liga 2 di Indonesia.
Pemain kelahiran Atambua 22 Juli 1990 itu beraptasi lama dengan atmosfer sepak bola Negeri Kanguru. Dia jadi top scorer untuk tim reserve Western Knight di Division One Reserve League dengan torehan 11 gol. Bersama Alsan Sanda, Yulius pernah berkostum Bali United.
Pelengkap trio lini depan tentu saja winger Bali United, Yabes Roni Malaifani. Potensi winger kelahiran Alor Nusa Tenggara Timur itu tercium Indra Sjafri saat blusukan membangun skuat Timnas U-19, 2013 silam.
Berhasil masuk tim utama dan ikut mengantar juara Piala AFF U-19 di Sidoarjo, Yabes lantas turut dibawa Indra ke Bali United. Kini, pemain berusia 25 tahun itu jadi andalan Stefano 'Teco' Cugurra di tim Serdadu Tridatu.
Sepak Bola Nusa Tenggara Masih Butuh Perjuangan
Namun, meski banyak talenta yang mentas di level nasional, namun nyatanya sepak bola di kawasan Nusa Tenggara masih butuh perjuangan besar untuk setidaknya terangkat. Fakta itu disampaikan Ricky Nelson yang merupakan putra asli Kupang.
Dia memberi contoh, hingga saat ini hanya PS Ngada saja yang mampu berbicara banyak dari tanah NTT. Itupun hanya sampai fase gugur Liga 3 Nasional dan belum mampu menembus Liga 2.
"Ya selama hampir tiga tahun ini hanya PS Ngada saja yang berbicara. Jadi secara garis besar, progres sepak bola di sana cukup lambat dibanding daerah lain," ungkap Ricky kepada INDOSPORT.
Ada banyak faktor yang membuat sepak bola di Nusa Tenggara khusunya NTT belum berkembanga. Tidak adanya kompetisi rutin dan berjenjang yang digelar menjadi hal krusial.
Berbanding dengan di wilayah lain seperti Jawa, Sulawesi, hingga Sumatera, ada kompetisi Liga 3 tingkat provinsi yang digelar. Tanpa kompetisi, proses pembinaan pemain muda dipastikan tersendat.
"Kalau di sana itu hanya turnamen-turnamen biasa. Prosesnya pun dua pekan sebelum digelar baru bentuk tim, setelah turnamen selesai ya bubar lagi," kata dia.
"Fasilitas pendukung seperti lapangan juga sangat-sangat kurang. Mayoritas lapangan tidak standar dan bahkan tidak ada rumput selain tanah biasa. Sekarang sedikit terbantu dengan keberadaan SSB Bali United Kristal yang membangun fasilitas latihan lumayan baguslah," tambah eks Borneo FC tersebut.