In-depth

Mengingat Liga Indonesia 2009/10, Kala PSM Makassar Nyaris Turun Kasta

Selasa, 14 April 2020 05:23 WIB
Penulis: Adriyan Adirizky Rahmat | Editor: Coro Mountana
© freepik.com/ksandrphoto/wikipedia
Mengingat Liga Indonesia 2009/10, Kala PSM Makassar Nyaris Turun Kasta. Copyright: © freepik.com/ksandrphoto/wikipedia
Mengingat Liga Indonesia 2009/10, Kala PSM Makassar Nyaris Turun Kasta.

INDOSPORT.COM - Kompetisi Liga Indonesia 2009/10 merupakan musim yang berat bagi PSM Makassar. Bagaimana tidak, mereka hampir mengukir sejarah kelam saat hampir turun kasta untuk pertama kalinya.

PSM merupakan salah satu klub yang berstatus tak pernah terdegradasi dari kompetisi kasta teratas sepakbola Indonesia. Adapun klub lain ialah Persija Jakarta, Persib Bandung, Arema FC, Persipura Jayapura, Persela Lamongan, dan Madura United.

Namun, bukan berarti perjalanan Pasukan Ramang selalu mulus di papan atas disetiap musimnya. Seperti yang terjadi di ajang LIga Indonesia 2009/10, PSM terseok-seok selama putaran pertama hingga bercokol diperingkat ke-17 dari 18 kontestan.

Hancur Karena Krisis Finansial

Keikutsertaan PSM Makassar diajang Liga Indonesia 2009/10 merupakan yang paling buruk sepanjang sejarah klub. Faktor finansial yang terwariskan dari musim sebelumnya menjadi penyebab utama bobroknya performa Pasukan Ramang.

Sejak awal musim, PSM tak mampu mempertahankan Julio Lopez yang hengkang ke Persiba Balikpapan. Padahal, penyerang asing asal Chili tersebut menjadi mesin gol pada musim lalu dengan sumbangsih 15 gol dari 21 laga.

Manajemen PSM bahkan merekrut empat pemain asing yang terbilang murah dan mayoritas merupakan debutan di Liga Indonesia. Sebut saja Hendry Nyobi, Daniel Baroni, dan Daryous Ayyoubi, dan hanya Cristian Carrasco saja yang sudah punya pengalaman.

© Ratno Prasetyo/ INDOSPORT
Cristian Carrasco pada pertandingan Persita vs Arema di stadion Singaperbangsa, Karawang, 13 Feb 2014. Copyright: Ratno Prasetyo/ INDOSPORTCristian Carrasco pada pertandingan Persita vs Arema di stadion Singaperbangsa, Karawang, 13 Feb 2014.

Hanya dengan mlihat kebijakan manajemen dalam merekrut pemain asing saja sudah menjadi bukti krisis finansial di tubuh PSM. Akibatnya, berkutat di zona degradasi menjadi kisah hingga putaran pertama berakhir.

Dari 17 laga sepanjang putaran pertama LSI 2009/10, PSM hanya mengoleksi 17 poin hasil dari empat menang, lima seri, dan delapan kalah. Gawang mereka bahkan koyak sebanyak 24 kali berbanding hanya membuat 11 gol ke gawang lawan.

Tak hanya itu, PSM hanya mencatat tiga laga nirbobol (cleansheet) sepanjang putaran pertama Liga Indonesia. Lebih buruknya lagi, salah satu kekalahan terjadi di kandang sendiri melawan klub promosi, PSPS Pekanbaru dengan skor 1-2.

Jendela Tranfer Paruh Musim Jadi Momen Kebangkitan

© TEMPO/Zulkarnain
Mantan arsitek Persipura Jayapura dan legenda PSMS Medan, Tumpak Uli Sihite, meninggal dunia pada usia 77 tahun. Foto: TEMPO/Zulkarnain Copyright: TEMPO/ZulkarnainMantan arsitek PSM Makassar dan legenda PSMS Medan, Tumpak Uli Sihite, meninggal dunia pada usia 77 tahun. Foto: TEMPO/Zulkarnain

Tak ingin mengukir sejarah buruk untuk pertama kalinya terdegradasi, jendela transfer paruh musim pun dijadikan momen kebangkitan oleh PSM. Dimulai dengan mendatangkan pelatih kawakan, Tumpak Sihite dan menandemkannya dengan Tony Ho.

Untuk barisan pemain, ada dua legiun asing asal Amerika Latin yakni Luis Alejandro Pena dan si anak hilang, Osvaldo Moreno. Selain itu, PSM untuk pertama kalinya merekrut pemain asal Korea Selatan, yakni Shin Hyun-joon yang diikuti oleh Joo Ki-hwan dan Park Jung-hwan.

Selain itu, manajemen PSM juga merekrut Rendy Siregar, bek sayap kanan yang berstatus sebagai pemain Timnas Indonesia U-23. Serta sayap lincah sarat pengalaman, Heru Nerli untuk menambah daya gedor dan suplai bola kepada duet Osvaldo-Park.

Kehadiran mereka pun membuat PSM mampu bangkit dari zona degradasi dan bahkan sempat menembus papan atas di pertengahan putaran kedua. Sayang, kekalahan beruntun pada empat laga terakhir membuat Pasukan Ramang finish di urutan ke-13.

PSM meraih 43 poin hasil dari 12 kemenangan, tujuh imbang, dan 15 kekalahan. Pasukan Ramang mampu menghasilkan 31 gol berbanding 46 kebobolan di ajang Liga Indonesia.