INDOSPORT.COM - Syamsul Bachri Chaeruddin merupakan pesepakbola yang namanya tak bisa dilepaskan dengan PSM Makassar. Namun, legenda hidup klub asal Sulsel ini selalu terasingkan oleh pelatih sepakbola asal Belanda, Robert Rene Alberts.
Syamsul merupakan produk akademi PSM dan membela klub merah marun tersebut dalam dua periode yang sangat lama. Periode pertamanya dimulai pada tahun 2001 hingga 2010, kemudian hengkang ke Persija Jakarta pada jendela transfer awal musim 2010/11.
Dua tahun merantau bersama Persija dan Sriwijaya FC, Syamsul kembali lagi pada tahun 2012 untuk menjalani kehidupan keduanya di PSM. Bersama klub kebanggannya, pesepakbola yang dijuluki Pavel Nedved ini bertahan hingga akhir musim Liga 1 2017.
Cerita Syamsul di atas serupa dengan Robert yang juga menjalani dua periode bersama PSM. Sang Meneer bergabung bersama Pasukan Ramang pada jendela transfer awal musim 2010/11 dan pada pertengahan putaran pertama Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016.
Uniknya, setiap kali PSM dibesut Robert, Syamsul selalu terasingkan padahal ia telah menjadi ikon klub. Penyebabnya tentu saja gaya bermain pesepakbola asal Kabupaten Gowa ini tak masuk selera sang pelatih hingga akhirnya selalu tersisihkan.
Periode Pertama Robert Alberts di PSM Makassar
Pada jendela transfer awal musim Liga Super Indonesia (LSI) 2010/11, PSM bersolek setelah nyaris terdegradasi pada musim sebelumnya. Robert Alberts pun didatangkan setelah membawa Arema Malang menjadi kampiun pada LSI 2009/10.
Kedatangan Robert tak hanya membuat jajaran tim kepelatihan terombak, tapi komposisi pemain pun kena imbasnya. Salah satu korbannya ialah Syamsul, sosok yang sebelumnya selalu menegaskan bahwa dirinya tak akan pernah meninggalkan PSM.
Tapi apa hendak dikata, Syamsul harus merusak janjinya sendiri akibat tak sesuai dengan kebutuhan PSM kala itu. Robert lebih memilih menggunakan jasa gelandang muda Diva Tarkas dan anak asuhnya yang dibawa dari Arema, Hendra Ridwan.
"Pemain senior, Syamsul resmi kami lepas. Dia tak lagi masuk dalam rencana PSM untuk musim ini (LSI 2009/10). Ini sudah dikonsultasikan dengan Robert Albert dan asisten pelatih," ungkap juru bicara PSM kala itu, Nurmal Idrus, kepada awak media olahraga Makassar.
"Berat memang untuk mengambil keputusan ini. Saya harap suporter juga mengerti. Tapi pemain muda kita butuh kesempatan. Selain itu, manajemen juga terbentur soal negosiasi kontrak," tambah Nurmal lagi.
Pada LSI 2010/11, kebersamaan PSM dan Robert hanya bertahan seumur jagung saja. Hal tersebut terjadi setelah manajemen klub memutuskan membelot ke kompetisi tandingan, Liga Primer Indonesia 2011 sehingga sang pelatih hengkang ke Serawak FA.
Periode Kedua Robert Alberts di PSM Makassar
Robert bergabung lagi ke PSM sejak pekan keenam ISC 2016 untuk menggantikan Luciano Leandro yang diberhentikan. Uniknya, sebelum kedatangan Sang Meneer, Syamsul sudah kembali menjadi pilar di lini tengah sejak kembali pada musim 2012.
Sekali lagi, skenario pada enam tahun silam kembali terjadi antara kedua sejoli di PSM. Robert mencadangkan Syamsul pada tujuh laga perdananya (dari pekan 7 hingga 12) dan baru menurunkan sebagai pemain inti pada laga kedelapan (pekan 13) diajang ISC 2016.
Diajang ISC 2016, Syamsul memang mampu mencuri perhatian Robert setelah dimainkan sebanyak 23 kali (12 inti) dengan total 1.189 menit bermain. Dengan catatan tersebut, sang geladang pun tetap dipertahankan untuk musim selanjutnya diajang Liga 1 2017.
Namun, Liga 1 2017 berakhir antiklimaks untuk Syamsul setelah hanya dimainkan sebanyak enam kali dan empat diantaranya sejak menit pertama. Situasi tersebut kembali menunjukkan bahwa sang gelandang benar-benar tak menjadi pilihan utama Robert.
Syamsul kalah bersaing dengan legiun asing, Marc Klok, serta tiga gelandang lokal, Rizky Pellu, M Arfan, dan Asnawi Mangkualam. Alhasil dipenghujung musim, pesepakbola yang kelahiran 9 Februari 1983 ini memutuskan hengkang ke klub Liga 2, PSS Sleman.
Keputusan Syamsul tersebut menuai tanda tanya, sebab usianya kala itu sudah 34 tahun. Dalam beberapa kesempatan sebelumnya termasuk saat kembali dari perantauan pada tahun 2012 silam, ia selalu menegaskan bakal mengakhiri karirnya bersama PSM.
Namun sekali lagi, akibat gaya bermainnya yang tak sesuai selera Robert, Syamsul lagi-lagi harus merusak janjinya untuk PSM. Ia hengkang akibat tak mendapatkan menit bermain yang banyak disaat dirinya merasa masih bugar untuk terus berlari di atas lapangan.