INDOSPORT.COM – Nama Angelos Charisteas mungkin sedikit asing di telinga para pecinta sepak bola modern. Namun bagi penikmat bola pada 2000-an, tentunya familiar dengan sosok ini.
Charisteas merupakan pemain asal Yunani yang berposisi sebagai penyerang. Ia memulai karier sepak bola profesionalnya pada 1997 bersama klub lokal Aris Thessaloniki FC.
Pada 2002 silam, Charisteas mendapatkan kesempatan untuk bermain di salah satu liga elite Eropa bersama Werder Bremen. Sayangnya, ia tak mampu menampilkan permainan terbaiknya.
Hal itu terbilang sangat wajar, mengingat Werder Bremen saat itu memiliki duet mematikan di lini serang, yakni Ivan Klasnic dan Ailton.
Kendati demikian, Charisteas tetap mendapatkan kesempatan bermain yang cukup banyak di Bundesliga. Pada musim debutnya, ia tampil sebanyak 31 laga dan hanya mampu mengoleksi 9 gol.
Produktivitasnya terus menurun di setiap musimnya. Pada Bundelisga 2003/04, Charisteas bahkan tak mampu mencetak lebih dari lima gol dari 24 pertandingan.
Menurut laporan situs Transfermarkt, Charisteas hanya mampu mengoleksi 28 gol dari 91 laga bersama Werder Bremen. jumlah itu nyatanya sangat jauh ketimbang Ailton (106 gol) dan Klasinc (77 gol).
Charisteas pun akhirnya dilepas ke Ajax Amsterdam pada musim 2004/05 silam. Bersama Ajax, sang striker juga belum bisa menunjukkan kualitas yang mentereng.
Pria yang kini berusia 40 tahun tersebut hanya mampu mengoleksi 15 gol dari 45 pertandingan bersama Ajax di semua ajang. Catatan itu tentunya tidak terlalu bagus bagi seorang penyerang.
Ajax bukan menjadi klub Belanda satu-satunya yang dibela Charisteas. Ia juga mencipipi raksasa Eredivisie Feyenoord. Hanya satu musim, dirinya mengoleksi 9 gol dari 28 pertandingan.
Setelah perjalanannya di Belanda habis, Charisteas memutuskan untuk kembali ke Jerman untuk memperkuat sejumlah klub Jerman, seperti FC Koln, Bayer Leverkusen dan Schalke 04.
Namun dari tiga klub Jerman tersebut, Charisteas tidak mampu mengoleksi lebih dari 10 gol. Ini menunjukkan bahwa dirinya terbilang melempem saat berkarier di klub.
Anehnya, Charisteas justru cukup bersinar ketika bermain bersama Timnas Yunani. Salah satu momen yang tak mungkin ia lupa adalah ketika membantu negaranya menjuarai Euro 2004.
Dari situlah nama Charisteas mulai diperhitungkan oleh beberapa pihak. Meski catatannya tidak terlalu produktif, namun perannya cukup penting di lini depan Timnas Yunani.
Terhitung, dirinya hanya mampu mengoleksi tiga gol di ajang empat tahunan tersebut. Menariknya, tiga gol itu ia sarangkan ke gawang tim-tim raksasa, yakni Spanyol, Prancis dan Portugal.
Momen terindahnya terjadi ketika Charisteas menjadi pencetak gol satu-satunya di partai final Euro 2004 ke gawang Portugal. Gol tunggal itu yang akhirnya mengantarkan Yunani sebagai juara.
Ini tentunya menjadikan Charisteas sebagai pemain yang bersinar di Timnas Yunani. Meski tidak begitu produktif, namun hal ini tetap menjadi sebuah kebanggaan bagi dirinya dan rakyat Yunani.