INDOSPORT.COM – Nama hewan sudah begitu melekat dalam beberapa klub Liga Indonesia (Liga 1, Liga 2, hingga Liga 3). Lalu faktor apa yang membuat itu terjadi?
Seperti yang sudah kalian ketahui, nama klub sepak bola di Indonesia sedikit membosankan. Karena sebagian besar dari mereka menggunakan awal ‘Persi’ atau ‘Perse’.
Kata ‘Persi’ sendiri merupakan sebuah kependekan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia. Sedangkan ‘Perse’ adalah Persatauan Sepak Bola.
Awalan itu memang hadir pada era Perserikatan. Mereka sengaja menggunakan kata ‘Persi’ atau ‘Perse’ untuk mengindikasikan kalau klub tersebut berasal dari Indonesia.
Namun setuju atau tidak, nama tersebut akhirnya membuatnya tidak begitu keren. Karena hampir sebagian besar tim Indonesia menggunakannya sebagai nama klub.
Sejumlah pemiliki klub pun sempat memberi nama keren saat ada dualisme di persepakbolaan Indonesia. Hampir sebagian besar mereka tidak menggunakan awalan ‘Persi’.
Nama mereka bahkan terbilang beken layaknya klub-klub luar negeri, seperti Tangerang Wolves, Jakarta FC, Batavia Union, Bali De Vata, Manado United hingga Real Mataram.
Terlepas dari keren atau tidaknya nama klub Indonesia, nyatanya mereka memasukkan unsur hewan di dalamnya. Biasanya, unsur hewan itu digunakan dalam nama julukan.
Sebut saja Persib Bandung dan Persija Jakarta, yang sama-sama menggunakan hewan macan sebagai julukannya. Bedanya, Persib menggunakan kata dari Bahasa Sunda, yakni Maung.
Dua klub yang memiliki rivalitas tinggi tersebut memiliki alasan dan cerita tersendiri mengapa mereka menggunakan hewan macan sebagai maskotnya.
Awal cerita, Maung Bandung diambil dari lagu seniman Bandung yang merupakan pendukung Persib, Kang Ibing. Lagu tersebut berjudul Jung Maju Maung Bandung yang dirilis pada 2001 silam.
Kang Ibing sendiri membuat judul lagu tersebut terinspirasi dari Raja Kerajaan Padjajaran, Prabu Siliwangi. Pabu Siliwangi mempunyai kekuatan sakti mandraguna, pemberani, berjiwa besar, dan tangguh.
Konon, Prabu Siliwangi bisa menjelma sebagai harimau atau dalam bahasa Sunda, Maung, yang siap menerkam musuhnya.
Padjajaran sebagai kerajaan terbesar di Jawa Barat sendiri pernah mencapai puncak kemakmuran di bawah kepemimpinan Prabu Siliwangi.
Sementara itu, Persija memiliki julukan Macan Kemayoran. Itu diambil dari cerita rakyat tentang Murtado yang lahir di Kemayoran.
Ia merupakan seorang pendekar sakti, berani, tangguh, dan perkasa. Kehebatan dan keberanian itu digunakan untuk melawan penjajahan Belanda.
Kegigihan melawan para penjajah dan membasmi kejahatan yang membuat Murtado akhirnya dijuluki sebagai Macan Kemayoran. Kegigihan dan semangat Murtado diambil untuk bisa menular ke Persija.
Tak hanya Persib dan Persija, klub Liga 1 lainnya juga memasukkan nama hewan sebagai julukan. Sebut saja Madura United, Arema FC, Persik Kediri dan Borneo FC.
Madura United sendiri menggunakan sapi sebagai julukannya. Sapi sendiri menjadi identitas Pulau Madura. Dahulu kala, masyarakat Pulau Madura sangat gemar untuk berternak sapi.
Dikutip dari penelitian seorang senior ahli ilmu antropologi asal Belanda, Huub de Jonge dalam artikel "Of Bulls and Men: The Madurese Aduan Sapi", ritual yang menggunakan sapi di Madura adalah dengan metode aduan dan karapan. Aduan sapi lahir sesudah karapan sapi.
Konon, aduan sapi untuk memohon kesuburan tanah dan produktivitas hasil bumi. Sementara, karapan sapi pertama kali dipopulerkan oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi, Sumenep pada abad 13.
Pangeran Katandur berinisiatif untuk mengajak warga di desanya untuk mengadakan balapan sapi, sebagai rasa syukur kepada Sang Pencipta. Sehingga, karapan sapi sebagai budaya turun menurun hingga saat ini.
Saat ini, karapan sapi pun sebagai pesta rakyat yang dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Karapan sapi pun terkenal hingga pelosok luar negeri sebagai budaya Madura.
Budaya itulah yang kemudian diambil Madura United sebagai julukannya, yakni Laskar Sapeh Kerrab. Sapeh Kerrab sendiri merupakan bahasa Madura yang berarti karapan sapi, untuk menunjukkan identitas daerah.
Sedangkan Arema memilih singa sebagai julukannya dengan cara yang berbeda. Nama Singo digunakan karena Arema lahir pada saat Shio Singa di kalender Tiongkok.
Lalu nama Edan diambil lantaran karakter permainan Arema yang menggila di era kompetisi Galatama. Edan sendiri merupakan bahasa Jawa yang artinya gila.
Di sisi lain, Singo sendiri konon diambil lantaran lambang Kota Malang zaman Hindia Belanda adalah Singa dan baru diubah pada tahun 1951 oleh Pemerintah Indonesia.
Sementara Edan diambil dari angka belakang tahun kelahiran Arema (87) (11 Agustus 1987) yang melambangkan sebagai sosok orang yang gila.
Bagi klub promosi Liga 1 2020, Persik, nama Macan Putih diambil dari lambang Pemerintah Kota Kediri. Di dalam lambang tersebut terdapat 3 unsur utama, yaitu Buto Locoyo (Ki Ageng Dhoho), perisai atau tameng, dan macan berbulu putih.
Sementara itu, Borneo FC menggunakan hewan langka yang hanya ada di perairan tawar di Kalimantan. Hewan yang dimaksud adalah pesut.
Tak hanya di Liga 1, nyatanya ada beberapa klub kasta kedua sepak bola Indonesia yang menggunakan hewan sebagai julukannya. Terus ikuti informasinya di INDOSPORT.