Pandemi virus corona membuat kompetisi sepak boal di sejumlah negara terpaksa dihentikan. Liga-liga dihentikan guna menekan angka penyebaran virus asal Wuhan, China tersebut.
Di tengah absennya hiburan pertandingan sepak bola, perusahaan aplikasi streaming film asal Amerika Serikat, Netflix hadir menyelamatkan.
Pada Sabtu (21/03/20) lalu, mereka baru saja merilis miniseri bertema sepak bola, dengan judul The English Game yang itulis oleh kreator 'Downton Abbey', Julian Fellowes.
Serial tersebut berisikan enam episode yang ceritanya terinspirasi dari kisah nyata seorang pesepakbola profesional pertama di dunia, Fergus Suter.
Latar waktu 'The English Game' adalah 1878 ketika sepak bola masih dikuasai kaum bangsawan. Ketika itu belum ada nama Manchester United, Liverpool, atau Arsenal, melainkan Wanderers, Old Etonians, dan Royal Engineers yang merupakan tim besar.
Pembawa Revolusi Sepak Bola di Inggris
Film ini juga menceritakan bagaimana sepak bola adalah sebuah olahraga yang menjadi nyawa dan juga hiburan bagi masyarakat Inggris, khususnya kelas pekerja yang sudah dilanda penat setelah menjalani aktifitas sehar-sehari.
Semua kisah berawal dari tanah Inggris, negeri yang menyebut diri mereka adalah negara penemu olahraga kaum adam ini. Hal itu dibuktikan dengan menggelar turnamen sepak bola pertama di dunia, Piala FA.
Yang pertama kali digelar pada tahun 1871. Sejak saat itu, perebutan supremasi sepak bola di Inggris ditentukan oleh kompetisi ini.
Di film The English Game ini, diperlihatkan bagaimana para kaum bangsawan bermain sepak bola layaknya rugby. Mereka lebih mengandalkan kekuatan fisik dan kemampuan individu untuk mencetak gol ke gawang lawan.
Namun semua berubah seiring kedatangan Fergus Suter bersama sahabatnya, Jimmy Love. Mereka berdua adalah pesepakbola asal Skotlandia, yang didatangkan oleh Darwen FC dari klub yang bermarkas di Glasgow, Patrick FC.
Karakter pemain Skotlandia yang lebih mengandalkan kolektifitas karena kalah dalam postur badan, membuat kehadiran kedua memberikan nuansa berbeda bagi permainan ini di Inggris.
Dalam salah satu adegan The English Game, Fergus mencoba mengatur pergerakan dan posisi rekan-rekannya di Darwen untuk menghindari kontak fisik dan lebih mengandalkan operan.
"Dia benar-benar mengubah permainan Inggris, Fergus Suter. Dia membawa dimensi berbeda ke Inggris, di mana sebelumnya, rugby sangat mempengaruhi permainan sepakbola. Dan mereka bermain cukup keras," kata Julian Fellowes kepada Radio Times.
Selain membawa perubahan filosofi bermain, Fergus Suter juga jadi inspirasi bagaimana kerja keras dan bakat seorang pesepakbola layak diapresiasi dengan cara dibayar profesional.
Sebab pada saat itu, para pemain sepak bola bertanding dengan landasan loyalitas. Mereka tidak dibayar saat tampil membela klub tempat mereka bekerja, kecuali gaji dari upah buruh mereka.
Pemain Bayaran Pertama
Dalam film, awalnya para pemain Darwen tidak mengetahui bahwa pemilik klub yang juga owner pabrik kapas, James Walsh membeli Fergus dari Patrick FC dan menggajinya untuk bermain di timnya karena kepincut bakatnya.
Akan tetapi alur cerita tersebut rupanya adalah karangan dari sang penulis, untuk memberikan sentuhan drama.
Kenyataannya, menurut artikel DigitalSpy "The English Game leave out some important details about the real Fergus Suter", hanya Jimmy Love yang lebih dahulu bergabung dengan Darwen.
Setelah itu Fergus menyusul dengan menulis surat kepada sekretaris klub, Tom Hidle yang isinya menanyakan apakah masih ada tempat baginya di Darwen.
Hal itu dilakukan karena ia kehilangan pekerjaan sebagai tukang batu di Skotlandia, setelah majikannya Peter Mckissock bangkrut karena keruntuhan City of Glasgow Bank pada Oktober 1878.
Karena bakt yang dimilikinya, Darwen pun merekrut Fergus dengan menyembunyikan statusnya sebagai pemain profesional yang dibayar hanya untuk bermain sepak bola.
Pada saat itu, federasi sepak bola Inggris FA memiliki peraturan bahwa pemain tidak boleh diupah sebagai pemain bayaran. Hal tersebut yang mendesak Fergus mengaku sebagai tukang batu.
“Dia (Suter) datang dengan kedok seorang tukang batu tetapi nyata nya dia hanya bekerja di perdagangan selama satu atau dua minggu. Setelah itu dia dibayar untuk bermain sepakbola," menurut artikel The Lancashire Evening Post.
Kembali dalam film, pada akhirnya rekan-rekan Fergus mengetahui bahwa ia dibayar oleh tuan Walsh untuk bermain di Darwen FC sebesar 10 poundsterling.
Sebuah nominal yang menimbulkan kecemburuan, karena rekannya hanya dibayar 2 pounds itupun upah mereka bekerja bukan gaji sebagai pesepakbola.
Setelah dua musim, Fergus Suter hengkang ke Blackburn Rovers yang menawarkan gaji lebih besar. Keputusan tersebut membuat rekan-rekannya di Darwen sangat marah.
Kendati ditentang, ia tetap meninggalkan Darwen karena membutuhkan uang untuk membantu menyediakan kehidupan yang layak bagi ibu dan adiknya, agar bisa terhindar dari ayahnya yang kejam dan pemabuk.
Namun pada kenyataannya, tidak ada bukti mengenai hal ini. Diketahui, Fergus hanya meninggalkan Darwen karena dia menginginkan lebih banyak uang.
Akan tetapi ada juga versi lain yang menyebut kepindahan Fergus dari Darwen, karena untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya.
"Menurut kabar dari keluarganya, dia (Suter) telah menghamili seorang pelayan perempuan, dan kepindahan nya ke Blackburn disinyalir untuk mendapatkan uang guna menghidupi kekasih dan calon anaknya tersebut," menurut Andy Mitchell dalam sebuah artikel tentang sejarah olahraga Skotlandia.
Pada akhirnya Fergus Suter yang bermain sepak bola untuk dibayar, terbongkar dan dilaporkan ke FA. Dia diadili oleh para anggota, dan mendapat sanksi sebelum akhirnya Ketua FA, Arthur Kinnaird membatalkannya.
Pada tahun 1888, FA membentuk kompetisi liga untuk klub profesional. Tetapi pada saat itu, pria yang dikenal sebagai pemain bayaran pertama, memutuskan gantung sepatu. Fergus Suter memutuskan pensiun dari sepak bola dan menjadi pengusaha perhotelan.