INDOSPORT.COM - Kosasih Kartadiredja adalah wasit Indonesia pertama yang bisa mengantongi lisensi FIFA dan mendapatkan julukan King Cobra.
Sebagai salah satu negara yang begitu menggilai sepak bola, Indonesia bukan hanya tertinggal dari segi prestasi. Namun juga sampai ke masalah wasit.
Tercermin dari sedikitnya wasit Indonesia kini yang sudah mengantongi linsensi FIFA. Di mana kini hanya ada Thoriq Munir Alkatiri, Yudi Nurcahya, dan Dwi Purba Adi Wicaksana yang kualitasnya diakui Federasi Sepak Bola Dunia tersebut.
Menjadi ironis, sebab sebenarnya meski masih terus menjadi masalah besar. Di Indonesia sempat terlahir beberapa sosok pengadil lapangan yang sangat layak menjadi panutan wasit-wasit saat ini. Seperti salah satunya adalah Kosasih Kartadiredja. Wasit Indonesia pertama yang bisa mengantongi lisensi FIFA.
Kosasih Kartadiredja
Kosasih Kartadiredja adalah wasit Indonesia yang namanya besar di era tahun 70-an. Sebagai wasit, pria asal Sukabumi itu memulai kariernya sekitar tahun 1965. Atau setelah dirinya menyelesaikan kursus wasit Lisensi C1 nasional di tahun itu.
Memilih menjadi wasit setelah kariernya mandek sebagai pemain di klub Perssi Sukabumi pada tahun 1950-an, karier Kosasih Kartadiredja justru berjalan mulus ketika memilih menjadi pengadil lapangan.
Dengan ketegasannya, tanpa pandang bulu, membuat nama Kosasih Kartadiredja begitu disegani setiap memimpin pertandingan nasional. Bahkan oleh pemain bintang yang saat itu sering dapat perlakuan spesial sekalipun.
Ketegasan itu juga yang kemudian membuat PSSI mendaftarkan Kosasih Kartadiredja ke Federasi Sepak Bola Tertinggi Dunia, FIFA, agar dirinya diakui dan mendapatkan lisensi memimpin pertandingan internasional.
Gayung bersambut, setelah dilakukan penilaian, FIFA akhirnya memberikan lisensi kepada Kosasih Kartadiredja pada tahun 1972. Sehingga membuat ketegasan Kosasih Kartadiredja juga bisa diketahui dunia internasional.
Dikutip dari Historia.id, sejak mengantongi Lisensi FIFA pada 1972, Kosasih kerap diminta jadi pengadil di sejumlah ajang sepakbola. Antara lain, King’s Cup 1972 dan 1972 di Thailand, Quoc Khanh Cup 1973 di Vietnam, dan President’s Cup 1975 di Korea Selatan.
Termasuk juga ketika dirinya dipercaya menjadi satu diantara tiga wasit Asia yang bisa memimpin pertandingan Piala Dunia Yunior 1979 di Tokyo. Turnamen yang diikuti oleh pemain yang kelak menjadi mega bintang dunia, Maradona. Yang juga tergabung bersama Timnas Indonesia Junior di Grub B.
Saat itu Kosasih hanya mendapatkan kesempatan sekali menjadi wasit utama dalam laga antara Spanyol vs Aljazair (Grup A). Dan dua lainnya menjadi hakim garis di laga Uni Soviet vs Hungaria (Grup D) dan Spanyol vs Meksiko (Grup A).
Kiprah Kosasih Kartadiredja di dunia internasional itu juga pada kahirny amembuat namanya mendapatkan julukan King Cobra, oleh media Singapura (Strait Times). Lantaran gerakannya yang lincah di atas lapangan, sellau mendekati bola hingga jarak 10 meter, kemana pun bergulir.
Nasib Miris Jadi Wasit
Meski memiliki reputasi yang bagus hingga ke dunia internasional, pria kelahiran 13 Agustus 1934 mengakui bahwa menjadi wasit berlisensi FIFA tak lantas membuat hidupnya makmur dalam segi ekonomi .
Hanya mendapatkan bayaran Rp 20 di laga lokal dan Rp100 dalam pentas nasional, Kosasih Kartadiredja terus bertahan dalam hidup sederhananya, meski banyak juga tawaran suap yang sempat datang kepadanya kala itu.
Memilih untuk tetap menafkahi anak istrinya dari uang yang halal, Kosasih Kartadiredja mengaku sempat harus menjual medali yang diperolehnya dari Piala Dunia Junior 1979 untuk sekadar enyabung hidup.
“Sampai pernah saya harus jual medali emas penghargaan Kejuaraan Dunia (Piala Dunia Junior) 1979 itu buat kebutuhan sehari-hari,” ujar Kosasih lirih, dikutip dari Historia.id.
Pensiun pada tahun 1986, Kosasih Kartadiredja sempat masuk dalam jajaran Komisi Wasit PSSI dan menduduki jabatan wakil ketua pada tahun 1987 sampai 1995. Dalam kurun waktu tersebut, pada tahun 1993 dirinya kemudian memilih pensiun dini sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), jabatan yang diterimanya dari kedinasan di Pemerintah Daerah (Pemda) II Kabupaten Sukabumi sejka tahun 1980-an.
Selain itu Kosasih sempat diminta menjadi tenaga pengajar penataran wasit C-III hingga C-I dalam beberapa penataran yang digelar PSSI, sejak dirinya tak aktif di komisi wasit, hingga terakhir di tahun 2007.
Di masa tuanya, King Cobra yang sejak tahun 2012 terserang stroke, pada akhirnya hanya berbekal uang pensiun PNS untuk menyambung hidup. Sekalipun Kemenpora di masa Adhyaksa Dault sempat menganugerahinya medali Adi Manggalya Krida, yang juga disertai dengan santunan Rp10 juta, dalam rangka Hari Olahraga Nasional, 9 September 2007.