Memori Ligina II: Ketika Persipura Berkilauan Tanpa Pemain Asing
Pada 4 Oktober 1996, di Stadion Senayan Jakarta, menjadi malam bersejarah bagi Persipura Jayapura. Itu adalah momen kali pertama mereka menapakkan kaki di babak empat besar atau semifinal era kompetisi profesional.
Selangkah lagi, mestinya Ritham cs bisa melenggang dengan mudah ke babak final kala itu. PSM, yang menjadi lawan mereka, tidak bermain dalam performa terbaiknya seperti saat kedua tim bertemu di Grup C babak 12 besar.
Skuat Mutiara Hitam menggila sejak peluit awal dibunyikan. Mereka bermain menyerang dan terus menekan pertahanan PSM. Tumpak Sihite seolah tak mau kalah start dan berambisi membalas kekalahan di babak 12 besar.
Persipura bermain sangat agresif. Tak tanggung-tanggung, mereka telah unggul 1-3 sedari babak pertama lewat gol yang dicetak Alfred Rapesi, Ritham Madubun dan Eduard Ivakdalam.
Sayang, Persipura seolah kehabisan bensin di paruh kedua. PSM membuat comeback dengan membalikkan keadaan menjadi 4-3 melalui gol-gol Arif Kamaruddin, Marcelo Novo dan Rahman Usman di Injury time.
Persipura akhirnya harus rela kehilangan satu tiket lolos ke final hanya dalam rentang waktu beberapa menit saja.
"Waktu itu kami sangat bangga Persipura bisa lolos ke semifinal. Dan sebenarnya, kami semua mengira bahwa waktu itu kita yang juara, tapi ternyata belum berkatnya saat itu," ujar eks Kapten Persipura di Ligina I, Nando Fairyo, kepada INDOSPORT, Kamis (23/4/20).
Meskipun kalah, skuat Mutiara Hitam tampil mengejutkan malam itu. Mereka mempraktikkan sepak bola agresif dengan hanya berkekuatan pemain lokal dan menjadi satu-satunya semifinalis tanpa pemain asing.
"Waktu itu ,memang Pak Spencer pernah bilang kalau Persipura itu tidak perlu pakai pemain asing karena kita pada dasarnya memang sudah asing," ungkap Nando.
"Waktu awal-awal liga itu memang hanya Persipura dan Persib yang tanpa pemain asing," tambah Helconi Hermain, eks kiper Persipura.
Kiper asal Jakarta ini bahkan menuturkan, rahasia sukses Persipura bisa melangkah hingga ke semifinal kala itu karena sangat kental dengan kekeluargaannya, meskipun serba keterbatasan.
"Betul-betul di masa itu kita berjuang dengan kebersamaan dan penuh kekeluargaan walaupun terutama kita banyak keterbatasan," pungkas Helconi.
Kilau Mutiara Hitam Persipura di laga semifinal malam itu menarik perhatian PSSI. Sejumlah pemain dari skuat besutan Tumpak Sihite itu masuk dalam radar Timnas Indonesia, termasuk pemain terbaik malam itu, Robert Nikson (Ronny) Wabia.