INDOSPORT.COM - Mantan pemain tim sepak bola Persib era 1990-an, Roy Darwis, menceritakan pengalamannya saat bersaing mendapatkan tempat di skuat Maung Bandung.
Menurut adik kandung Robby Darwis ini, selain mental bertanding yang harus matang, pemain juga harus memiliki kualitas minimal setara seniornya, untuk bisa bersaing di tim Persib.
Oleh karena itu, saat itu ia tidak langsung memperkuat Maung Bandung setelah bermain di Persib junior, tapi harus mematangkan mental bertandingnya dengan memperkuat tim Petrokimia Gresik.
"Dari junior mau ke senior itu sangat sulit, salah satunya penilaian pelatih, jadi kita itu minimal kualitas harus sama dengan pemain senior, itu baru kita bisa turun ke lapangan," kata Roy Darwis kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.
"Kalau kualitas kita di bawah, pasti sampai kapan pun kita gak akan bisa, jadi ditinjaunya dari prestasi. Mental juga harus siap didik dari awal latihan dan tempaan dari senior juga," tegasnya.
Roy mengakui, saat itu ia sempat ditawari untuk langsung bergabung dengan Persib senior. Hanya saja, melihat tim Maung Bandung masih dihuni pemain senior terutama di lini bertahan, akhirnya ia memutuskan mencari pengalaman dan mengasah mental bertanding di luar Bandung.
"Saya waktu itu saya Persib junior, setahun kebetulan ada yang nyari saya dibawa ke sana (Gresik). Sebenarnya saya dipanggil sama senior tapi di sana (Persib) masih ada kang Adeng (Hudaya), ada Robby di belakang itu luar biasa angkatan 86 itu," ungkapnya.
Momen Roy Darwis untuk memperkuat tim yang dicita-citakannya akhirnya datang sekitar tahun 1992, setelah salah satu pemain bertahan andalan Persib saat itu, Adeng Hudaya, akan pensiun.
"Saya kebetulan minta izin Kakak (Robby) dan orang tua pergi ke Gresik, setahun dipanggil sama Ronny Pattinasarany di ajak ke Galatama, setahun,
"Dari situ kebetulan sudah satu tahun sudah mau abis kontrak, Kang Adeng mau pensiun jadi kesempatan, momen bagus. Saat itu, cuma batu loncatan cita-cita ingin memperkuat tim daerah (Persib)," ucapnya.
Selama memperkuat Persib, Roy turut membawa skuat Maung Bandung meraih gelar juara di kompetisi perserikatan terakhir 1993-1994 dan kompetisi Liga Indonesia musim pertama 1994-1995. Kemudian, ia memutuskan gantung sepatu seusai kompetisi Liga Indonesia 1997-1998.