Liga Indonesia

5 Fakta Menarik Persipura Jayapura di Ligina II 1995/1996

Selasa, 28 April 2020 16:23 WIB
Penulis: Sudjarwo | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Grafis:Yanto/Indosport
Liga Indonesia (Ligina) II musim 1995/1996 jadi musim kedua Persipura Jayapura di pentas tertinggi bola Indonesia usai promosi dari divisi satu Perserikatan. Copyright: © Grafis:Yanto/Indosport
Liga Indonesia (Ligina) II musim 1995/1996 jadi musim kedua Persipura Jayapura di pentas tertinggi bola Indonesia usai promosi dari divisi satu Perserikatan.

INDOSPORT.COM - Liga Indonesia (Ligina) II musim 1995/1996 menjadi musim kedua Persipura Jayapura di pentas tertinggi sepak bola Indonesia usai promosi dari divisi satu Perserikatan.

Di musim ini, Persipura Jayapura ditukangi oleh pelatih legendaris asal Sumatera Utara, Tumpak Sihite, setelah sebelumnya di latih oleh HB Samsi.

Di Ligina II ini Persipura kembali berada di Grup Wilayah Timur bersama 15 klub lainnya yang berasal dari Pulau Jawa, Kalimantan, Bali dan Sulawesi.

Sama seperti kisah mereka di Ligina I, Persipura juga memiliki beragam fakta menarik di musim kedua era kompetisi profesional.

Apa saja fakta yang meghampiri Persipura di Ligina II? Berikut awak redaksi berita olahraga INDOSPORT coba merangkumnya untuk anda.

1. Kapten Migran Pertama

Pasca ditinggal oleh Fernando Fairyo setelah Ligina I berakhir, ban kapten Persipura Jayapura lalu beralih ke lengan pemain berposisi bek kiri, Ritham Madubun.

Ritham lantas menjadi pemain migran (pendatang) pertama yang mengenakan ban kapten Persipura sepanjang sejarah klub.

Ritham yang merupakan jebolan PPLP Papua angkatan pertama tahun 1986, lahir tahun 1971 di Tual, Kepulauan Kei, Maluku Utara. Ia hijrah ke Papua saat orang tuanya berpindah tugas tahun 1982.

Ritham Madubun adalah anak didik HB Samsi bersama Hengky Rumere. Ia kemudian menjadi bagian dari 14 pemain yang berhasil membawa Persipura naik kasta ke divisi utama tahun 1993, setelah lima tahun terdegradasi di era perserikatan.

2. Kiper Migran Kedua

Di musim kedua Ligina ini, Persipura juga kedatangan kiper non kelahiran Papua, Helconi Hermain. Helconi merupakan rekrutan anyar Persipura yang direkomendasikan oleh Tumpak Sihite.

Helconi adalah kiper migran kedua di Persipura setelah penjaga gawang legendaris asal Malang, Suharsoyo, yang pernah memperkuat Persipura di era 70-an.

Saat bermain untuk Persipura, Helconi yang hanya bertinggi badan 164 cm itu sempat menjadi idola publik Mandala. Helconi memperkuat Persipura hingga 2004 dengan raihan prestasi membawa Persipura lolos ke babak semifinal dalam debutnya di Ligina II dan babak 12 besar Ligina III.

3. Ke Semifinal untuk Pertama Kali

Pencapaian ke babak semifinal Ligina II merupakan prestasi tertinggi Persipura di era kompetisi profesional, pasca kompetisi Perserikatan dan Galatama diliburkan.

Persipura bahkan berhasil melangkah ke semifinal tanpa diperkuat oleh pemain asing, di saat keran pemain asing mulai dibuka di kompetisi sepak bola Indonesia.

Jauh sebelumnya, skuat berjuluk Mutiara Hitam ini pernah menjadi runner up tahun 1980 silam. Namun kala itu masih di kompetisi Perserikatan atau liga sepak bola amatir.

4. Tak Terkalahkan di Kandang

Persipura Jayapura menjalani musim kedua Ligina dengan impresif. Sebelum mencapai babak semifinal untuk pertama kalinya, Ritham Madubun dan kolega tampil tak terkalahkan saat berlaga di kandang sendiri, Stadion Mandala Jayapura.

Di kompetisi Ligina II ini, tim Mutiara Hitam mencatatkan 11 kali kemenangan dan meraih 4 hasil imbang dari 15 laga kandang.

Di musim sebelumnya, sebagai tim baru promosi, Persipura juga bisa dibilang jago kandang. Mereka hanya kalah sekali di kandang sendiri dari Persebaya Surabaya.

5. Gelandang Persipura Jadi Pemain Terbaik

Meski tak lolos ke babak final. Persipura Jayapura tak pulang dengan tangan hampa. Liga Indonesia II menjadi musim terbaik bagi seorang Ronny Wabia, gelandang Persipura.

Gelandang kidal itu dinobatkan sebagai pemain terbaik Ligina II setelah bermain impresif di fase grup wilayah timur hingga babak semifinal menghadapi PSM Makassar.

Setelah mendapatkan penghargaan tersebut, Ronny Wabia lantas dipanggil ke tim nasional Indonesia dan menjadi pemain penting bersama Widodo Cahyono Putro di ajang Piala Asia 1996.