INDOSPORT.COM - Joko Susilo mengaku bersyukur pernah memperkuat Persija Jakarta, meski gagal meraih trofi juara akibat situasi keamanan nasional yang menyebabkan kompetisi Liga Indonesia terhenti pada musim 1997/1998 silam.
Pasalnya, membela Persija adalah periode terbaik sepanjang karirnya sebagai pesepakbola profesional. Harapannya membuka peluang juara nyaris terwujud, sekaligus opsi menembus tim nasional.
"Sudah mendapatkan kontrak sangat bagus. Saya dibayar Persija Rp50 juta per musim waktu itu," kata Joko Susilo saat berkomunikasi dengan awak redaksi berita olahraga INDOSPORT, Senin (27/04/20) kemarin.
Waktu itu, Persija menjadi salah satu unggulan juara pada Ligina 1997/1998. Tim Macan Kemayoran yang mengoleksi 27 poin, bersaing ketat dengan Persebaya dengan 28 poin, hingga 3 laga sisa Grup Barat.
Sayangnya, harapan untuk mengangkat trofi harus terkubur, setelah babak 8 besar hingga final dibatalkan karena situasi keamanan nasional tak kondusif.
"Ya sebagian gaji saya juga hangus (akibat kompetisi berhenti). Tapi bersyukur, bisa pulang dengan sehat," papar Joko Susilo.
"Saat mulai lagi (Liga Indonesia 1998/1999) saya tidak balik ke Persija. Pulang ke (Arema) Malang meski gaji tidak sebesar di sana," sambung pelatih berlisensi AFC Pro tersebut.
Persija dan Arema adalah bagian akhir perjalanan karier Joko Susilo sebagai pesepakbola profesional. Sebelumnya, dia membela Pesikaba Blora (1986-1987), Persibo Bojonegoro (1987-1988), PPSM Sakti Magelang (1988-1989), Niac Mitra (1989-1990), Mitra Surabaya (1990-1992), dan PSM Makassar (1996-1997).