INDOSPORT.COM - Generasi pertama PPLP (Diklat) Irian Jaya tahun 1986 juga memunculkan salah satu nama bek legendaris di Liga Indonesia. Dialah Ritham Madubun, bek kidal yang dikenang sebagai legenda Persipura Jayapura dan PSM Makassar.
Tak hanya pernah berkarier di dua klub raksasa asal Indonesia Timur itu, Ritham juga sempat merumput bersama Persija Jakarta, Persikota Tangerang dan PSPS Pekanbaru.
Performa enerjiknya di kompetisi Liga Indonesia bahkan mengantarkannya ke jenjang tertinggi, membela panji Garuda, tim nasional Indonesia.
Perjalanan karier seorang Ritham Madubun tak jauh berbeda dengan kebanyakan pesepak bola yang lain. Ia mengawali petualangannya dari bawah, sebelum menjadi pemain besar.
Takdir yang berandil membawanya ke Tanah Papua dan merintis sejarah panjangnya sebagai seorang pesepakbola, seorang Mutiara Hitam dari Tanah Evav (Kepulauan Kei).
Hijrah ke Papua Ikut Orang Tua
Ritham lahir di Tual, Kepulauan Kei, Maluku Utara, 1 April 1971. Dalam benaknya dulu, mungkin tak ada angan-angan untuk menjalani hidup sebagai pesepak bola di negeri nun jauh di Timur Indonesia, Papua.
Namun, semua berawal saat ayahnya dipindahkan tugas sebagai Panitera di Pengadilan Negeri Irian Jaya (Papua) tahun 1982 silam. Ritham dan beberapa saudaranya diboyong ke Papua saat itu.
Ritham anak ketiga dari 8 bersaudara. Saudara pertamanya, Rustam Madubun merupakan wartawan senior di Papua. Sementara saudara keempatnya, Ridwan "Bento" Madubun adalah orang yang tak asing di dunia sepak bola Indonesia saat ini, dia menjabat sebagai asisten manajer Persipura.
Ritham muda mengawali karier sepak bolanya dari PPLP (diklat) Papua angkatan pertama, tahun 1986. Ia masuk ke dalam PPLP saat masih duduk di kelas II SMP Negeri I Jayapura. Dia juga nyambi bermain di klub lokal PS Cenderawasih. Dan mulai bergabung dengan Persipura saat masih berusia 16 tahun sekaligus masuk dalam tim PON Irian Jaya pada PON XIII Jakarta, 1993.
Di angkatan pertama PPLP kala itu, Ritham menjadi salah satu anak didik guru besar sepak bola Papua, HB Samsi dan legenda Persipura, Hengky Rumere. Sejarah mencatat, tonggak keemasan Persipura di era kompetisi profesional berawal dari generasi 86 ini, termasuk di dalamnya seorang Ritham Madubun.
"Waktu dia tembus PPLP itu orang tua kami merasa bangga. Sejak dia di PPLP kami sudah tidak membiayai sekolahnya karena ditanggung oleh PPLP saat itu," kenang Rustam Madubun, Kakak tertua Ritham kepada INDOSPORT, Senin (27/4/20).
Saat berhasil membawa PPLP Papua menjuarai turnamen antar PPLP se-Indonesia pada 1990, Ritham bersama rekan-rekannya seperti Nando Fairyo, Yohanis Bonay, Chris Leo Yarangga, Carolino Ivakdalam dan beberapa nama lainnya lantas dipercaya untuk memperkuat Persipura di divisi satu (kasta kedua) bersama pelatih Hengky Heipon.
Di kesempatan pertama itu, Ritham dan generasinya gagal mengangkat Persipura kembali naik kasta. Dua tahun setelahnya, Ritham dan sebagian besar generasi 86 dikumpulkan untuk menjalani pemusatan latihan jelang menghadapi PON XIII di Jakarta.
Ritham dan kolega kala itu menjawab kepercayaan tersebut dengan mempersembahkan medali emas. Dan kesuksesan tersebut berlanjut dengan mengantarkan Persipura kembali ke divisi utama, atau kasta tertinggi sepak bola nasional, tepatnya di Desember 1993.
"Orang tua kami saat itu bangga sekali, termasuk saya. Kebetulan saya pernah bertugas sebagai wartawan olahraga di Cenderawasih Pos. Hampir di semua tempat di Jayapura saat itu jika orang cerita sepak bola pasti mereka cerita tentang Ritham, tentang permainannya yang bagus. Apalagi, dia pada saat itu menjadi pemain paling muda di skuat Persipura," ungkap Rustam.
"Saat bermain di Persipura, dia sudah bisa biayai hidupnya sendiri, bahkan ketika pindah dari Persipura ke PSM Makassar, beberapa bulan kemudian dia mampu menaikan haji Ibu kami ke Tanah Suci dengan ONH Plus yang saat itu tercatat sebagai jemaah haji dari embarkasi Makassar," tambah Rustam.