INDOSPORT.COM - Harapan pangeran Arab, Mohammed bin Salman untuk memiliki klub raksasa Liga Inggris, Newcastle United, terkendala karena diduga terlibat kasus pembunuhan Jamal Khashoggi.
Pada 2 Oktober 2018 lalu, publik dikejutkan dengan berita kematian Khashoggi seorang jurnalis yang dianggap sebagai mata-mata Amerika Serikat ketika pergi ke konsulat Istanbul. Wartawan berusia 59 tahun itu dilaporkan hilang setelahnya.
Pihak penyidik menduga jika Khashoggi dibunuh dengan mutilasi dan sebagian tubuhnya dibuang entah kemana hingga tidak pernah diketemukan. Pembunuhan sadis itu mengejutkan dunia dan agen spesial PBB, Agnes Callamard punya bukti jika putra mahkota Salman dan para petinggi Arab terlibat.
Terpukul karena kematian tunangannya, Hatice Cengiz, kini ingin menuntut balas ke pangeran Salman yang dikabarkan ingin membeli kepemilikan 80 persen saham Newcastle United. Melalui pengacara, tunangan Khashoggi itu berharap insiden kriminal ini bisa menghentikan langkah saudagar kaya dari Arab.
"Ini mungkin merupakan langkah terburuk yang telah anda lakukan Kepala Eksekutif, Richard Masters dan untuk Liga Inggris, terutama setelah ada bukti kuat pembunuhan tunangan Ibu Chengiz. Tidak ada tempat bagi sepak bola Inggris bagi pelaku kriminal," tertulis dalam surat pernyataan dilansir laman BBC.
"Demi kebersihan Liga Inggris dan sepak bolanya maka perlu ada penindakan kepada para pelaku tindakan kriminal dengan hukum yang berlaku. Usaha mereka dengan membeli klub hanya langkah untuk menutupi jejak kotor," tambah tulisan itu.
Sebelumnya Mike Ashley selaku pemilik Newcastle United periode tahun 2007 hingga 2017 berencana menjual klubnya. Pangeran Salman mengajukan proposal bernilai lebih dari 300 juta poundsterling (Rp5,7 triliun).
Jika sukses, Pangeran Salman bisa saja membuat Newcastle United klub potensial di Liga Inggris karena memiliki kekayaan yang mampu membeli banyak bintang-bintang mahal. Sayang demi bisa berperan di Liga Inggris, si Darah Biru Arab terhenti karena banyak kontroversi.