In-depth

PSMS vs Persija, 'Guard of Honour' Pertama di Indonesia?

Kamis, 30 April 2020 15:29 WIB
Penulis: Aldi Aulia Anwar | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Dok. Indra Efendi Rangkuti
Dewasa ini istilah atau sebutan dan dunia sepak bola kian banyak. Salah satu sebutan yang tak asing lagi bagi para pecinta sepak bola yakni 'Guard of Honour'. Copyright: © Dok. Indra Efendi Rangkuti
Dewasa ini istilah atau sebutan dan dunia sepak bola kian banyak. Salah satu sebutan yang tak asing lagi bagi para pecinta sepak bola yakni 'Guard of Honour'.

INDOSPORT.COM - Dewasa ini istilah atau sebutan dan dunia sepak bola kian banyak. Salah satu sebutan yang tak asing lagi bagi para pecinta sepak bola yakni 'Guard of Honour'.

'Guard of Honour' merupakan sebutan untuk tradisi sebuah tim sepak bola yang mendapat penghormatan dari lawan, karena tim tersebut berhasil menjadi juara sebuah kompetisi.

Tradisi ini dilakukan sebelum bertanding, di mana lawan akan berdiri berjajar di sebelah kanan dan kiri dekat pintu lorong stadion sembari tepuk tangan atas tim yang berhasil juara tersebut.

Tradisi ini cukup banyak diterapkan liga-liga Eropa, seperti Liga Inggris, Liga Spanyol dan lainnya. Sementara di Spanyol sendiri istilah 'Guard of Honour' disebut El Pasillo.

© Dok. Indra Efendi Rangkuti
Artikel laga PSMS vs Persija, pada Lustrum PSMS 1955 silam. Copyright: Dok. Indra Efendi RangkutiArtikel laga PSMS vs Persija, pada Lustrum PSMS 1955 silam.

Namun tahukah Anda bahwa tradisi Guard of Honour yang cukup identik di liga-liga Eropa tersebut itu juga pernah diterapkan di Indonesia. Bahkan tradisi ini diyakini pertama kali terjadi di Indonesia pada 1950-an silam.

Pemerhati klub PSMS Medan, Indra Efendi Rangkuti, menyakini bahwa Guard of Honour di Indonesia pertama kali diaplikasikan saat PSMS Medan melawan Persija Jakarta.

"Guard of Honour ini terjadi saat PSMS menjamu Persija di Stadion Teladan, Medan, pada 17 Agustus 1955 silam dalam rangka Turnamen Segitiga Lustrum (ulang tahun kelima) PSMS," kata Indra mengawali ceritanya kepada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT.

Selain PSMS dan Persija, lanjut Indra, turnamen segitiga tersebut juga diikuti Timnas Burma (Myanmar). Sementara laga PSMS vs Persija ini dipimpin oleh wasit asal Burma, Paul Then.

Oleh media massa saat itu, kata Indra, laga tersebut dianggap sebagai salah satu pertandingan terbaik di Indonesia yang memperagakan teknik tinggi dan sportifitas tinggi.

Sebelum pertandingan dimulai, sambung Indra lagi, kapten Persija, Djamiat Dalhar dan kapten PSMS, Ramlan Yatim dikelilingi dengan karangan bunga, diikuti oleh setiap pemain Persija, yang kemudian memberi sebuah buket bunga yang diterima pemain PSMS dengan senyum hangat.

"Lalu mereka berjabat tangan satu sama lain dalam suasana yang bersahabat dan penonton pun memberi applaus kepada kedua tim. Dan inilah bisa dibilang Guard of Honour pertama kali diterapkan di Indonesia," sebutnya.

© Dok. Indra Efendi Rangkuti
Formasi pemain PSMS vs Persija di Lustrum PSMS 1955. Copyright: Dok. Indra Efendi RangkutiFormasi pemain PSMS vs Persija di Lustrum PSMS 1955.

Lebih lanjut Indra mengatakan, laga tersebut bisa dibilang sebagai partai ulangan 'final' kompetisi Perserikatan PSSI 1954. Sebab di partai terakhir Kejurnas PSSI edisi 1954 itu, PSMS kalah atas Persija (1-2), karena PSMS mundur dari pertandingan.

"Di partai ulangan atau Lustrum PSMS itu, PSMS berhasil menang 6-3 atas Persija. 5 gol PSMS dicetak Yusuf Siregar dan satu gol lagi oleh Ramli Yatim. Sebelum duel tersebut, PSMS lebih dulu menahan imbang Timnas Burma 1-1 dan Persija kalah 1-3 dari Burma," pungkas Indra.