INDOSPORT.COM - Sempat terpuruk di Manchester United, Angel Di Maria kembali menunjukkan kelasnya di Prancis bersama Paris Saint-Germain.
Paris Saint-Germain akhirnya ditetapkan sebagai jawara Ligue 1 musim 2019-2020. Musim ini PSG memang tampil cukup impresif.
PSG sukses nangkring di posisi pertama dengan 68 poin dari 27 pertandingan. Mereka terpaut 12 angka dari peringkat kedua, Marseille, yang mengumpulkan 56 poin.
Salah satu sosok yang berperan penting dalam apiknya PSG musim ini adalah Angel Di Maria. Penyerang sayap asal Argentina ini sukses mempertajam lini serang Les Parisien.
Angel Di Maria tercatat menjadi raja assist di Liga Prancis sekaligus jadi salah satu yang terbaik di Eropa. Sebanyak 14 assist berhasil ia ciptakan dari 26 pertandingan. Jumlah ini diperlengkap dengan delapan gol yang ia telah buat.
Statistik gemilang yang dicapai Angel Di Maria mengingatkan kita terhadap performa dirinya di masa lalu. Ya, pada awal kemunculannya di level elite sepak bola Eropa, Angel Di Maria memang terkenal sebagai Raja Assist.
Namun, penampilannya mengalami penurunan drastis ketika hijrah ke Liga Inggris bersama Manchester United. Bahkan, ketika itu dirinya sudah dianggap habis oleh banyak orang.
Renaissance Di Maria
Angel Di Maria melakoni kepindahan fantastis kala berlabuh ke klub raksasa Inggris, Manchester United, dengan mahar 59,7 juta pound dari klub Real Madrid pada musim panas 2014.
Dengan nilai transfer sebesar itu, ekspektasi publik Old Trafford terhadap dirinya sangat tinggi. Apalagi Di Maria sedang dalam puncak performa di usianya yang ke-26 tahun.
Saat empat tahun memperkuat Real Madrid, Angel Di Maria telah mencatatkan 36 gol dan 85 assist dari 190 laga. Ia juga menjadi man of the match pada kemenangan Real Madrid di final Liga Champions.
Namun, semua ini berbanding terbalik ketika dirinya di Man United. Kiprahnya selama semusim di tim Setan Merah memang pantas dilupakan.
Meski mencetak gol indah di pekan-pekan awal, perjalanan karier singkat Di Maria di Man United terbilang buruk bagi pemain sekelasnya. Dirinya gagal beradaptasi dengan baik di Inggris.
Di Maria tak melulu jadi pilihan utama pelatih. Ia juga hanya main 32 kali di semua kompetisi dan mencetak 12 assist.
Tampil melempem di Man United membuat Di Maria dicap telah habis. Banyak yang meyakini tak ada tim elite yang mau membelinya lagi dengan harga tinggi.
Namun beruntung, ketika itu tim kaya PSG tertarik mendatangkannya dengan uang 44 juta pound. Keputusan PSG ternyata tepat, karena di Parc des Princes, Di Maria kembali menemukan sentuhan terbaiknya.
Bak sebuah renaissance, Angel Di Maria melakoni masa kebangkitan keduanya di PSG. Di klub itu ia sanggup tampil gemilang seperti saat memperkuat Real Madrid enam tahun lalu.
Angel di Maria selalu menjadi pilihan utama dan telah melakoni 217 laga sejak 2015. Dari 217 laga ia sanggup mencatatkan 90 assist dan 80 gol.
Statistik mentereng ini membuatnya jadi salah satu pemain terpenting di tim PSG dalam lima tahun terakhir. Selama memperkuat PSG, Di Maria mendapatkan 4 gelar liga, 3 Piala Prancis, dan 3 Piala Liga.
Penampilan gemilang ini ditularkan di Timnas Argentina saat dua tahun beruntun membawa negaranya ke final Copa America meski harus kalah dari Chile di dua final tersebut.
Di usianya yang ke-32 tahun, tanda-tanda penurunan performa belum terlihat. Andai saja liga tak terhenti karena pandemi corona, Angel Di Maria diyakini bisa mencetak lebih banyak assist dan gol.