INDOSPORT.COM - Perjalanan Arema FC pada kompetisi Liga 1 musim 2017, tak akan lepas dari keberadaan Juan Pablo Pino, Marquee Player kebangsaan Kolombia yang gagal menunjukkan performa terbaiknya.
Secara total, playmaker stylist itu hanya terlihat dalam 18 laga tim Singo Edan sepanjang 34 pekan Liga 1 alias 55 persen saja. Kontribusinya dalam produktivitas tim pun hanya 3 gol saja, dengan 2 di antaranya lewat penalti.
Padahal, publik sepak bola Malang Raya sempat optimistis dengan keberadaan sang Marquee Player. Status itu juga yang membuatnya disinyalir bergaji paling mahal di antara Arthur Cunha dkk, konon mencapai Rp2 miliar.
"Saya memang ingin mencoba petualangan baru di Asia Tenggara. Saya akan menjawab tantangan dengan mewujudkan target tim (lolos kompetisi Asia)," ujar Pino seperti diberitakan INDOSPORT dalam perkenalannya kepada media di Malang, Senin (17/04/17) silam.
Predikat sebagai Marquee Player memang tak lepas dari kariernya di kompetisi elite Eropa. Pino tercatat pernah berkiprah di tiga liga top Benua Biru, dimulai membela AS Monaco di Ligue 1 Perancis (2007-2010), Galatasaray Turki (2010-2011), dan Liga Yunani bersama Olympiakos (2012-2013).
Sementara kariernya di Asia sudah dijalani Pino, ketika dipinjamkan Galatasaray ke klub Liga Utama Saudi Arabia, An-Nassr pada 2011. Di level internasional, Pino juga tercatat pernah membela Timnas Kolombia (2008-2010) setelah merintis sejak tim U-21 (2005-2008).
Sayang, ekspektasi tinggi publik gagal total. Minimnya kontribusi plus hadangan sejumlah cedera, membuatnya harus dicoret Arema pada penghujung kompetisi.
"Kami memutuskan untuk melepas Esteban Vizcarra dan Juan Pablo Pino. Terima kasih atas kontribusinya bersama Arema," kata General Manager Arema FC, Ruddy Widodo pada (17/11/17).
Selepas membela Arema, Pino sempat diberi kesempatan memperbaiki performanya saat didatangkan Jacksen Tiago di skuat Barito Putera musim 2018. Namun lagi-lagi ia harus dicoret pada pertengahan kompetisi, imbas performa minimnya dalam 9 caps.