INDOSPORT.COM - Nama klub HNK Hajduk Split dari Kroasia, memang tak setenar tim-tim besar Eropa lainnya seperti Manchester United, Real Madrid, Barcelona atau Juventus.
Namun Hajduk Split boleh berbangga hati, karena mereka punya sekelompok suporter yang sangat setia bernama Torcida Split.
Mereka mendeklarasikan diri menjadi sebuah firm tahun 1950, dimana pada saat itu sangat lekat dengan unsur politik dan sebagai sasaran perekrutan militer, dan menjadi salah satu suporter tertua di Eropa.
Sebenarnya pendukung Hajduk sudah dikenal cukup lama, lantaran mereka sudah eksis melakukan dukungan keliling stadion lawan di liga domestik maupun luar negeri.
Untuk awaydays di liga Kroasia, mereka melakukannya sejak tahun 1927. Sedangkan tour away ke luar negeri dilakukan sejak tahun 1936.
Lahir dan besar dari jiwa fanatik, tak heran membuat Torcida Split dikenal sebagai kelompok suporter yang teramat keras. Bahkan punya pengaruh besar dalam perjuangan meraih kemerdekaan Kroasia dari Yugoslavia.
Tak hanya memberi dukungan untuk Hajduk Split, Torcida juga hadir di setiap laga timnas Kroasia di ajang internasional. Sayangnya, mereka kerap mendapat cibiran dan fitnah.
Itu karena aksi kurang terpuji dari beberapa oknum seperti yang pernah dilakukan pada Euro 2016 lalu, ketika Kroasia berhadapan dengan Republik Ceko.
Pada laga yang digelar di Stadion Geoffroy-Guichard itu, suporter Kroasia melempari belasan flare ke dalam lapangan. Menariknya, lokasi pelemparan terjadi dari tribun utara, yang identik menjadi tempat kesukaan Torcida.
Awal Berdiri Torcida Split
Torcida Split didirikan oleh sekelompok mahasiswa di Zagreb pada 28 Oktober 1950. Mereka adalah Vjenceslav Zuvela, Ante Doric, Ante Ivanisevic, Sime Perkovic, Pocrnjic, Ticic, dan Vlado Mikulic.
Pada pemuda yang tengah mengeyam ilmu pendidikan itu membentuk Torcida, terinspirasi dari aksi suporter sepak bola di Brasil setelah berulang kali menyaksikan aksinya.
Pada akhirnya disepakati membuat Torcida yang diambil dari bahasa Brasil-Portugis, yang memiliki arti pendukung atau suporter.
Seiring waktu, Torcida menjadi salah satu kelompok suporter yang digunakan oleh Partai Komunis Yugoslavia melalui tangan Milovan Djilas untuk kepentingan politik.
Imbas dari itu, Torcida dianggap sebagai salah satu nama yang terlarang, dan salah satu pendiri kelompok tersebut, Vjenceslav Zuvela, dihukum penjara selama tiga tahun.
Menjadi Alat Perjuangan Kemerdekaan
Setelah tercemar politik, Torcida kembali dihidupkan pada tahun 1980. Kemunculannya diinisiasi dari pertemuan
beberapa anggota yang merupakan generasi baru, dengan tradisi lama di tribun utara Stadion Poljud.
Sejak saat itu mereka menggunakan tribun utara sebagai titik kumpul dalam mendukung Hajduk Split. Hingga pada akhirnya, Torcida kembali turut terlibat dalam perjuangan politik memerdekakan Kroasia dari Yugoslavia.
Bersama pendukung klub lain, mereka berdiri di garis terdepan untuk mengusir para penjajah. Perjuangan tersebut turut menimbulkan korban dari anggota Torcida sebanyak 27 orang.
Nama-nama mereka diabadikan dalam sebuah monumen di utara Stadion Poljud. Pasca kemerdekaan, Torcida masih mampu menunjukan eksistensinya dalam mendukung klub tercinta.
Hingga perlahan semakin membesar karena mulai menyebar ke berbagai kota di Kroasia secara terorganisir, dan bertahan hingga saat ini.