INDOSPORT.COM – Piala Kemerdekaan 2008 akan selalu diingat sebagai gelar terakhir Timnas Indonesia yang diraih dengan penuh kontroversi.
Sejatinya, Piala Kemerdekaan sudah sangat lama tidak digelar, tetapi pada tahun 2008, upaya pun dilakukan agar ajang tersebut bisa dilaksanakan. Sempat mendapat penolakan sejumlah negara untuk hadir di Piala Kemerdekaan 2008, akhirnya terkumpullah 6 peserta.
Yaitu, Timnas Indonesia, Timnas Indonesia U-21, Libya U-23, Myanmar, Kamboja, dan Brunei Darussalam. Timnas Indonesia yang tergabung bersama Myanmar dan Kamboja, melenggang ke semifinal dengan mudah usai menang 4-0 dan 7-0.
Di babak semifinal, Timnas Indonesia sukses menyudahi perlawanan juniornya lewat gol tunggal yang dilesakkan oleh Ponaryo Astaman. Singkat cerita, sampailah Timnas Indonesia di babak final melawan Libya U-23.
Kemenangan Kontroversial Timnas Indonesia di Babak Final
Dalam pertandingan yang disaksikan oleh 50.000 pasang mata di Stadion Gelora Bung Karno, Timnas Indonesia langsung dikejutkan oleh Libya U-23 pada menit ke-14 setelah Abdallah Mohamed mencetak gol. Abdallah cetak gol setelah memanfaatkan kesalahan kiper Markus Horison.
Tak mau dipermalukan di depan pendukungnya sendiri, Timnas Indonesia pun memborbardir pertahanan Libya. Elie Aiboy berkali-kali mengirimkan umpan silang berbahaya, tetapi sayang Firman Utina dan Budi Sudarsono tidak mampu memanfaatkannya.
Sayap kiri Persija Jakarta saat itu, Muhammad Ilham sempat meraih peluang emas setelah dirinya berada persis di depan gawang Libya U-23, tapi entah mengapa upayanya gagal. Pertandingan sendiri sempat menjurus kasar di mana Libya U-23 kesal dengan kepemimpinan wasit.
Ada banyak keputusan yang diambil oleh wasit Shahabuddin Moh Hamiddin dari Brunei Darussalam yang kontroversial. Misalnya, saat Budi Sudarsono tertangkap kamera menyikut Abdallah dan Isnan Ali melanggar keras bek Libya hingga terkapar, tapi wasit menghiraukan insiden itu.
Situasi aneh pun terjadi saat babak kedua hendak dimulai karena pemain dan ofisial tim Libya U-23 tak kunjung juga datang ke lapangan untuk melanjutkan pertandingan. Tak pelak setelah menunggu 15 menit, wasit pun menganggap Libya U-23 kalah WO (walk out) dari Timnas Indonesia.
Akan tetapi ada cerita di balik kejanggalan Libya U-23 enggan melanjutkan laga melawan skuat asuhan Benny Dolo itu. Dalam buku berjudul ‘Mencintai Sepakbola Indonesia Meski Kusut’, sang pengarang bernama Miftakhul FS, menceritakan insiden yang terjadi di final Piala Kemerdekaan 2008.
Disebutkan jika Libya U-23 memilih untuk WO setelah terjadi insiden di lorong menuju ruang ganti pada akhir babak pertama. Pelatih Libya, Gamal Adeen Abu Nowara mengaku telah dipukul oleh ofisial Timnas Indonesia. Sosok itu adalah pelatih kiper Timnas Indonesia, Sudarno.
Gamal pun mengakui hal tersebut pada jumpa pers di mana ia menceritakan bagaimana Sudarno memukul wajahnya hingga lensa kiri dari kacamata pecah dan bibir jadi memar. Tak hanya itu, Gamal pun bersaksi kalau ia mendapat umpatan dari berbagai pihak.
Pelatih Timnas Indonesia saat itu, Benny Dollo pun mengaku tidak tahu jika ada insiden pemukulan tersebut. Oleh sebab itu, insiden pemukulan hingga membuat Libya U-23 kalah WO rasanya masih akan tetap menjadi misteri karena hanya ada pengakuan dari sang korban.
Tetapi satu hal yang pasti, menjadi juara di Piala Kemerdekaan 2008 sempat membuat Timnas Indonesia naik 15 tingkat di rangking FIFA menjadi 132. Juara di Piala Kemerdekaan 2008 pun menjadi gelar terakhir yang bisa diraih oleh Timnas Indonesia, sebagai catatan, ada kontroversi yang mengiringinya.
Daftar pemain Timnas Indonesia di laga final Piala Kemerdekaan 2008 melawan Libya
Markus Horison, M. Robi, Charis Yulianto, Elie Aiboy, Ponaryo Astaman, Budi Sudarsono, Ismed Sofyan, Firman Utina, M. Ilham, Bambang Pamungkas, Isnan Ali.
Pelatih: Benny Dollo.