6 Kakak-Adik di Jawa Tengah yang Melejit dalam Karier Sepak Bola
Bagi pecinta sepak bola Indonesia khususnya Jawa Tengah, nama keduanya memang sudah tidak asing. Indriyanto atau yang akrab disapa Nunung merupakan jebolan Timnas Primaverra 1994 di Italia.
Setahun berikutnya, giliran Tommy, sapaan akrab Hariyanto Prasetyo yang masuk dalam skuat Timnas Baretti. Saat itu, pemain asal Sukoharjo tersebut berstatus pelajar Diklat Ragunan.
Keduanya lantas bergabung dengan Pelita Jaya. Nunung menjelma sebagai bomber yang menakutkan di sepak bola Indonesia. Sementara Tommy merupakan jenderal lapangan tengah yang memiliki keunggulan dari tendangan canon ball.
Sementara Indriawan adalah sang bungsu. Meski namanya tak setenar dua kakaknya, namun mantan bomber PON Jawa Tengah itu pernah berkotum Persijatim Solo FC pada musim 2003. Dia juga sempat membela PS Pemuda Jaya Jakarta Timur.
Sri Widadi-Kas Hartadi
Kemudian ada dua bersaudara yang melejit dengan tim yang berbeda. Sri Widadi menjadi bintang saat membela Arseto tahun 1987-1992. Pria yang akrab disapa Dadit ini dikenal sebagai rajanya assists. Namun sayang, cedera lutut yang didapat tahun 1992 membuat karier sepak bolanya terhenti.
Dadit jadi salah satu bintang kala membawa tim Biru Langit jadi juara Liga Galatama 1992. Setelah pensiun, kini dia menjadi pegawai di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Surakarta.
Sementara karier sang adik, Kas Hartadi tak kalah gemilang. Kas jadi bagian Timnas Indonesia saat meraih medail emas SEA Games 1991. Itu adalah emas terakhir yang didapat tim Merah Putih di multievent terbesar se-Asia Tenggara.
Dalam level kepelatihan misalnya, Kas mampu membawa Sriwijaya FC juara Liga Super Indonesia musim 2011-2012. Dia juga membawa Kalteng Putra juara ketiga Liga 2 2018 sekaligus promosi ke kasta tertinggi.
Agung Setyabudi-Guntoro Tri Prasetyo
Lalu ada dua kaka beradik asal Solo yang meroket bersama Arseto dan Persis Solo, Agung Setyabudi serta Guntoro Tri Prasetyo. Agung malang-melintang di klub-klub besar Tanah Air.
Setelah lulus dari Persis Solo Junior medio 1989-1990, pria yang semasa bermain identik dengan nomor punggung 16 itu lantas masuk ke Diklat Ragunan.
Karier profesional Agung dimulai saat membela Arseto Solo tahun 1992 dan membawa tim Biru Langit juara Liga Galatama saat itu. Setelah enam tahun bersama Arseto Solo, dia lantas hijrah ke PSIS Semarang dan membawa tim Laskar Mahesa Jenar juara Divisi Utama musim 1999.
Dia menjadi sosok penting dibalik kemenangan 1-0 PSIS atas Persebaya Surabaya di partai puncak yang berlangsung di Stadion Klabat, Manado. Umpan manisnya di pengujung laga mampu dimaksimalkan Tugiyo "Si Maradona dari Purwodadi" menjadi gol kemenangan.
Sementara Guntoro juga mengikuti jejak sang kakak hingga musim terakhir di Arseto. Dia lantas membela Persis Solo. Sosok yang akrab dispa Iplik itu turut membawa tim Laskar Sambernyawa jadi runner-up Divisi I 2006 sekaligus promosi ke Divisi Utama.
Bagas Kahfa-Bagus Kahfi
Terakhir ada si kembar Amiruddin Bagus Kahfi Al-Fikri dan Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi. Dua kembar yang akrab disapa Bagas Kahfa dan daBagus Kahfi itu merupakan bomber Timnas U-19 yang juga penggawa Garuda Select.
Keduanya lahir 16 Januari 2002 di Magelang dan merupakan putra pasangan Yuni Puji Istiono dan Dewi Kartikasari. Nama Bagas-Bagus mulai melambung kala beraksi bersama Timnas Indonesia U-16 yang dilatih Fakhri Husaini pada 2017.
Bagas main di posisi full-back kanan dan Bagus sebagai striker. Keduanya turut membawa timnas juara Piala AFF U-15 2018. Saat itu, Bagus tampil produktif sebagai predator lini depan dengan mencitakan 13 gol.
Dengan status Indonesia saat ini sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021, keduanya digadang-gadang menjadi tulang punggung Timnas U-20.