Flashback Ligina X: Titik Terendah Persipura di Kompetisi Profesional
Persipura, yang mematok prestasi di gelaran musim tersebut, memulai kompetisi dengan ekspektasi berlebih. Namun, kenyataannya justru berbanding terbalik.
Tim Mutiara Hitam tampil angin-anginan. Mereka malah sudah menelan 6 kali kekalahan di putaran pertama. Selebihnya, mereka mendapatkan 4 hasil imbang dan 7 kemenangan.
Hasil di putaran pertama itu membuat manajemen bereaksi, mengingat desakan dari penonton juga cukup menguat saat itu. Yudi Suryata pun diganti. Manajemen memutuskan mendaratkan pelatih berpengalaman, Suharno. Di putaran kedua itu pula bek asal Nigeria, Victor Igbonefo mulai bergabung.
"Karena tidak sesuai target mungkin manajemen ambil sikap menggantikan Yudi Suryata di putaran kedua. Disitulah Victor Igbonefo juga masuk," kenang Sahari.
"Kita sama-sama tahulah bagaimana penonton di Stadion Mandala kalau tim kalah. Setelah pergantian pelatih, baru kita bisa terhindar dari zona degradasi," sambungnya.
Ironisnya, meskipun berhasil terhindar dari zona degradasi, Persipura di bawah asuhan Suharno saat itu tetap tak mampu merangsek naik ke papan atas klasemen.
Di putaran kedua, Eduard Ivakdalam menderita kekalahan sebanyak 7 kali dan hanya menang sebanyak 4 kali atas Persela Lamongan, Deltras Sidoarjo, PSMS Medan dan PSPS Pekanbaru.
Hingga berakhirnya kompetisi, Persipura pun harus merasakan finis di titik terendah di peringkat ke-13 klasemen. Mereka meraup 43 poin dari hasil 11 kemenangan, 10 hasil imbang dan 13 kekalahan.
"Tim kita sebenarnya punya materi pemain yang bagus, dan target kita sebenarnya ada di papan atas, walaupun akhirnya kita finis di urutan 13," pungkas Sahari.
Pencapaian tersebut adalah yang terburuk dalam sejarah klub Persipura sejak kompetisi profesional tahun 1994/1995. Saat kompetisi Ligina pertama kali digelar, Persipura tak pernah finis di bawah peringkat ke-8 di papan klasemen.