INDOSPORT.COM – Basuki Setyabudi menjadi salah satu mantan penjaga gawang PSIS Semarang yang merasakan suka dan duka selama membela Laskar Mahesa Jenar.
Tercatat, Basuki berkostum PSIS sejak 2003 hingga ia mengakhiri karir di Divisi Utama 2011/12. Beberapa tahun membela PSIS membuat pria yang saat ini berusia 38 tahun tersebut merasakan asam garam.
Sempat menjadi bagian PSIS yang beprestasi di tahun 2005 dan 2006, Basuki juga menjadi bagian dari klub kebanggaan Panser Biru dan Snex ini saat degradasi di tahun 2008.
Bahkan pada saat Indonesian Super League (ISL) edisi pertama di tahun 2008, Basuki merasakan pengalaman yang tidak pernah ia lupakan dari hidupnya yakni diplot menjadi seorang striker. Padahal ia sendiri berposisi sebagai kiper.
Peristiwa itu terjadi ketika PSIS harus melakukan tour Papua melawan Persipura Jayapura dan Persiwa Wamena. Skuat Laskar Mahesa Jenar yang saat itu berangkat dengan skuat terbatas harus menerima kenyataan kehilangan beberapa pemain usai menghadapi Mutiara Hitam.
Adanya pemain yang cedera dan akumulasi membuat pelatih Bambang Nurdiansyah mau tak mau harus menurunkan Basuki sebagai pemain karena tak ada lagi pemain yang dibawa dalam laga melawan Persiwa di Stadion Pendidikan, Wamena. Lantas apa kabar Basuki Setyabudi?
Basuki Setyabudi saat ini masih menetap di Kota Semarang dan masih aktif di dunia sepak bola walaupun sudah gantung sepatu.
Pria bertinggi 1,75 meter ini menjadi pelatih sepak bola di akademi EPFA yang dimiliki oleh asisten pelatih Bali United, Eko Purdjianto.
Selain aktif menjadi pelatih di EPFA, Basuki juga kebetulan telah diangkat menjadi karyawan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal, Kota Semarang.
“Alhamdulillah kabar saya baik. Aktifitas saya saat ini belum jauh dari dunia sepak bola. Saya dan teman-teman seperti Mas Deny Rumba, Idrus Gunawan, M. Dofir menjadi pelatih di EPFA yang latihan di Lapangan Penerbad,” tutur Basuki kepada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT, Rabu (13/05/20).
“Selain itu, saya juga kebetulan kerja di PDAM. Jadi kesibukan saya saat ini dua hal itu,” imbuhnya.
Seperti pesepak bola lainnya yang sudah gantung sepatu dan memiliki bisnis, Basuki juga memiliki usaha kecil-kecilan dengan berjualan di kantin SMA Negeri 15 Semarang. Usaha tersebut ia rintis bersama keluarganya untuk menambah pendapatan usai tak aktif di dunia kulit bundar.
“Kalau bisnis saya saat ini jualan di kantin SMA 15, namun ini masih libur karena ada Corona. Kami ikut kebijakan sekolah saja,” ungkapnya.
Walaupun memiliki aktifitas yang cukup padat, Basuki juga selalu menyempatkan untuk menonton PSIS yang saat ini tengah berlaga di kompetisi Liga 1.
Sebagai warga Semarang, ia merasa masih menjadi bagian dari tim PSIS dan terus mengikuti perkembangan Laskar Mahesa Jenar.
“Kebetulan masih mengikuti perkembangan PSIS, namun belum sempat datang ke stadion nonton langsung. Semoga nanti kalau main lagi bisa nonton PSIS langsung ke stadion,” pungkas Basuki.