INDOSPORT.COM - Mengenal sosok Zah Rahan Krangar, pemain asing pertama yang meraih penghargaan Best Player di Liga Indonesia.
Nama pemain kelahiran Liberia 35 tahun silam tersebut memang sempat menjadi primadona di kompetisi Liga Indonesia, tepatnya pada tahun 2004 hingga akhir 2014.
Pada masa jayanya, Zah Rahan Krangar yang berposisi sebagai jendral di lini tengah tersebut dikenal lewat tenaganya yang tak kenal dalam mengejar bola maupun berakselerasi ke kotak penalti lawan.
Bahkan dirinya sempat dibandingkan dengan mantan pemain Arsenal, Alex Song maupun gelandang Afrika lainnya yang memiliki kecepatan dan stamina serupa.
Memulai karier bersama Persekaba Badung pada tahun 2004 silam, kiprah Zah Rahan Krangar yang saat itu masih berusia 19 tahun sangatlah menawan dengan meraih empat gol dari 24 laga dalam semusim.
Empat gol yang diciptakan di musim perdana Liga Indonesia dicetak ke gawang Persijap Jepara (3-2), PSIM Yogyakarta (3-2), Persema Malang (1-1) dan juga PSSB Bireuen (3-1).
Sayangnya, Zah Rahan gagal membawa Persekaba melaju ke fase berikutnya. Persekaba mengakhiri perjalanan di peringkat sembilan wilayah barat, dengan torehan 29 poin dari 22 laga.
Namun bakat Zah Rahan tercium oleh Persekabpas yang saat itu jadi musuh Persekaba. Saat mendapat tiket promosi ke Divisi Utama 2005, Persekabpas mengontrak Zah Rahan bersama pemain asing lain seperti Murphy Kumonple, Ruben Cecco hingga Alfredo Vera.
Selama semusim membela Sakera Warrior, Zah Rahan sukses mencetak 11 gol dari 24 pertandingan sekaligus membawa Persekabpas melaju hingga babak semifinal.
Gemilang bersama dua klub medioker, nama Zah Rahan semakin meroket hingga klub sebesar Sriwijaya FC tertarik mendatangkannya pada tahun 2007.
Tidak perlu menunggu lama, pada musim pertamanya berseragam kuning, Zah Rahan langsung mempersembahkan gelar liga Indonesia serta membantu tim memenangkan Copa Indonesia.
Berkat penampilan impresifnya tersebut, Zah Rahan langsung diganjar penghargaan pemain terbaik musim 2007/08 sekaligus menjadi pemain asing pertama sukses meraih gelar tersebut.
Sebagai informasi, sepanjang bergulirnya penghargaan pemain terbaik sejak tahun 1994 silam, para pemain lokal sukses berjaya di daftar juara mulai dari Widodo C. Putro, Bima Sakti, Bambang Pamungkas hingga Ponaryo Astaman pernah meraihnya.
Barulah pada musim 2007/08 lalu nama Zah Rahan merusak dominasi, sekaligus jalan bagi pemain asing lain untuk merebut gelar Best Player Liga Indonesia.
Tercatat setelah Zah Rahan meraih best player musim 2007/08, terdapat empat pemain asing lain yang juga meraih gelar serupa yakni Keith Kayamba Gumbs (2012), Paulo Sergio (2017), Rohit Chand (2018) dan Renan Silva (2019).
Zah Rahan sendiri usai menjadi pemain terbaik 2007/08, masih melanjutkan kegemilangannya bersama Sriwijaya FC dengan mempersembahkan dua gelar Piala Indonesia musim 2008–09 dan 2010.
Tiga musim berseragam Sriwijaya, sang pemain akhirnya hengkang ke Persipura Jayapura musim 2010 lalu. Bersama skuad Mutiara Hitam, Zah Rahan berhasil mempersembahkan dua gelar Liga Indonesia serta Inter Island Cup.
Keberhasilan tersebut kemudian membuat klub Malaysia, Felda United tertarik mendatangkannya. Zah Rahan pun tampil di Liga Super Malaysia hingga tahun 2017, sebelum kemudian kembali ke Indonesia bersama Madura United.
Kini, di usia 35 tahun, Zah Rahan masih dapat tempat. Dia menjadi bagian tim PSS Sleman. Sayang, Liga 1 2020 harus dihentikan sementara karena pandemi virus corona. Menarik menantikan aksi Zah Rahan bersama tim Elang Jawa.