INDOSPORT.COM – 4 blunder fatal bakal dirasakan AC Milan jika berani mengangkat pelatih berdarah Indonesia, Mark van Bommel.
Dilansir dari Calciomercato, nama Van Bommel yang punya darah Indonesia tiba-tiba dikaitkan dengan kursi pelatih AC Milan. Hal itu dikarenakan Van Bommel disebut sudah melakukan komunikasi dengan petinggi klub terkait kursi pelatih yang bakal lowong.
AC Milan sejatinya sudah dikaitkan dengan Ralf Rangnick, tapi memang apapun masih bisa terjadi mengingat itu belum resmi. Apalagi Van Bommel adalah angkatan terakhir yang membawa AC Milan juara Serie A Italia.
Oleh karena itu masuk akal jika AC Milan ingin merasakan lagi romantisme kesuksesan bersama Van Bommel. Masalahnya adalah, ada 4 blunder fatal yang bisa dirasakan jika seandainya AC Milan berani mengangkat pelatih berdarah Indonesia itu.
Perbedaan Filosofi
Pertama adalah masalah perbedaan filosofi yang mendasari pola permainan AC Milan dan Van Bommel. Seperti yang kita tahu, AC Milan sebagai klub raksasa Italia seharusnya memainkan gaya main menyerang nan menghibur seperti ajaran pelatih legendaris mereka, Arrigo Sacchi.
Sedangkan, Van Bommel adalah murid dari Bert van Marwijk yang membawa Belanda ke final Piala Dunia 2010 dengan gaya super pragmatis dan bertahan total. Di Transfermarkt saja, tertulis jika Van Bommel memainkan formasi 4-3-3 bertahan, tentu ini beda filosofi dengan identitas AC Milan.
Mantan Pemain Tak Mampu Angkat AC Milan
Andai para petinggi AC Milan masa bodoh dengan filosofi yang telah ditanamkan Sacchi, rasanya pertimbangan bahwa mantan pemain tak bisa berprestasi perlu dipikirkan. Pasalnya sebelum ini ada banyak mantan pemain yang gagal juga mengangkat peforma AC Milan.
Mulai dari Filippo Inzaghi, Clarence Seedorf, Leonardo de Araujo, Cristian Brocchi, hingga Gennaro Gattuso adalah contoh mereka yang gagal jadi pelatih AC Milan. Apakah AC Milan mau bertaruh lagi dengan memanggil mantan pemain lagi, Van Bommel.
Ada Calon Lebih Baik
Masalahnya adalah AC Milan sejatinya sudah memiliki calon lebih baik dalam diri Ralf Rangnick yang sudah dikenal sebagai salah satu pelatih revolusioner di Jerman. Andai Rangnick tidak melatih dan membawa Julian Nagelsmann, itu bahkan akan lebih bagus lagi.
Pola menyerang nan atraktif yang bakal diciptakan oleh duet Nagelsmann dan Rangnick akan membawa level permainan AC Milan naik kelas. Bayangkan jika dilatih Van Bommel, maka pola permainan membosankan yang penting menang akan menjadi identitas AC Milan.
Gagal di Tim Sebelumnya
Apalagi Van Bommel boleh dikatakan gagal di tim sebelumnya yaitu PSV Eindhoven dengan bukti telah dipecat awal musim ini. Memang musim lalu, Van Bommel sukses membawa PSV ke posisi 2 Liga Belanda, tetapi cerita berbeda terjadi pada musim ini.
Dengan gaya main pragmatis, PSV tersingkir secara mengejutkan di Liga Europa dan tak mampu menembus 2 besar Liga Belanda menjadi alasan Van Bommel kehilangan pekerjaan. Jadi apakah AC Milan masih mau mengangkat pelatih berdarah Indonesia, Van Bommel?